16 September 2025
16:12 WIB
BI Rate Diyakini Tetap Di Sekitaran 5%
BI selaku bank sentral akan lebih dulu melihat sejauh mana transmisi kebijakan moneter ke suku bunga simpanan dan kredit, sehingga BI-Rate diperkirakan tetap pada level 5%.
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi plegawai berjalan keluar gedung saat jam istrahat tiba di Bank Indonesia, Jakarta. Validnews/Darryl Ramadhan
JAKARTA -Suku bunga acuan (BI-Rate) diproyeksikan tetap bertahan pada level 5% pada bulan ini. Demikian diprediksikan sejumlah ekonom menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Rabu (17/9). Bank Sentral diyakini tidak akan melakukan hal di luar kebiasaan, menanggapi pergantian Menteri Keuangan (Menkeu) dan kebijakan yang baru dibuat.
“View kami flat (BI-Rate tetap). Alasannya, BI akan lebih meng-assess transmisi kebijakan moneternya terlebih dahulu,” kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro di Jakarta, Selasa (16/9).
Andry memandang bank sentral akan lebih dulu melihat sejauh mana transmisi kebijakan moneter ke suku bunga simpanan dan kredit, sehingga BI-Rate diperkirakan tetap pada level 5% .
Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto punya persepsi sama. Dia menilai bahwa keputusan BI untuk mempertahankan BI-Rate diperlukan sebagai langkah untuk menjaga stabilitas moneter dan makroekonomi.
“BI menurunkan suku bunga sampai 125 bps dari September tahun lalu, kelihatannya masih terus berjalan. Jadi, sambil mengantisipasi tekanan ataupun risiko dari global, saya rasa BI akan jaga dulu suku bunga di level yang sama,” ujar Myrdal di kesempatan terpisah.
Baca juga: Analis: Rupiah Konsolidasi di Rp16.388-16.412 Jelang Keputusan The Fed
OJK: Guyuran Rp200 T Di Himbara Perkuat Likuiditas dan Kredit Bank
Pro Pertumbuhan
Sementara, Chief Economist PermataBank Josua Pardede memprediksikan, keputusan bank sentral untuk menahan BI-Rate terutama didorong oleh pertimbangan stabilitas rupiah, khususnya setelah demonstrasi besar secara nasional pada akhir Agustus 2025 serta reshuffle kabinet dengan pergantian posisi Menteri Keuangan (Menkeu) dari Sri Mulyani menjadi Purbaya Yudhi Sadewa.
Dia meyakini senada. Di bawah kepemimpinan Purbaya, arah kebijakan fiskal Indonesia diperkirakannya tetap menekankan disiplin fiskal sebagaimana era sebelumnya. Di sisi lain, Josua meyakini, perbedaannya adalah langgam Purbaya adalah melakukan penekanan yang lebih kuat pada kebijakan fiskal yang pro-pertumbuhan dibandingkan sekadar menjaga stabilitas.
Menyikapi hal tersebut, Josua mengatakan bahwa investor global cenderung lebih berhati-hati dan memilih menunggu untuk menilai lebih lanjut arah kebijakan fiskal. Kondisi ini berujung pada terbatasnya arus modal asing masuk, sehingga memberi tekanan terhadap stabilitas rupiah.
“Oleh karena itu, kami menilai Bank Indonesia akan cenderung bersikap lebih sabar dalam RDG September 2025, meskipun ruang untuk pemangkasan BI-Rate masih relatif terbuka lebar,” kata Josua dikutip dari Antara.
Hal sama diutarakan Kepala Ekonom BCA David Sumual. Dia menilai bahwa bank sentral telah melakukan front loading dengan menurunkan suku bunga pada Agustus sebagai antisipasi pada September, sehingga BI-Rate diperkirakan tetap 5 persen bulan ini.
Di saat sama, para ekonom menilai pasar obligasi tetap menarik bagi investor asing, didukung keyakinan terhadap kebijakan fiskal yang prudent di bawah kepemimpinan Menkeu baru serta imbal hasil yang tetap atraktif.
Sebaliknya, investor asing di pasar saham cenderung wait and see, menunggu perbaikan kinerja korporasi serta kondisi global dan domestik yang belum sepenuhnya membaik pada paruh pertama tahun ini.