c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

18 September 2025

19:53 WIB

BI-Rate Dipangkas, Ekonom: Dorong Bank Turunkan Bunga Deposito-Kredit

Kebijakan BI memangkas BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 4,75% sebagai langkah terarah untuk mempercepat turunnya biaya dana perbankan dan mendorong mesin pertumbuhan.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p id="isPasted">BI-Rate Dipangkas, Ekonom: Dorong Bank Turunkan Bunga Deposito-Kredit</p>
<p id="isPasted">BI-Rate Dipangkas, Ekonom: Dorong Bank Turunkan Bunga Deposito-Kredit</p>

Ilustrasi buku tabungan dengan uang tunai. Shutterstock/ktasimar

JAKARTA - Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menilai kebijakan Bank Indonesia memangkas BI-Rate sebagai langkah terarah untuk mempercepat penurunan biaya dana perbankan dan mendorong mesin pertumbuhan dengan tetap menjaga ekspektasi inflasi dan kestabilan rupiah.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 17 September 2025 memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps), sekaligus memangkas lebih dalam suku bunga fasilitas simpanan sebesar 50 bps.

BI-Rate diputuskan turun ke 4,75%, Deposit Facility turun ke 3,75%, dan Lending Facility ke 5,50%.

"Rancangan seperti ini menurunkan batas bawah rentang suku bunga agar dana tidak betah diparkir di BI, sehingga bank terdorong menurunkan bunga deposito dan, pada gilirannya, bunga kredit. Hal ini juga disertai oleh ekspansi likuiditas dan langkah di pasar uang agar transmisi benar-benar terjadi, bukan sekadar sinyal," kata Josua kepada Validnews, Jakarta, Kamis (18/9).

Josua menilai pemangkasan suku bunga sebesar 125 bps pada tahun ini telah mempertimbangkan ruang pemangkasan yang terbuka dan kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada di bawah potensinya.

Dari sisi global, Josua menuturkan, pertumbuhan dunia melambat akibat tensi perdagangan dan ketidakpastian, sembari ekspektasi penurunan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) meningkat.

"Kombinasi pelemahan dorongan eksternal dan peluang penurunan suku bunga global memberi ruang bagi Indonesia untuk menggeser kebijakan dari sangat berhati-hati menjadi lebih mendukung pada pemulihan ekonomi dengan tetap menjaga nilai tukar," jelas dia.

Dengan begitu, hal ini sejalan dengan penilaian bahwa BI masih memiliki ruang untuk melanjutkan penyesuaian suku bunga secara terukur sepanjang sisa 2025 hingga 2026, selama stabilitas rupiah terjaga.

Baca Juga: BI Nilai Penurunan Suku Bunga Perbankan Masih Lambat

Permintaan Lemah Hingga Biaya Dana
Sedangkan dari sisi domestik, Josua mengungkapkan, alasan utama memangkas BI-Rate adalah inflasi yang rendah dan terjangkar dalam sasaran 2,5±1%, sehingga ada ruang menolong permintaan yang melemah.

Data terakhir menunjukkan bahwa inflasi IHK 2,31% dan inflasi inti 2,17%, dengan proyeksi tetap dalam sasaran tahun ini maupun tahun depan.

Selain itu, lanjutnya, stabilitas rupiah juga relatif terjaga, ditopang cadangan devisa besar serta kebijakan stabilisasi yang aktif.

"Dengan fondasi seperti ini, pemangkasan suku bunga berulang lebih aman dilakukan dibandingkan bila inflasi sedang tinggi atau rupiah rapuh," imbuhnya.

Di saat yang sama, kata Josua, permintaan domestik belum pulih kuat. Hal ini tecermin dari keyakinan konsumen kelas menengah bawah melemah, pembukaan lapangan kerja terbatas, dan pelaku usaha banyak yang memilih menunggu.

Kredit perbankan pun belum terakselerasi sesuai harapan, sementara dana kredit yang sudah disetujui tetapi belum ditarik (undisbursed loan) masih tinggi.

"Ini menandakan ketersediaan pembiayaan ada, namun hambatannya adalah cost of fund yang masih mahal serta minat investasi yang belum pulih," ujar Josua.

Oleh karena itu, dalam situasi ini, mendorong penurunan cost of fund/biaya dana melalui pemangkasan suku bunga dinilai menjadi obat yang tepat untuk menggerakkan penyaluran kredit dan pembiayaan.

Ilustrasi Deposito. Shutterstock/Dominik Bruhn      

Menurut Josua, suku bunga Deposit Facility diturunkan lebih dalam 50 bps adalah agar transmisi ke bunga perbankan dipercepat. BI sendiri menilai penurunan suku bunga perbankan terlalu lambat, di mana suku bunga deposito 1 bulan baru turun sekitar 16 bps dan bunga kredit hanya 7 bps, meski suku bunga kebijakan telah turun jauh dan imbal hasil SBN serta suku bunga pasar uang menurun signifikan.

Dengan menekan batas bawah suku bunga Deposit Facility, insentif bank untuk memberi bunga simpanan tinggi menjadi berkurang, praktik pemberian bunga khusus kepada deposan besar bisa menyempit, dan biaya dana bank turun lebih cepat. Ini didukung langkah pelonggaran likuiditas melalui penurunan posisi instrumen moneter dan pembelian SBN yang terukur, sehingga bank tidak kekurangan likuiditas saat menurunkan bunga.

Dari eksternal, Josua melanjutkan, Neraca Pembayaran diperkirakan tetap baik dengan defisit transaksi berjalan yang rendah, cadangan devisa memadai, dan arus modal yang masih masuk ke SBN.

Dari internal, BI melengkapinya dengan intervensi terukur di pasar valas, optimalisasi instrumen operasi moneter, serta insentif makroprudensial yang menyasar sektor prioritas.

Selain itu, belanja pemerintah yang cenderung meningkat pada semester II/2025 diharapkan memberi tumpuan tambahan bagi pemulihan, sehingga pemangkasan suku bunga bekerja bersama dorongan fiskal.

Baca Juga: Agresif! BI-Rate September Dipangkas 25 Bps Jadi 4,75%

Tetap Perlu Berhati-hati
Seiring dengan hal itu, Josua mengingatkan untuk tetap perlu menerapkan prinsip kehati-hatian. Lantaran, setidaknya ada tiga sumber risiko yang membayangi.

"Pertama, tekanan harga pangan ketika suplai terganggu atau permintaan meningkat bisa menggerus ruang pelonggaran," kata josua.

Kedua, sambungnya, dorongan fiskal pro-pertumbuhan, termasuk penempatan dana pemerintah di bank untuk menambah likuiditas, berpotensi menambah tekanan harga bila tidak diimbangi peningkatan pasokan. Adapun dampaknya ke inflasi, diprakirakan terbatas namun nyata.

Ketiga, ketidakpastian regulasi sektor keuangan dapat mempengaruhi persepsi pasar dan aliran modal. Maka jalurnya bukan pelonggaran agresif, melainkan penyesuaian bertahap yang selalu menimbang stabilitas rupiah dan dinamika inflasi aktual.

"Jadi, pemangkasan suku bunga BI-Rate adalah keputusan yang selaras dengan kondisi saat ini: inflasi rendah, permintaan lemah, kredit belum kencang, tetapi stabilitas eksternal memadai. Langkah ini tepat untuk menurunkan biaya dana, mempercepat penurunan suku bunga kredit, dan mendorong pemulihan konsumsi serta investasi," tegas Josua.

Ke depan, Josua mengingatkan bahwa konsistensi BI menjaga rupiah, kelanjutan operasi moneter yang pro-pasar, dan sinergi dengan kebijakan fiskal menjadi kunci agar manfaat pemangkasan benar-benar mengalir ke dunia usaha dan rumah tangga tanpa mengorbankan stabilitas perekonomian yang sudah dibangun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar