c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

20 Agustus 2025

19:33 WIB

BI Pede Ramal Perekonomian RI 2025 Bisa Tumbuh Di Atas 5%

BI proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia semester II/2025 akan membaik didukung kinerja ekspor dan konsumsi domestik. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2025 akan berada di atas 5%.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>BI Pede Ramal Perekonomian RI 2025 Bisa Tumbuh Di Atas 5%</p>
<p>BI Pede Ramal Perekonomian RI 2025 Bisa Tumbuh Di Atas 5%</p>

Ilustrasi - Pertunjukan payung merah dan putih pada saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80, Jakarta, Minggu (17/8). Instagram/@prabowo

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada semester II/2025 didukung oleh kinerja ekspor dan konsumsi domestik. Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 akan berada di atas 5%.

"Pada semester II/2025, pertumbuhan ekonomi diprakirakan membaik didorong oleh tetap positifnya kinerja ekspor dan meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan ekspansi belanja pemerintah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Agustus 2025 di Jakarta, Rabu (20/8).

Baca Juga: Pemerintah RI Optimis Pertumbuhan Ekonomi Membaik Pada Semester II/2025

Perry menyebut, perekonomian Indonesia kuartal II/2025 berhasil tumbuh lebih baik dari perkiraan. Ekonomi kuartal II/2025 tumbuh sebesar 5,12% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 sebesar 4,87% (yoy). 

Kenaikan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh investasi sejalan dengan penanaman modal yang tumbuh positif dan konsumsi rumah tangga seiring lebih tingginya mobilitas masyarakat. 

Ekspor barang dan jasa juga meningkat dipengaruhi oleh front loading ekspor ke AS sebagai antisipasi pengenaan tarif serta kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara. 

Secara sektoral, seluruh lapangan usaha juga disebut membaik, termasuk lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan, serta lapangan usaha informasi dan komunikasi. 

Adapun bila ditinjau secara spasial, pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah meningkat, di mana wilayah Jawa mencatat pertumbuhan tertinggi. 

"Dengan realisasi kuartal II/2025 tersebut, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 diprakirakan akan berada di atas titik tengah kisaran 4,6% sampai 5,4%,” ujar Perry.

Menurut Perry, pihaknya dan pemerintah akan terus memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sesuai dengan kapasitas perekonomian nasional. 

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Bisa Di Bawah 4,87%

Dalam kaitan itu, belanja pemerintah termasuk melalui implementasi program prioritas pemerintah, dapat memberikan dukungan terhadap peningkatan kegiatan ekonomi domestik. 

"Dari sisi Bank Indonesia, bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran terus dioptimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sejalan dengan rendahnya inflasi dan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah," jelasnya.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Lebih Rendah
Di sisi lain, Perry menuturkan, perekonomian dunia melemah sejalan dengan meluasnya implementasi tarif resiprokal AS. Sejak 7 Agustus 2025, tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara, dengan tarif kepada sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula. 

Implementasi tarif resiprokal AS tersebut menimbulkan risiko makin melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia. 

"Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 berpotensi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sekitar 3,0%," ungkap dia.

Baca Juga: IMF Revisi Naik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,8%

Di AS, prospek pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih rendah sejalan dengan melemahnya permintaan domestik. 

Ekonomi India juga melemah seiring dampak tarif AS yang lebih tinggi sehingga menekan kinerja ekspor dan sektor manufaktur. 

Sementara itu, ekonomi Eropa, Jepang, dan China diprakirakan lebih baik seiring dengan kesepakatan tarif yang lebih rendah dan topangan belanja fiskal. 

"Kecenderungan pertumbuhan yang lebih rendah dan menurunnya inflasi mendorong sebagian besar bank sentral menempuh kebijakan moneter yang akomodatif, kecuali Jepang," jelas dia.

Di AS, tekanan inflasi yang cenderung menurun mendorong menguatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan. 

Meski demikian, Perry mengimbau ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut dalam jangka pendek. Oleh karena itu, perlu tetap waspada guna menjaga ketahanan ekonomi domestik dari dampak rambatan global. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar