13 November 2023
21:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan kembali membaik di tahun depan. Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi akan sedikit mengalami penyesuaian, kendati inflasi akan kembali terkendali dalam sasaran.
Perry mengungkapkan, dalam Rancangan Anggaran Tahunan BI (RATBI) 2024, BI mematok nilai tukar rupiah dapat kembali ke level Rp15.510 per dolar AS. Sementara pertumbuhan ekonomi domestik pada 2024 diperkirakan dapat mencapai 5%, dan inflasi berkisar 3,2%.
“Dengan perkiraan dan harapan, tentu saja kondisi (gejolak) global akan berangsur-angsur mereda, kemudian berpengaruh pada kembalinya aliran modal ke negara berkembang termasuk Indonesia,” sebutnya di hadapan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (13/11).
BI mencatat, nilai tukar rupiah terhitung lebih lemah dibanding prakiraan awal ATBI 2023 di kisaran Rp15.070 per dolar AS. Sejalan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, rata-rata nilai tukar rupiah 2023 diprakirakan sebesar Rp15.280 per dolar AS.
Baca Juga: Hati-hati, Cepat Atau Lambat Pelemahan Rupiah Berefek Ke Inflasi
Meskipun demikian, dengan langkah stabilisasi yang ditempuh BI, kinerja nilai tukar rupiah sejauh ini relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan dan global.
Rata-rata nilai tukar rupiah diprakirakan Rp15.510 per dolar AS di 2024. “Dipengaruhi berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global yang kemudian mempengaruhi aliran modal ke negara berkembang dan memberikan tekanan kepada mata uang dunia,” jelasnya dalam paparan.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi domestik diprakirakan tetap tumbuh baik dan berdaya tahan di 2023 hingga mencapai 5,01%, ditopang terutama oleh permintaan domestik. Capaian ini lebih tinggi dari perkiraan awal ATBI 2023 yang sebesar 4,37%.
Pada 2024, pertumbuhan ekonomi domestik akan tetap baik sebesar 5,0%. “Didorong terutama oleh permintaan domestik sejalan dengan kenaikan gaji ASN, penyelenggaraan Pemilu, dan pembangunan IKN,” bebernya.
Selanjutnya, inflasi terkendali dalam sasaran dan diperkirakan sebesar 2,84% pada akhir 2023. Inflasi ini turun lebih cepat dari perkiraan dan lebih baik dari perkiraan awal ATBI 2023 yang sebesar 3,61%.
Baca Juga: Belum 16.000/Dolar AS, Efek Pelemahan Rupiah Masih Moderat
Adapun, inflasi tahun 2024 diperkirakan meningkat menjadi sebesar 3,20%. Sejalan dengan permintaan yang masih baik dan dampak dari nilai tukar yang lebih lemah.
Perry menekankan, sejumlah asumsi makro ini juga telah mempertimbangkan langkah-langkah penguatan bauran kebijakan yang disampaikan untuk tahun 2024 berkoordinasi dengan pemerintah, baik dari sisi fiskal, moneter, hingga pengendalian inflasi.
“Maupun juga dukungan kami untuk DHE SDA dan sinergitas kebijakan-kebijakan Bank Indonesia dengan pemerintah, KSSK, maupun juga bilateral dengan OJK dan LPS,” sebutnya.
Lebih lanjut, asumsi makro ekonomi dalam penyusunan RATBI 2024 berkaca pada dinamika global yang berubah cepat dan berdampak pada kinerja ekonomi makro, moneter, dan kondisi sistem keuangan Indonesia. Setidaknya, ada enam tantangan ekonomi global yang masih akan menyelimuti asumsi makro 2024 tersebut.
“(Seperti) slower growth, high inflasi, higher for longer suku bunga, kemudian juga strong dollar, maupun cash is the king yang berimplikasi pada kondisi ekonomi dalam negeri,” tegasnya.