09 November 2023
14:57 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan, peningkatan tekanan dari sisi harga maupun inflasi akan terjadi pada pada tiga bulan mendatang atau Desember 2023 serta enam bulan mendatang atau Maret 2024.
Hal ini terindikasi pada Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Desember 2023 sebesar 131,2 poin dan Maret 2024 sebesar 133 poin.
Adapun ekpektasi IEH tersebut lebih tinggi daripada IEH bulan sebelumnya, masing-masing sebesar 119,9 poin (tiga bulan mendatang) dan 129,7 poin (enam bulan mendatang).
“Responden menginformasikan peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan harga seiring dengan periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal, libur akhir tahun dan sekolah, serta momentum bulan Ramadan pada 2024,” jelas laporan Survei Penjualan Eceran Oktober 2023, Jakarta, Kamis (9/11).
Lebih lanjut, kenaikan di sisi harga juga akan diikuti pada sisi penjualan yang naik. Laporan tersebut juga menyebutkan responden memperkirakan penjualan akan meningkat pada tiga bulan mendatang atau Desember 2023 dan enam bulan mendatang atau Maret 2024.
Baca Juga: Jaga Inflasi, 34 Daerah Terima Insentif
Terlihat pada Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Desember 2023 dan Maret 2024, yang masing-masing tercatat sebesar 150,6 poin dan 134,5 poin. Laporan ini lebih tinggi daripada IEP pada bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 136,6 poin dan 122,4 poin.
Laporan Bank Indonesia memperkirakan, bahwa peningkatan IEP Desember 2023 akan sejalan dengan peningkatan permintaan masyarakat akibat HBKN Natal, libur akhir tahun dan tahun ajaran baru.
“Sementara peningkatan IEP Maret 2024 diprakirakan sejalan dengan masuknya bulan Ramadan, strategi program diskon yang dilakukan oleh responden, serta didukung kelancaran distribusi barang,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mensinyalir, pertumbuhan konsumsi rumah tangga menunjukkan pelemahan daya beli masyarakat. Untuk menjaga daya beli yang tergerus, pemerintah melakukan penebalan bansos berupa tambahan bantuan beras dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
BPS melaporkan, konsumsi rumah tangga Indonesia berada pada level pertumbuhan 5,06% (yoy) sepanjang kuartal III/2023. Capaian ini terhitung lebih rendah dibandingkan pertumbuhan konsumsi RT kuartal II/2023 sebesar 5,22% (yoy) dan konsumsi RT kuartal III/2022 yang tumbuh 5,39% (yoy).
Baca Juga: Ekonom: Dua Faktor Pengaruhi Pelemahan Rupiah Ke Inflasi
"Kita mengharapkan (konsumsi rumah tangga) tetap terjaga bahkan di atas 5%, maka kita memberikan BLT untuk 18,8 juta KPM penerima sembako,” sebut Menkeu dalam dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2023 serta Stimulus Fiskal, Senin (6/11).
Secara umum, perekonomian Indonesia yang tumbuh sebesar 4,94% (yoy) di kuartal III/2023, Konsumsi Rumah Tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi dari sisi pengeluaran dengan kontribusi sebesar 2,63% (yoy).
Pada kuartal ketiga, pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga tertinggi terjadi pada Transportasi dan Komunikasi, tercermin dari peningkatan penjualan sepeda motor dan penumpang angkutan rel, laut, dan udara; serta Restoran dan Hotel, tercermin dari peningkatan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel.