02 Maret 2023
11:14 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) meluncurkan instrumen operasi moneter Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE) yang berlaku efektif pada 1 Maret 2023 untuk mendorong eksportir menyimpang DHE di dalam negeri.
"Instrumen ini bertujuan untuk mendorong serapan DHE guna mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan memperkuat perekonomian domestik," kata Direktur Departemen Komunikasi BI Fadjar Majardi dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (2/3).
Instrumen TD Valas DHE memfasilitasi penempatan DHE oleh eksportir di Bank Indonesia melalui bank yang ditunjuk (appointed bank) sesuai dengan mekanisme pasar.
"Eksportir dapat menempatkan dana dari rekening khusus DHE melalui bank yang ditunjuk kepada Bank Indonesia," tutur Fadjar.
Baca Juga: Pemerintah Berencana Revisi Aturan Devisa Hasil Ekspor
Per 1 Maret 2023, untuk tahap awal, terdapat 20 bank yang ditunjuk yang dapat menempatkan dana nasabah eksportir DHE melalui TD Valas DHE di Bank Indonesia.
Penempatan pada instrumen tersebut memberikan beberapa kelebihan, yakni suku bunga valas yang kompetitif memperhatikan tiering nominal dan tenor, dan pengecualian dana dari komponen dana pihak ketiga (DPK) untuk perhitungan giro wajib minimum (GWM) dan rasio intermediasi makroprudensial (RIM).
Fadjar menuturkan keunggulan lain dari instrumen itu yaitu adanya agent fee/spread kepada bank dengan memperhatikan tenor TD Valas DHE.
Kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 24/18/PBI/2022 tentang Perubahan Kedua atas PBI Nomor 21/14/PBI/2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dan Devisa Pembayaran Impor, yang merupakan bagian dari implementasi hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Desember 2022.
Cadangan Devisi
Sebeumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut kebijakan DHE yang ditahan selama tiga bulan, berpotensi menghasilkan cadangan devisa hingga US$50 miliar dalam setahun.
“Jadi devisa hasil ekspor diwajibkan ditahan tiga bulan di Indonesia, yang ditahan sekitar 30%. Dari situ, angka hitungan kami menunjukkan kita bisa menyimpan dalam satu tahun sekitar US$40 miliar sampai US$50 miliar,” kata Airlangga dalam webinar B-Universe Economic Outlook 2023 di Jakarta, Selasa (14/2).
Menurutnya, kebijakan menahan DHE juga sudah diterapkan oleh Malaysia, Thailand, dan Turki. Negera-negara tersebut bahkan menahan DHE di dalam negerinya bahkan hingga satu tahun, atau ditukar ke mata uang lokal.
“Pemerintah melalui Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang memproses insentif sehingga fasilitas penyimpanan valuta asing yang diberikan oleh Indonesia sama dengan Singapura,” tuturnya.
Baca Juga: Menkeu: Hasil Ekspor Perlu Terefleksi jadi Kenaikan Cadangan Devisa
Dengan kebijakan ini, dia berharap perbankan dapat memiliki devisa yang cukup, untuk menopang pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo pada tahun ini.
“Pemerintah juga perlu mengantisipasi cadangan devisa, karena inflasi Amerika Serikat pada tahun ini belum terkendali sehingga ada potensi mereka kembali menaikkan kembali tingkat suku bunga acuan,” imbuhnya.
Pada Januari 2023, Bank Indonesia mencatat cadangan devisa mencapai US$139,4 miliar atau meningkat dibandingkan posisi Desember 2022 yang sebesar US$137,2 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.