31 Agustus 2023
17:52 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry warjiyo menyebutkan, sementara ini Indonesia telah menjaring devisa sebanyak US$605 juta atau setara Rp9,21 triliun dari kebijakan Term Deposit Devisa Hasil Ekspor (TD DHE) SDA. Adapun devisa itu berasal dari 64 eksportir di Indonesia yang bergabung dalam program ini.
Otoritas moneter berjanji akan terus melakukan koordinasi berbagai pihak untuk meningkatkan jumlah DHE yang bisa dijaring hingga akhir tahun ini. Asal tahu, kebijakan ini baru efektif berlaku di Indonesia pada 1 Agustus 2023.
“Untuk PP 36/2023 kami laporkan, sekarang sudah join 64 eksportir sehingga ada kenaikan US$605 juta untuk TD DHE. (Jumlah DHE) ini belum efektif, tapi kami terus dorong dengan Kemenko (Ekonomi) untuk komunikasi,” sebutnya dalam agenda Raker dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Kamis (31/8).
BI menjelaskan, instrumen operasi moneter valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) berupa term deposit (TD) valas DHE sebagai instrumen penempatan DHE oleh eksportir melalui bank kepada Bank Indonesia.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Sanksi Pelanggar Ketentuan DHE SDA
BI akan bersinergi dengan pemerintah dalam implementasi PP DHE SDA dalam bentuk penetapan instrumen penempatan DHE SDA, serta pengaturan, pemantauan, dan pengawasannya.
Dirinya meyakini, upaya moneter ini akan dapat menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional saat ini dan waktu mendatang.
Selain TD-DHE, Perry menyampaikan, kebijakan moneter prostability akan terus mendukung ekonomi Indonesia.
Hal ini tergambar dalam keputusan BI untuk mempertahankan kebijakan suku bunga BI7DRR pada level 5,75%. Agar bisa memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1% pada 2024.
“Untuk moneter, kami arahkan (kebijakan) pro stability suku bunga BI Rate dipertahankan di level 5,75%, karena mitigasi global yang masih belum menentu,” jelasnya.
Selanjutnya, BI juga akan mengoptimalisasi sejumlah instrumen untuk memperkuat stabilisasi nilai Rupiah dalam mengendalikan imported inflation dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca Juga: BI Optimistis DHE SDA Bakal Parkir Devisa US$8-9 Miliar/Bulan
Yakni, melalui intervensi di pasar valas dengan fokus pada transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). “Fokus kami adalah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Kami terus melakukan intervensi di pasar valas, baik spot maupun forward,” sebutnya.
Lalu, menerbitkan SRBI sebagai instrumen operasi moneter (kontraksi) yang pro-market. Dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung penarikan aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta optimalisasi aset SBN yang dimiliki BI sebagai underlying.
Tak lupa, dirinya juga akan terus menjadi koordinasi melalui pemerintah pusat dan pemda via Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk pengendalian inflasi pangan di seluruh Indonesia.
“Demikian juga kami terus tingkatkan GNPIP,” paparnya.
Proyeksi Penguatan Rupiah 2024
Pada kesempatan sama, Perry optimistis, nilai tukar Rupiah di 2024 akan berada posisi menguat lewat empat faktor penopang. Mencakup proyeksi pertumbuhan ekonomi yang masih relatif bagus, kondisi inflasi yang rendah, dan tingkat imbal hasil atau yield SBN yang masih menarik.
“Termasuk penerapan dari Peraturan Pemerintah 36/2023. Insyaallah hingga akhir tahun ini, kami perkirakan US$8-9 miliar DHE SDA itu bisa masuk, sehingga memperkuat ketahanan eksternal kita,” bebernya.
Sementara ini, BI Indonesia terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah, efek dari kondisi global yang masih belum menentu. Perry bersyukur, mata uang garuda masih tergolong menguat 1,78% (year-to-date/ytd) dan bisa stabil kisaran 15.250 per dolar AS akhir-akhir ini.
Dirinya memproyeksi, nilai tukar rupiah tahun ini berkisar rata-rata 14.800-15.200 per dolar AS. Sementara mata uang rupiah terhadap dolar AS di 2024 bisa bergerak lebih optimis antara 14.000-15.100.
“Sehingga kami mendukung rerata nilai tukar rupiah yang dipakai asumsi RAPBN 2024 sebesar 15.000/dolar AS,” ucapnya.