03 September 2024
08:32 WIB
BI: Deflasi Agustus 0,03% Masih Terjaga Sesuai Target
HK Agustus 2024 tercatat deflasi sebesar 0,03% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi tercatat relatif stabil sebesar 2,12% (yoy) dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,13% (yoy).
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
Logo Bank Indonesia. Shutterstock/dok
JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menilai, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%. IHK Agustus 2024 tercatat deflasi sebesar 0,03% (mtm), sehingga secara tahunan tercatat relatif stabil sebesar 2,12% (yoy) dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,13% (yoy).
“Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah pusat dan daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (3/9).
Berdasarkan komponen, inflasi inti pada Agustus 2024 yang tercatat sebesar 0,20% (mtm) tetap terjaga. Meski sedikit lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,18% (mtm). Realisasi inflasi inti tersebut disumbang terutama oleh inflasi komoditas kopi bubuk, emas perhiasan, dan biaya sekolah.
Secara tahunan, inflasi inti Agustus 2024 tercatat sebesar 2,02% (yoy), meningkat dari inflasi inti bulan sebelumnya sebesar 1,95% (yoy).
“(Kenaikan inflasi inti) seiring dengan berlanjutnya peningkatan harga komoditas global khususnya emas dan dimulainya tahun ajaran baru, di tengah ekspektasi inflasi yang tetap terjangkar dalam sasaran,” paparnya.
Sementara itu, kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) pada Agustus 2024 melanjutkan deflasi sebesar 1,24% (mtm). Adapun deflasi di Agustus ini lebih dangkal ketimbang deflasi bulan sebelumnya sebesar 1,92% (mtm).
Baca Juga: Biaya Pendidikan Dan Kenaikan BBM Dorong Inflasi Agustus 2024
Deflasi kelompok volatile food disumbang terutama oleh komoditas bawang merah, daging ayam ras, dan tomat.
“Penurunan harga komoditas pangan didukung oleh peningkatan pasokan, seiring dengan masih berlangsungnya periode panen beberapa komoditas hortikultura,” ujarnya.
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 3,04% (yoy), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,63% (yoy). Ke depan, BI memperkirakan, inflasi volatile food akan tetap terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah.
Lalu, kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) Agustus 2024 mengalami inflasi sebesar 0,23% (mtm). Capaian ini meningkat dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,11% (mtm).
“Inflasi kelompok administered prices disumbang terutama oleh bensin dan sigaret kretek mesin (SKM). Seiring dengan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan berlanjutnya transmisi kenaikan cukai hasil tembakau,” urainya.
Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices juga tercatat sebesar 1,68% (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,47% (yoy). Secara keseluruhan, Bank Indonesia masih optimistis pergerakan inflasi di dalam negeri ke depan akan tetap terjaga sesuai target.
“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025,” tegasnya.
Pertahankan Suku Bunga
Ekonom Bank Danamon Hossiana Evalita menyampaikan, deflasi Agustus 0,03% (mtm) terutama didorong oleh sektor makanan, minuman, dan tembakau, meskipun inflasi inti dan harga diatur pemerintah terus berlanjut. Laju ini membuat inflasi tahunan RI melambat menjadi 2,12% (yoy)
“Selama lima tahun terakhir, deflasi sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga pangan yang bergejolak,” jelas Anna, Senin (2/9).
Selain itu, Pertamina yang melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi di awal Agustus berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,03% (mtm) di sektor transportasi.
Seiring dengan kelanjutan deflasi tersebut, PMI Manufaktur Indonesia turun menjadi 48,9 poin pada Agustus dari 49,3 poin pada Juli 2024. Menandai bulan kedua kontraksi dan level terendah dalam tiga tahun.
Baca Juga: BPS: Mamin Dan Tembakau Dorong Deflasi Agustus 0,03%
“Output dan pesanan baru mengalami penurunan paling tajam sejak Agustus 2021, dengan pesanan luar negeri turun tajam karena masalah pengiriman,” terangnya.
Secara tahunan, inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga beras dan sigaret kretek mesin (SKM). Inflasi inti naik menjadi 2,02% (yoy), inflasi volatile food melambat menjadi 3,04% (yoy), dan inflasi yang diatur pemerintah naik menjadi 1,68% (yoy).
Ke depannya, pihaknya memproyeksi inflasi tahunan akan tetap terjaga di level 2,2% pada akhir 2024. Dari sisi kebijakan, pihaknya juga mengantisipasi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakan di level 6,25% pada RDG September 2024.
“Guna memastikan stabilitas rupiah dan mengelola risiko dari ketidakpastian domestik dan global di tengah transisi politik,” ucapnya.