18 Januari 2025
17:13 WIB
Bappebti Genjot Peran Perdagangan Berjangka Komoditi Di 2025, Ini Langkahnya
Strategi Bappebti di 2025 mewujudkan pembentukan harga dan pasokan komoditas melalui Perdagangan Berjangka Komoditi.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Logo Bappebti. Sumber: Kementerian Perdagangan
JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) akan meningkatkan peran Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) guna membentuk harga, menguatkan perdagangan serta ekonomi Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional periode 2025–2029.
Sekretaris Bappebti Olvy Andrianita mengatakan, rancangan untuk mentransformasi dan inovasi PBK tersebut dimuat dalam strategi 'Terwujudnya Pembentukan Harga melalui Perdagangan Berjangka Komoditi'.
"Salah satu langkah utama adalah penguatan transaksi multilateral berbasis komoditas unggulan Indonesia, antara lain CPO, emas, kopi, lada, nikel, kakao, karet, dan renewable energy certificate (REC)," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (18/1).
Baca Juga: Bappebti Rilis Rating Pialang Berjangka Periode April-Juni 2024
Olvy menyampaikan, Bappebti akan terus mengoptimalkan implementasi Bursa CPO Indonesia serta perdagangan emas fisik secara digital. Ini dilakukan dengan menyempurnakan regulasi untuk memastikan keamanan transaksi dan meningkatkan perlindungan masyarakat.
Ia menambahkan, pada 2025, Bappebti juga akan terus mengoptimalkan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan pengembangan Pasar Lelang Komoditas (PLK).
Bappebti mencatat, pada 2024, instrumen PBK berupa SRG dan PLK mampu mendorong stabilitas harga dan pasokan komoditas. Kemudian, menjaga inflasi, serta meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia.
Selama 2024, Bappebti mencatat peningkatan kinerja PBK dengan total nilai transaksi mencapai Rp33.214,89 triliun. Capaian ini tumbuh 29,34% ketimbang 2023 yang senilai Rp25.679,97 triliun.
Kontrak berjangka yang banyak ditransaksikan dalam transaksi multilateral antara lain komoditas timah, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), emas, kopi, dan kakao. Adapun produk pada transaksi bilateral yaitu komoditi, forex, indeks saham, dan saham tunggal asing (single stock).
"Bappebti juga akan terus mengoptimalkan implementasi SRG dan pengembangan PLK," kata Olvy.
Dia menerangkan, hal itu bertujuan untuk mendukung swasembada pangan, pengamanan pasar dalam negeri, dan perluasan pasar ekspor. Ini termasuk mendorong UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) ekspor sebagaimana program prioritas Kemendag.
Baca Juga: Bappebti Dorong Implementasi SRG Demi Tata Niaga yang Efektif
Olvy menambahkan, pihak Bappebti juga akan membentuk Bursa Berjangka Nikel ke depannya. Ia menjelaskan, komoditas nikel dipersiapkan sebagai subjek kontrak berjangka baru.
"Rencana strategis Bappebti mendatang dilengkapi dengan pembentukan Bursa Berjangka Nikel," katanya.
Di samping itu, penguatan layanan publik Bappebti melalui peningkatan integrasi pelayanan perizinan dan nonperizinan, penguatan pengawasan dan peningkatan kompetensi SDM pengawasan juga akan menjadi prioritas ke depan.
"Melalui berbagai langkah strategis ini, Bappebti optimistis mampu mendorong terciptanya perdagangan berjangka yang lebih inovatif, transparan, dan kompetitif," tutup Olvy