29 Oktober 2024
08:00 WIB
Bapanas Perkirakan Harga Beras di Akhir Tahun Naik
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengingatkan akan adanya potensi kenaikan harga beras di akhir tahun, karena adanya defisit neraca produksi pada November dan Desember.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Pekerja membawa karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu (23/10/2024). AntaraFoto/Zaky Fahreziansyah
JAKARTA - Deputi II Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (Bapanas), Nyoto Suwignyo mengingatkan adanya potensi kenaikan harga beras di akhir tahun 2024, imbas penurunan produksi. Ini diketahui berdasarkan neraca produksi yang defisit pada November dan Desember 2024.
Nyoto mengungkapkan secara rinci, besaran defisit beras pada November sebanyak -0,86 juta ton dan Desember sebesar -1,4 juta ton.
"Sebagai catatan, pada bulan November- Desember 2024, neraca produksi dikurangi konsumsi, diprediksi mengalami defisit dibandingkan Oktober 2024 sebagai akibat penurunan produksi atau musim paceklik," ujar Nyoto dalam rapar koordinasi inflasi, Senin (28/10).
Baca Juga: Harga Beras Masih Mahal Di Tengah Potensi Kenaikan Produksi
Hal ini menurut Nyoto harus menjadi perhatian penting baik bagi pemerintah daerah maupun pusat, karena beras konsisten memberikan andil inflasi sejauh ini.
"Penurunan produksi tersebut tentu berpotensi mendorong terjadinya kenaikan harga beras di akhir tahun seperti tren-tren tahun sebelumnya," imbuh dia.
Meski ada defisit, namun Nyoto tetap mengakui terjadinya peningkatan produksi pada November dan Desember 2024 ini. Pada neraca tahun 2023, produksi November mencapai 1,62 juta ton namun konsumsi 2,56 juta ton, sehingga ada defisit 0,95 juta ton. Sedangkan, Desember 2023, produksi tercatat 1,14 juta ton dan konsumsi 2,56 juta ton sehingga ada defisit 1,43 juta ton.
Sementara di tahun 2024, produksi pada November dan Desember masing-masing sebesar 1,73 juta ton dan 1,19 juta ton, atau lebih tinggi dibanding tahun 2023.
Lebih lanjut, untuk cadangan pangan, Nyoto mengaku pihaknya telah menugaskan Bulog untuk mengoptimalkan penyerapan beras dalam negeri, baik melalui mekanisme Public Service Obligation (PSO) maupun komersial.
"Yang terpenting menjaga stok CBP beras di atas 1 juta ton sebagai antisipasi untuk stabilisasi harga di akhir tahun, serta carry over 2025 agar program SPHP beras maupun bantuan pangan bisa segera dilaksanakan sejak awal tahun," lanjut Nyoto.
Per 28 Oktober 2024, Nyoto menuturkan stok cadangan beras yang dikelola Bulog sebanyak 1,55 juta ton. Jumlah tersebut terdiri dari 1,2 juta ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan 270 ribu ton stok komersial.
Baca Juga: Energi Hijau Kawal Ketahanan Pangan
Sebelumnya dari catatan Validnews, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan akan adanya penurunan produksi beras di tahun 2024 dibandingkan 2023. Total penurunan tersebut sebanyak 0,76 juta ton (2,43%) dari tahun lalu atau hanya sebesar 30,34 juta ton. Sedangkan, pada 2023 produksi beras diketahui mencapai 31,10 juta ton.
Menurut Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, penurunan ini terjadi dari anjloknya produksi beras pada subround I (Januari-April). Oleh karena itu, menyebabkan penurunan produksi beras dari 12,98 juta ton tahun lalu, menjadi 11,07 juta ton di subround I tahun ini.
"Penurunan sebanyak 1,91 juta ton (14,74%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” jelas Amalia dalam rilis BPS, Selasa (15/10).