13 Januari 2024
09:18 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
JAKARTA - Direktur Utama ID FOOD, Frans Marganda Tambunan menyampaikan untuk pemenuhan pasokan cadangan pangan pemerintah (CPP) yang dikelola ID FOOD di tahun 2024, baru akan dibahas pada akhir Januari 2024 mendatang.
Komoditas yang menjadi tanggung jawab ID FOOD berdasarkan Peraturan presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022 antara lain, daging unggas, daging ruminansia, telur ayam, gula konsumsi, minyak goreng, bawang, cabai, dan ikan.
“Untuk tahun 2024, program (CPP) akan dimulai di akhir Januari ini,” kata Frans saat dihubungi Validnews, Jumat (12/1).
Saat ditanya dari mana saja pemenuhan kebutuhan CPP tersebut terutama untuk komoditas daging unggas atau ayam, Frans belum menjawab. Namun ia mengungkapkan, selama 2023 lalu, pihaknya telah menyalurkan telur dan daging ayam kepada 1,4 juta keluarga rawan stunting di 7 provinsi, yakni Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Adapun penyaluran tersebut, kata Frans disalurkan sekali dalam sebulan sebanyak 10 butir telur dan 1 kg ayam per keluarga. Sedangkan sumber ayam dan telur untuk CPP yang disalurkan di tahun 2023 tersebut diklaimnya berasal dari peternak mandiri.
“Ayam dan telur tersebut berasal dari peternak mandiri yang menjadi mitra ID FOOD,” ujarnya.
Baca Juga: Komunitas Peternak Unggas Ajukan Tuntutan, Minta Atur Ulang Kebijakan
Dihubungi terpisah, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan, untuk perencanaan dan pendanaan offtake ayam dan telur saat ini tengah disiapkan.
“Sedang disiapkan pendanaan untuk offtake ayam dan telur, juga produk pangan strategis lainnya,” tutur Arief kepada Validnews, Jumat (12/1).
Diberitakan sebelumnya, Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) Alvino menyatakan saat ini peternakan perunggasan mandiri dan rakyat terus tertekan dan terancam punah. Alasannya, pemerintah terkesan lebih berpihak kepada industri perunggasan besar yang memberikan kesempatan mereka untuk langsung memasarkan unggas hidup mereka ke pasar tradisional dan konsumen.
Padahal menurut Alvino, peternak rakyat atau mandiri telah mengeluarkan ongkos yang produksi yang tinggi untuk harga bibit dan bahan pakan ayam, namun harga jual dan adanya over supply ayam hidup di tingkat konsumen membuat mereka terus merugi. Ia menyebutkan, kerugian mencapai Rp3,2 triliun dalam setahun karena harga ayam hidup terus merosot.
Rincian kerugian tersebut dia jelaskan, yakni sekitar Rp3.000 per kg dengan total produksi ayam peternak mandiri sekitar 20% dari total produksi ayam hidup yang sebesar rata-ratanya 65 juta ekor.
“Besaran kerugian itu berasal dari perhitungan total volume produksi setahun, sebanyak 65 juta ekor dengan asumsi produksi peternak mandiri mencapai 20% atau sebanyak 13 juta ekor,” tutur Alvino.
Baca Juga: KPPU Sulit Temukan Peternak Ayam Mandiri Di Sumut
Dari jumlah tersebut, rata-rata bobot ayam mencapai 1,6 kg, sehingga kerugian harian para peternak mandiri mencapai Rp62 miliar per pekan, dan secara total kerugian menembus Rp3,2 triliun.
Atas permasalahan tersebut, Alvino mendesak agar pemerintah bisa mengembalikan budidaya ayam broiler ke peternak rakyat atau mandiri 100%. Penjualan ayam hidup juga diharapkan bisa sesuai dengan harga yang ditetapkan melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 Tahun 2022, yaitu harga acuan penjualan (HAP) yang ditentukan pemerintah untuk daging ayam ras sebesar Rp21.000 – Rp23.000 per kg.
Menyitir data panel harga pangan Bapanas pada hari ini, Jumat (12/2), untuk harga daging ayam ras di tingkat konsumen senilai Rp35.730 per kg. Lalu berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Bank Indonesia (BI) untuk harga daging ayam ras segar senilai Rp37.250 per kg. Dan berdasar pada data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP) untuk komoditas daging ayam ras seharga Rp37.100 per kg.