c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

31 Agustus 2023

14:30 WIB

Bapanas Antisipasi Penurunan Produksi Beras Sampai 7%

Penurunan produksi 5% akibat El Nino diharapkan tidak lebih dari 5%, namun Bapanas bersiap untuk antisipasi apabila penurunan produksi sampai 7%.

Bapanas Antisipasi Penurunan Produksi Beras Sampai 7%
Bapanas Antisipasi Penurunan Produksi Beras Sampai 7%
Ilustrasi. Petugas mencatat jumlah stok beras di gudang Perum Bulog Lebak-Pandeglang, Banten, Senin (14/8/2023) . Antara Foto/Muhammad Bagus Khoirunas

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan pemerintah berupaya mengantisipasi potensi penurunan produksi gabah/beras hingga 5% akibat El Nino dengan memastikan stok cadangan pangan pemerintah (CPP) tercukupi.

“Kita antisipasi penurunan produksi 5% akibat El Nino melalui penyaluran CPP. Semoga penurunan produksi tidak lebih dari 5%, namun Bapanas bersiap untuk antisipasi apabila penurunan produksi sampai 7%,” kata Arif dalam keterangan resmi, Kamis (31/8).

Arief menyampaikan CPP yang dikelola oleh pemerintah bersama BUMN klaster pangan telah memiliki landasan regulasi melalui Peraturan Presiden Nomor 125 tahun 2022. Stok CPP per hari ini, lanjutnya, masih cukup dan juga pihaknya telah menyiapkan stok sampai Februari dan April 2024 mendatang karena Februari ada Pemilu dan April ada Idul Fitri.

“Untuk itu, kita siapkan stok sejak tahun lalu, sehingga apabila ada kejadian seperti El Nino ini, CPP bisa dilepas sebagai langkah pemerintah dalam intervensi di pasar. Ini penting untuk menjaga harga dan terhadap stok CPP juga harus terus dikuatkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Arief menyampaikan bahwa kondisi hari ini menunjukkan menggeliatnya harga Gabah Kering Panen (GKP) yang telah menyentuh kisaran harga Rp6.700-7.000 per kg, sedangkan harga beras sangat bergantung pada harga GKP tersebut.

Baca Juga: Hadapi El Nino, Pemerintah Targetkan Stok Beras 2,2 Juta Ton

Faktor-faktor lain yang membentuk harga beras, lanjutnya, juga mengalami penyesuaian, misalnya terhadap biaya pupuk, ongkos transportasi sampai biaya orang kerja. Oleh karena itu, harga beras memang sulit menyamai seperti tahun lalu.

“Kunci utamanya memang di produksi dan menjelang akhir tahun trennya akan mengalami penurunan. Terhadap teman-teman penggilingan padi pun rasanya perlu perhatian berupa revitalisasi alat agar mereka tidak kalah saing dengan dapat meningkatkan kualitas giling menjadi beras premium,” harap Arief.

Bantuan pangan beras akan disalurkan kembali sebanyak 640 ribu ton kepada 21,353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam bentuk beras 10 kg selama 3 bulan per KPM. Dikatakannya bantuan pangan beras tersebut bersumber dari stok Perum Bulog yang per hari ini tercatat sebesar 1,5 juta ton. 

Dengan adanya intervensi di hilir seperti ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap harga beras. 

“Satu-satunya yang bisa mengatasi kenaikan harga pangan adalah intervensi di hilir. Selain itu tentu peningkatan produksi. Per September bantuan pangan beras akan diluncurkan kembali dan harapannya pada minggu pertama dapat berimbas terhadap harga di pasaran,” ucap Arief. 

Di samping itu, Bapanas tetap melaksanakan upaya lainnya yaitu Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Gerakan Pangan Murah (GPM) hingga Fasilitas Distribusi Pangan (FDP).

Perlu diketahui, pada penyaluran yang telah selesai dilaksanakan sebelumnya, bantuan pangan tersebut memberikan kontribusi positif terhadap upaya pengendalian inflasi di bulan Juli 2023. Kelompok volatile food pada Juli di angka 0,17% turut menyumbang deflasi atau lebih rendah dari bulan Juni yang sebesar 0,44% (month to month).

Baca Juga:  Centang Perenang Mengupayakan Ketahanan Pangan

Terkait produksi dalam negeri, Arief mendorong kepada seluruh pihak terkait agar dapat terus melakukan akselerasi. “Tentu solusi selain penyaluran food reserve, adalah peningkatan produksi dalam negeri. Saya kemarin baru melihat daerah sentra produksi yang memiliki sistem irigasi waduk seperti di Karawang dan Rengasdenglok, hampir tidak terganggu dengan El Nino. Artinya tidak ada kendala di daerah yang terdapat aliran irigasi teknis.” ujar Arief.

Arief juga menegaskan bahwa antisipasi lain yang dilakukan dalam mengatasi dampak El Nino adalah melalui upaya diversifikasi pangan karena Indonesia memiliki keragaman sumber daya pangan. 

"Berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH), kita masih mengalami kelebihan konsumsi padi-padian, minyak lemak, dan gula. Sementara kita kekurangan konsumsi umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur mayur, dan buah-buahan. Karena itu, perlu diversifikasi pangan bagi masyarakat, misalnya dengan mengganti konsumsi ke kentang, ubi kayu, jagung, dan bahan pokok lainnya." pungkas Arief. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar