06 Agustus 2025
08:37 WIB
Bahlil Tepis Anggapan 'Pilih Kasih' Investasi Asing
Menteri ESDM tegaskan RI selalu menerapkan equal treatment pada setiap investasi asing, termasuk pada proyek ekosistem baterai EV.
Penulis: Yoseph Krishna
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Antara Foto/Aditya Pradana Putra
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut pemerintah tak pernah sekalipun pilih kasih terhadap negara-negara asing untuk melakukan investasi, termasuk untuk proyek ekosistem baterai kendaraan listrik.
Keterlibatan perusahaan asal Tiongkok, yakni Huayou dan CATL yang berkongsi dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) pada proyek ekosistem baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, sambung Bahlil, dikarenakan negara tersebut yang sampai saat ini masih berkomitmen untuk menyukseskan agenda hilirisasi di Indonesia.
Selain ada komitmen, Huayou dan CATL dinilainya punya teknologi yang mumpuni dan cocok untuk diterapkan pada proyek ekosistem baterai EV sebagai bagian dari agenda hilirisasi sumber daya nikel.
Baca Juga: Hilirisasi Nikel: Menambang Potensi, Perkuat Industri
"Teknologi yang paling cepat itu China, CATL ini. Jujur-jujur saja, Indonesia tidak punya teknologi seperti China, maka kita harus kerja bareng-bareng," ucap Menteri Bahlil di Jakarta, Selasa (5/8).
Meski begitu, penawaran investasi bukan hanya dilayangkan ke China, melainkan ke negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, hingga Amerika Serikat. Artinya sampai detik ini, Pemerintah Indonesia tak pernah memberi perlakuan khusus terhadap investasi yang masuk dari Negeri Panda.
"Semuanya equal treatment, nggak ada perlakuan-perlakuan khusus. Jadi ada yang mengatakan kepada saya kok seolah-olah ke negara tertentu aja yang kita fokus, enggak," sebut Bahlil.
Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) itu pun menganalogikan Indonesia sebagai seorang wanita yang sedang mencari pasangan, dalam hal ini terkait proyek investasi ekosistem baterai mobil listrik.
Pada mulanya, Indonesia terbuka untuk menerima ajakan diskusi baik dari Afrika, Timur Tengah, Eropa, maupun Amerika Serikat. Tetapi, banyak dari negara lain hanya omon-omon dan tidak benar-benar menyuntikkan modal mereka di Indonesia.
"Mereka bertanya terus, makan bakso, makan di restoran, tapi habis itu pergi. Nah, yang datang dan tidak mau pulang ke rumah itu Korea Selatan dan China, begitu loh," terangnya.
Baca Juga: Menteri Rosan Akui Persaingan Menarik Investasi Makin Tinggi
Bahlil menggarisbawahi Indonesia tak pernah memberikan prioritas apapun ke sebuah negara dalam segala jenis investasi, termasuk soal hilirisasi dan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik.
Negosiasi Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi contoh teranyar tak adanya pilih kasih pada investasi asing. Pasalnya, Indonesia tetap membuka lebar pintu investasi bagi Negeri Paman Sam di bidang mineral kritis.
"Saya bilang tentu kita kasih, tinggal bapak datangkan investornya, saya siapkan tambangnya. Bisnisnya sama, equal treatment dan tidak ada beda-beda," tegas dia.