15 November 2025
12:41 WIB
Bahlil Taksir Tambang Bawah Tanah Freeport Beroperasi Penuh April 2026
Pemerintah tak beri tenggat waktuatas evaluasi longsor PTFI dan buka peluang operasional tambang yang tak terdampak insiden longsor
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Pemerintah tengah melakukan evaluasi dan investigasi soal penyebab longsornya tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) milik PT Freeport Indonesia yang menewaskan tujuh pekerja beberapa waktu lalu.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memperkirakan, tambang milik Anggota Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) itu bisa beroperasi paling lambat April 2026.
"Kita targetkan mungkin bulan tiga atau empat tahun depan baru bisa itu (beroperasi)," ungkapnya kepada awak media di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (14/11).
Baca Juga: Bahlil Dorong Bos Freeport Beli Konsentrat Tembaga Dari Amman
Meski begitu, Bahlil tak menutup kemungkinan tambang bawah tanah PTFI yang tidak terdampak longsor bisa kembali beroperasi lebih cepat demi keberlanjutan perekonomian di daerah.
Ditegaskannya, insiden longsoran material basah hanya terjadi pada beberapa titik tambang milik PT Freeport Indonesia. Karenanya, demi menjaga kinerja perusahaan, titik-titik yang tak terdampak longsor bisa dioperasikan lagi.
"Saya kan sudah bilang Freeport itu tidak semua arealnya itu kena masalah. Tapi kemaren saat ada masalah itu kita tutup sampai dilakukan evakuasi. Setelah evakuasi, kita membuat analisa ada bagian yang tidak ada hubungannya dengan longsor underground itu," jabar Bahlil.
Lebih lanjut, Bahlil juga mengatakan, tidak ada tenggat waktu dalam proses evaluasi dan penyelidikan. Menurutnya, pekerjaan itu harus dilakukan dengan teliti sehingga kejadian serupa tak terulang kemudian hari.
"Kita tidak mau sembrono. Kalau sembrono kan orang mati nanti siapa yang mau tanggung jawab lagi?" tegasnya.
Baca Juga: Pascalongsor Tambang, Bahlil: Operasional Freeport Tunggu Hasil Audit
Tim yang diterjunkan, lanjutnya, harus bekerja secara teliti dan penuh kehati-hatian. Permasalahan longsor di tambang PTFI bukan semata-mata soal bisnis, tapi soal keselamatan para pekerja tambang.
"Ini nyawa orang, jadi bukan persoalan bisnis semata, nyawa orang dan kita harus mengecek apa penyebabnya," bebernya.
Selaras, Freeport McMoRan Inc. sebelumnya memperkirakan, kegiatan operasi GBC dimulai di tiga blok produksi secara bertahap, yang dimulai oleh PB2 pada paruh pertama 2026, disusul PB3 dan PB1S pada paruh kedua 2026, lalu PB1C pada 2027.
Freeport menyebut, insiden longsor lumpur bijih yang terjadi pada awal September lalu telah merusak sejumlah infrastruktur pendukung produksi di area GBC. Akibatnya, PTFI terpaksa menunda kegiatan produksi dalam jangka pendek pada kuartal IV-2025 hingga sepanjang 2026 di area tambang tersebut.
Baca Juga: Harga Batu Bara Anjlok, Bahlil: Naikkan DMO 25% Dan Sunat Produksi
Ditjen Minerba Kementerian ESDM pun melaporkan, ada dua situs tambang PTFI yang tak terdampak longsor, yakni DMLZ dan Big Gossan sudah mulai beroperasi, tapi belum berproduksi.
Laporan resmi PT Freeport Indonesia menuliskan, produksi konsentrat GBC sekitar 133.800 ton per hari, DMLZ sekitar 64.900 ton per hari, dan Big Gossan sekitar 8.000 ton per hari. Dengan demikian produksi GBC sekitar 64% dari kapasitas keseluruhan Freeport Indonesia.