09 Oktober 2024
19:30 WIB
Bahlil Soal Insiden Kilang Balikpapan: Terbakar Atau Sengaja Dibakar?
Insiden kebakaran terjadi di Crude Distilation Unit (CDU) IV Balikpapan milik anak usaha PT Pertamina, yakni PT Kilang Pertamina Internnasional, pada Mei 2024 lalu.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Proyek Strategis Nasional (PSN) Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur. Sumber: Pertamina
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mempertanyakan insiden kebakaran yang terjadi di Crude Distilation Unit (CDU) IV Balikpapan milik anak usaha PT Pertamina, yakni PT Kilang Pertamina Internnasional, pada Mei 2024 lalu.
Pihaknya pun telah menemui Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati beberapa waktu lalu guna memastikan kilang di Balikpapan itu benar-benar terbakar dan bukan sengaja dibakar untuk tujuan tertentu.
"Kemarin saya diskusi sama Bu Dirut Pertamina, RDMP kita di Balikpapan itu kenapa terbakar? Saya sempat tanya ini terbakar beneran atau memang sengaja dibakar," tutur Bahlil di Jakarta Convention Center, Rabu (9/10).
Pasalnya sejak masih menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM hingga saat ini sebagai Menteri ESDM, Bahlil menyebut penyelesaian insiden di Kilang Balikpapan itu tak juga rampung.
"Sejak saya masih di BKPM, saya sudah turun itu tinjau proyek, sampai sekarang tidak selesai-selesai," imbuhnya.
Insiden yang terjadi di CDU IV Balikpapan itu dijelaskannya berdampak pada penambahan impor minyak Indonesia. Artinya, bukan tidak mungkin kilang tersebut sengaja dibakar supaya impor minyak bertambah.
Baca Juga: Ini Tantangan Pertamina Pada Proyek RDMP Balikpapan
Dia pun mengaitkan kejadian tersebut dengan kondisi lifting minyak RI yang terus menurun dari tahun ke tahun. Menurutnya di tengah upaya itu, ada kebahagiaan dari importir apabila pemerintah gagal mendongkrak lifting minyak.
"Kalau lifting kita tidak naik, yang senang importir dan mungkin doanya setiap hari agar lifting kita tidak naik-naik. Saya bilang ya ini sesama pemain mengerti lah kira-kira begitu. Saya kasih tahu teman-teman Kementerian, sudahlah jangan main-main," kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Eks-Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu menyinggung kondisi lifting minyak Indonesia yang semakin mengkhawatirkan.
Bahkan, kondisi saat ini berbanding terbalik dengan era 1990-an, tepatnya pada tahun 1996-1997. Pasalnya kala itu, Indonesia mampu memproduksi sekitar 1,6 juta barel minyak per hari (BOPD) dengan konsumsi dalam negeri yang hanya 600-an ribu BOPD.
"Jadi terbalik 30 tahun lalu antara lifting dan ekspor berbalik dengan lifting dan impor di tahun 2023. Jadi 1996-1997 kita ekspor 1 juta barel, 2023 kita impor 1 juta barel, ini kondisi bangsa kita," tandas Bahlil Lahadalia.
Tiga Jurus Dongkrak Lifting
Dirinya juga menjelaskan saat ini telah ada tiga jurus untuk mendongkrak lifting minyak. Mulai dari reaktivasi sumur-sumur migas yang idle, intervensi teknologi pada setiap lapangan, hingga masifikasi kegiatan eksplorasi.
Untuk reaktivasi sumur idle, Kementerian ESDM telah memetakan ada lebih dari 5 ribu sumur idle yang sejatinya masih produktif, namun sudah tidak dioptimalka oleh KKKS.
"Kita akan ambil alih untuk kita tawarkan kepada perusahaan siapa yang mampu untuk meningkatkan lifting nasional kita. Jangan digenggam dong, kita negara butuh," sebut dia.
Baca Juga: Pertamina Fokus Rampungkan Proyek Kilang Minyak Terbesar Di Indonesia
Sedangkan untuk intervensi teknologi, hitung-hitungan SKK Migas menunjukkan Enhanced Oil Recovery akan menambah 20% dari total lifting nasional. Artinya dengan kondisi lifting di kisaran 600-an ribu BOPD, bakal ada tambahan sekitar 120 ribu BOPD lewat strategi EOR tersebut.
"Ini kita sudah lakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan dari Amerika, China, salah satu intervensinya adalah EOR," terang Bahlil.
Sedangkan dari sisi eksplorasi, pemerintah tengah memangkas perizinan yang selama ini dinilai terlalu banyak. Tak tanggung-tanggung, KKKS butuh waktu paling cepat 4 tahun dari mengurus perizinan, eksplorasi, hingga ke fase produksi.
"Selain kita optimalkan sumur-sumur tua yang idle, kita harus bangkitkan dia, lalu intervensi teknologi pada sumur yang sudah berjalan, serta kita penetrasi eksplorasi baru," pungkasnya.