10 Januari 2025
18:29 WIB
Bahlil Ngotot Hilirisasi Batu Bara Wajib Jadi DME
Pemerintah bakal menjalankan lagi proyek hilirisasi batu bara menjadi DME yang dicanangkan Presiden Ke-7 Joko Widodo.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (17/12/2024). AntaraFoto/Nova Wahyudi
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan pemerintah tetap mendorong hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).
Menurut dia, produk DME itu bakal berperan krusial sebagai pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG) yang selama ini masih diimpor dan membebankan keuangan negara.
"DME, hilirisasi batu bara kan dulu juga pernah kita dorong untuk DME sebagai substitusi daripada LPG. Sekarang, kita mau dorong lagi untuk bangun DME," tegas Menteri Bahlil saat menemui awak media di kantornya, Jumat (10/1).
Bahkan, lahan-lahan eks-Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) diwajibkan oleh pemerintah untuk menjalankan proyek hilirisasi. Selain DME, Bahlil menyebut ada juga peluang hilirisasi batu bara mejadi metanol.
"Sudah ada yang mengajukan untuk membangun metanol juga dan bahkan sampai dengan gasifikasi," kata dia.
Baca Juga: MIND ID Beberkan Peran Batu Bara Dalam Ekosistem Kendaraan Listrik
Sebelumnya, Eks-Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu mengakui bakal ada penjajakan kerja sama untuk kembali menjalankan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Air Products telah memutuskan untuk mundur dari proyek hilirisasi kebanggaan Presiden RI Ke-7 Joko Widodo, yakni batu bara menjadi DME yang diharapkan bisa menggantikan LPG.
Arah hilirisasi batu bara yang dilakukan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga bakal berubah. Tak lagi menjadi DME, PTBA berencana membuat produk dalam ekosistem baterai kendaraan listrik.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha Holding BUMN Pertambangan MIND ID Dilo Seno Widagdo mengungkapkan ada arah hilirisasi baru itu ialah dengan mengolah batu bara menjadi anoda yang notabene merupakan komponen dari baterai EV.
"Baterai itu ada anoda dan katoda, anoda itu karbon. Karbonnya seluruh dunia hari ini pakai grafit. PTBA bersama BRIN sudah bisa membuat synthetic carbon menggunakan batu bara," jelas Dilo dalam sesi diskusi bertajuk 'Industri Pertambangan Sebagai Penggerak Hilirisasi Menuju Indonesia Emas' di Jakarta, Selasa (15/10).
Kemarin, Dilo juga kembali mengungkapkan rencana hilirisasi batu bara untuk mendukung pembentukan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Grafit Sintetis
Dijelaskannya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai Anggota MIND ID bakal membuat grafit sintetis dari batu bara. Hal itu dikarenakan Indonesia tak punya sumber daya grafit alam. Di lain sisi, Tiongkok yang menjadi gudang grafit alam telah menutup keran ekspor atas komoditas tersebut.
"Kita buat sama Bukit Asam itu bahwa batu bara bisa dijadikan synthetic graphite. Jadi, nanti kita tidak harus pakai anodanya itu pakai grafit, tapi kita bisa pakai batu bara yang kita buat grafit sintetis," sebut Dilo.
Baca Juga: Batal Jadi DME, Ini Arah Baru Hilirisasi Batu Bara
Pengembangan grafit sintetis, sambungnya, dilakukan PTBA dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Saat ini, proyek itu masih dalam tahap piloting dengan jenama produk BARIN NMC-811 Battery tipe 18650.
Dilo mengakui, masih ada beberapa yang harus ditingkatkan. Terutama, ialah pada sisi technology readiness level. Dengan meningkatkan aspek tersebut, level density diyakini Dilo bisa menjadi lebih baik.
"Kita juga sudah kerja sama, buka komunikasi dengan CATL. Kalau ini bisa kita buat, CATL nanti buat katodanya, tapi anodanya nanti bisa dari kita," tandasnya.