c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

24 Oktober 2025

16:46 WIB

Bahlil Janjikan Insentif Untuk Investor Yang Bangun Pabrik Etanol

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebut ada kemungkinan investor dari Brasil masuk ke proyek pabrik etanol di Indonesia.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Bahlil Janjikan Insentif Untuk Investor Yang Bangun Pabrik Etanol</p>
<p id="isPasted">Bahlil Janjikan Insentif Untuk Investor Yang Bangun Pabrik Etanol</p>

Ilustrasi - Seseorang yang sedang mengisi BBM beretanol di sebuah SPBU. Dimodifikasi dari Shutterstock/Africa Studio

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjanjikan insentif kepada setiap investor yang akan membangun pabrik etanol di Indonesia. Pabrik itu ke depannya bakal memenuhi kebutuhan etanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM).

Dengan adanya insentif itu, ia berharap kebutuhan etanol untuk program E10 bisa dipenuhi dari sumber dalam negeri. Campuran 10% etanol ke dalam BBM (E10) itu sendiri rencananya dimandatorikan pada tahun 2027 mendatang.

"Pasti ada insentif, bisa tax holiday, marketnya juga captive," sebut Bahlil selepas Upacara Hari Jadi Pertambangan dan Energi di Monumen Nasional (Monas), Jumat (24/10).

Dia juga tak menampik ada peluang bagi investor asal Brasil untuk menyuntikkan modal pada proyek pabrik etanol di Indonesia. Peluang itu muncul saat pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden Brasil Lula Da Silva di Istana Merdeka beberapa waktu lalu.

Baca Juga: RI Garap Ekosistem Bioetanol! Toyota Jadi Inti, Koperasi Jadi Plasma

Tetapi, belum ada 100% kepastian soal investor dari Brasil yang akan membangun pabrik etanol. Bahlil menyebut hal itu masih berada dalam tahap pembahasan antarpihak terkait, termasuk dengan Menteri Pertambangan dan Energi Brasil Alexandre Silveira.

"Semalam pas tanda tangan, kami diskusi, ada kemungkinan besar (investor Brasil masuk)," katanya.

Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) itu juga menyampaikan kebutuhan etanol untuk implementasi E10 tahun 2027 ialah sebanyak 1,4 juta kiloliter (kl). Sehingga, program E10 tak sekadar memberi dampak pada kualitas BBM yang lebih baik, tetapi juga mendongkrak kualitas hidup para petani.

Adapun saat ini, pencampuran etanol baru di angka 5% terhadap bahan bakar minyak (BBM) yang dijual PT Pertamina dengan nama Pertamax Green 95.

"Tetapi memang harus ada prosesnya itu, mekanisasi teknologi, jadi supaya juga ekonomi daerah bisa tumbuh," papar Bahlil.

Eks-Ketua Umum HIPMI itu juga menaksir butuh waktu 1,5-2 tahun untuk proses penanaman tebu, jagung, maupun singkong. Baru setelah itu, hasil panen bisa diolah untuk menghasilkan etanol.

"Begitu ditanam, selesai, baru kita bangun pabrik etanolnya," tandasnya.

Baca Juga: Dukung Program Bioetanol, Pertamina Siap Edukasi Publik

Optimalkan Ampas Tebu
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menjelaskan proyek E10 bakal mengoptimalkan ampas atau sisa dari pengolahan tebu menjadi gula. Ampas itu kerap disebut molases.

Dia menyampaikan, makin bertumbuhnya industri gula nasional akan turut meningkatkan pula produksi molases yang bisa dimanfaatkan untuk bahan baku etanol. Dengan begitu, etanol untuk proyek E10 benar-benar bisa mengoptimalkan sumber daya di dalam negeri.

"Selaras dengan pertumbuhan gula makin banyak, ampasnya juga makin banyak. Maka, ampasnya ini yang di-convert ke bioetanol sehingga semakin banyak juga," jabar Eniya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar