11 Juli 2025
17:32 WIB
Asosiasi Persepatuan Optimis IEU CEPA Dongkrak Ekspor Sepatu
Asosiasi persepatuan mengaku optimis perjanjian IEU CEPA akan mendorong kenaikan ekspor sepatu ke kawasan Eropa. Karena itu, APRISINDO mendorong agar IEU CEPA cepat rampung.
Penulis: Erlinda Puspita
Seorang pekerja membuat sepatu di salah satu pabrik sepatu Nike di Bitung, Banten. AntaraFoto /Jefri Aries
JAKARTA - Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO) Yoseph Billie Dosiwoda mengungkapkan pihaknya optimis ekspor sepatu ke kawasan Uni Eropa (UE) meningkat setelah perjanjian kemitraan ekonomi antaran Indonesia dan Uni Eropa melalui Indonesia-Europe Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) rampung. Bahkan, ekspor Sepatu ke Benua Biru bisa melonjak hingga 60% dari total ekspor saat ini.
Perhitungan kenaikan ekspor itu, menurutnya, juga telah disampaikan Ketua Umum APRISINDO Eddy Widjarnako dalam rapat diseminasi IEU-CEPA di Kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian beberapa waktu lalu. APRISINDO saat itu mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapat terbuka dalam rapat.
Baca Juga: Produk Tekstil dan Sepatu RI Bisa Lebih Unggul Meski Ada Tarif Resiprokal AS
"Secara terbuka (Ketum APRISINDO) menyatakan akan siap meningkatkan hasil ekspor 50% jika pasar IEU-CEPA dibuka dan berhasil atas tanda tangan perjanjian ini. Lalu dicandai Pak Menko (Airlangga) jangan 50%, tapi 60%, dan Ketum kami menjawab siap," ujar Billie kepada Validnews, Jumat (11/7).
Billie menyampaikan, dari data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor alas kaki ke kawasan EU yang mencakup 27 negara di tahun 2024 mencapai US$1,723 juta. Meski angka tersebut menurutnya mengalami fluktuasi, namun masih relatif stabil. Bahkan, ia menyebut, ekspor alas kaki di 2022 sempat menembus nilai US$2,016 juta.
Billie pun meyakini jika ekspor ke Eropa meningkat, maka bisa berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja dalam negeri.
"Kalau ini terjadi, akan meningkatkan produksi dan jumlah tenaga kerja di sektor padat karya alas kaki," sambungnya.
Di balik optimisme tersebut, Billie juga mengingatkan agar pemerintah bisa segera merampungkan perjanjian IEU CEPA tersebut, agar industri dalam negeri bisa segera memanfaatkan dengan optimal. Pasalnya saat ini Vietnam justru sudah lebih dulu memiliki perjanjian serupa dengan Eropa.
"(Pemerintah perlu) mempercepat perundingan IEU CEPA rampung...Vietnam juga punya perjanjian serupa dengan Eropa yang lebih dahulu, agar Indonesia tidak ketinggalan dari persaingan antarnegara dan produksi," tandasnya.
Baca Juga: AS Tak Bisa Diandalkan, Aprisindo Minta Luhut Buka Akses Pasar Ekspor ke Eropa
Sebelumnya, Sesmenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam siaran resmi yang diterima di Jakarta, dikutip Jumat (11/7), menyatakan pemerintah tengah mempercepat proses IEU CEPA. Adapun proses perundingan CEPA telah mencapai tahap akhir, dengan kedua belah pihak melakukan finalisasi isu-isu teknis, fine-tunning dan menyusun kerangka waktu yang lebih detail untuk mencapai tahap ratifikasi IEU-CEPA.
Perundingan IEU CEPA dimulai pada 2016. Pada saat itu, total perdagangan kedua pihak mencapai US$25,2 miliar. Sedangkan di bidang investasi, pada 2016 Uni Eropa tercatat sebagai mitra investor ke-4 terbesar di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$2,6 miliar dan jumlah proyek sebanyak 2.813.
Hubungan ekonomi antara Indonesia dan UE terus menunjukan tren positif dengan nilai perdagangan mencapai US$30,1 miliar pada 2024.