c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

23 Agustus 2025

11:58 WIB

AS Tarik Udang Impor Dari RI, Pakar Sarankan Perketat Keamanan Pangan

Penguatan keamanan pangan penting untuk menjamin mutu produk perikanan Indonesia.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">AS Tarik Udang Impor Dari RI, Pakar Sarankan Perketat Keamanan Pangan</p>
<p id="isPasted">AS Tarik Udang Impor Dari RI, Pakar Sarankan Perketat Keamanan Pangan</p>

Warga menangkap udang vaname saat panen raya di salah satu tambak di Depok, Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (22/7/2021). Antara Foto/Harviyan Perdana Putra

JAKARTA - Dosen Teknologi Hasil Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Indun Dewi Puspita, menanggapi kasus Amerika Serikat (AS) yang menarik udang beku impor dari Indonesia karena diduga mengandung isotop radioaktif Cesium‑137 (Cs-137). Dia menyebutkan, diperlukan upaya semua sektor untuk memperketat keamanan produk pangan dan kualitasnya.

“Hal ini menjadi isu yang sangat penting, khususnya untuk jaminan mutu produk perikanan Indonesia,” ujar Indun dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (23/8).

Dia menjelaskan, kadar Cs-137 yang ditemukan dalam udang impor tersebut sekitar 68,48 Bq/kg ± 8,25 Bq/kg. Kadar ini masih jauh di bawah standar intervensi Food and Drug Administration (FDA) AS. Namun, penolakan produk tetap dilakukan otoritas setempat sebagai langkah pencegahan.

Baca Juga: Mendag Gelar Investigasi Klaim AS Soal Udang RI Terpapar Zat Radioaktif

Terkait potensi sumber kontaminasi, Indun memaparkan, zat radioaktif Cs-137 tidak terbentuk secara alami. Zat ini berasal dari aktivitas manusia seperti uji coba senjata nuklir atau kebocoran reaktor. Zat ini berpotensi masuk ke rantai pangan melalui air atau lahan tambak, lalu mengkontaminasi udang.

Dia menilai, dari sisi ekonomi kasus ini membawa kerugian besar karena produk yang sudah diekspor tidak bisa dimanfaatkan. Kerugian itu juga bisa menurunkan kepercayaan pasar terhadap produk ekspor Indonesia.

Nelayan dan pembudidaya udang di dalam negeri pun tak lepas dari dampak ini. Sebab, pembatasan ekspor dapat merugikan petambak yang sudah mengeluarkan modal besar. Kondisi ini berisiko menimbulkan kerentanan baru bagi petani kecil yang menggantungkan hidupnya dari udang.

Indun menyampaikan, keterbukaan informasi dan sistem traceability penting diterapkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar global. Dengan transparansi, sumber masalah bisa segera dilacak dan ditangani. Langkah perbaikan juga bisa segera dilakukan sehingga kerugian tidak membesar.

Baca Juga: Indonesia Dorong Ekspor Udang Vaname Ke Mesir

“Respon yang cepat dan transparan menjadi hal yang sangat penting untuk mengembalikan citra dan kepercayaan dari pasar global,” terang Indun.

Dalam jangka panjang, dia juga mengajak perguruan tinggi untuk berperan mendukung riset, inovasi, dan penguatan sistem keamanan pangan. Selain itu, perguruan tinggi bisa berkontribusi melalui pelatihan, sosialisasi, dan pemberian masukan kebijakan.

“Kontribusi perguruan tinggi penting dalam riset, pengabdian, hingga perumusan kebijakan untuk mencegah kontaminasi pada produk perikanan,” tutup Indun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar