c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

20 Agustus 2025

21:00 WIB

Mendag Gelar Investigasi Klaim AS Soal Udang RI Terpapar Zat Radioaktif

Kemendag berkoordinasi dengan KKP dan Bapeten untuk mengevaluasi ekspor udang beku produksi BMS Foods ke AS yang diduga terpapar bahan radioaktif Cesium-137.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Mendag Gelar Investigasi Klaim AS Soal Udang RI Terpapar Zat Radioaktif</p>
<p>Mendag Gelar Investigasi Klaim AS Soal Udang RI Terpapar Zat Radioaktif</p>
Pembudidaya memanen udang hasil budidaya dengan penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) di tambak Budi Daya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen, Jawa Tengah, Selasa (22/7/2025). Antara/HO-KKP

JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso berkoordinasi dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) untuk mengevaluasi ekspor udang beku ke Amerika Serikat yang diduga terpapar bahan radioaktif Cesium-137. 

“Kami sudah rapat koordinasi dengan KKP dan Bapeten. KKP dan Bapeten sedang melakukan inspeksi mengenai Cesium-137,” kata Budi Santoso ketika ditemui di Kantor Kemendag, Jakarta, Rabu (20/8) melansir Antara.

Baca Juga: Imbas Tuduhan Dumping AS, Ekspor Udang RI Turun Jeblok 8,1%

Inspeksi tersebut bertujuan untuk membuktikan temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) ihwal kandungan Cesium-137 dalam udang beku yang diekspor Indonesia, tepatnya oleh PT Bahari Makmur Sejati, beroperasi dengan nama BMS Foods, ke Amerika Serikat.

Budi menyampaikan, Kemendag akan melakukan negosiasi lanjutan dengan Amerika Serikat apabila inspeksi tersebut menunjukkan hasil yang sebaliknya, yakni ketiadaan kandungan Cesium-137 dalam undang beku.

“Tadi pagi saya komunikasi dengan kedutaan kita di Amerika Serikat, kami akan koordinasi terus. Sementara ini, kami inspeksi betul atau tidak tuduhan dari Amerika Serikat. Kalau tidak terbukti, akan kami komunikasikan lagi,” ujar dia.

Budi akan menjadikan temuan tersebut sebagai evaluasi, terutama dalam mengekspor produk pangan. Dia mengakui bahwa ekspor produk pangan memiliki standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor produk-produk lainnya.

“Standar untuk pangan biasanya sangat tinggi, jadi kita harus mempersiapkan dengan baik ke depan, sehingga tidak ada lagi masalah-masalah seperti ini,” kata Budi.

Pernyataan tersebut terkait dengan pengumuman Badan Pengawas Obat dan Makanan AS soal temuan Cesium-137 dalam produk udang mentah beku tertentu yang diproses oleh PT Bahari Makmur Sejati (beroperasi dengan nama BMS Foods).

Dikutip dari laman resmi FDA, produk udang mentah beku tersebut dijual di toko Walmart di negara bagian Alabama, Arkansas, Florida, Georgia, Kentucky, Louisiana, Missouri, Mississippi, Ohio, Oklahoma, Pennsylvania, Texas, dan West Virginia.

Baca Juga: Pemerintah Perjuangkan Ekspor Udang Ke AS Bebas Bea Masuk Antidumping

Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (U.S. Customs & Border Protection/CBP) menyampaikan Cesium-137 terdeteksi pada kontainer pengiriman di empat pelabuhan AS (Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami).

Atas temuan itu, FDA menghentikan impor produk-produk olahan PT Bahari Makmur Sejati karena terindikasi terkontaminasi oleh zat kimia, dalam hal ini Cesium-137, hingga PT Bahari Makmur Sejati dinilai berhasil mengatasi permasalahan itu.

Ekspor Udang RI 2024
KKP mencatat, udang merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia. Pada 2024, nilai ekspor udang Indonesia mencapai US$1,68 miliar dengan volume 214,58 ribu ton. 

Capaian ekspor tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-5 eksportir udang terbesar dunia dengan pangsa pasar 6,0%, di bawah Ekuador (25,0%), India (17,8%), Vietnam (10,8%), dan China (7,5%). Pasar utama ekspor udang Indonesia adalah Amerika Serikat dengan kontribusi 63,7% dari total udang Indonesia, diikuti oleh Jepang.

Adapun Indonesia punya tiga jenis udang unggulan untuk ekspor. Pertama, udang vaname (L. Vannamei) atau white leg shrimp diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada 2001 dan kini produksinya mencapai lebih dari 75% dari total produksi udang Indonesia.

Kedua, udang windu (P. Monodon) atau black tiger shrimp. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua udang jenis ini di dunia, dan banyak dibudidayakan secara tradisional hingga pengembangan budidaya organik yang terpusat di wilayah Kalimantan Timur, Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Ketiga, udang tangkapan atau sea catch shrimp di Indonesia terdiri dari tiga varietas besar yakni Penaeus spp, Metapenaeus spp dan Parapenaeopsis spp. Udang tangkapan ini banyak ditemukan di Selat Malaka, Selat Bangka, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar dan Laut Arafura.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar