c

Selamat

Senin, 10 November 2025

EKONOMI

15 Agustus 2024

19:35 WIB

AS Ajak RI Gabung MSP, Ini Kata Menteri ESDM 

Pemerintah tengah mengkaji ajakan Negeri Paman Sam untuk bergabung dalam Mineral Security Partnership.

Penulis: Yoseph Krishna

<p>AS Ajak RI Gabung MSP, Ini Kata Menteri ESDM&nbsp;</p>
<p>AS Ajak RI Gabung MSP, Ini Kata Menteri ESDM&nbsp;</p>

Menteri ESDM Arifin Tasrif menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden dan Wapres di halaman Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/7/2024). Antara Foto/Muhammad Adimaja

JAKARTA - Amerika Serikat beberapa waktu lalu dikabarkan mengajak Indonesia untuk bergabung dengan Mineral Security Partnership (MSP) dalam rangka menjaga keamanan rantai pasokan sumber daya mineral penting.

Kabar itu dikonfirmasi langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Kepada awak media, dirinya mengaku ada ajakan untuk Indonesia bergabung dengan Amerika Serikat dan sekutunya dalam kemitraan tersebut.

"MSP, iya betul," ujarnya singkat saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (15/8).

Saat ini, pemerintah dijelaskannya tengah mempertimbangkan dan mempelajari tawaran dari Amerika Serikat untuk menjaga keamanan mineral di kawasan Asia Tenggara.

"Ya, kita lagi pelajari," tambahnya.

Baca Juga: RI-AS Teken Kerja Sama Energi Dan Mineral Berkelanjutan

Sekadar informasi, Amerika Serikat pada 2022 silam menginisiasi terbangunnya MSP bersama Australia, Kanada, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, India, Italia, Jepang, Norwegia, Republik Korea, Swedia, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

MSP sendiri dibangun untuk mengembangkan rantai pasokan mineral penting lewat keterlibatan seluruh negara anggota. Lembaga Analisa Fulcrum menilai pendirian MSP tak lepas dari konflik geopolitik global yang berakibat pada meningkatnya diversifikasi rantai pasokan dunia.

Diversifikasi tersebut dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya utama seperti mineral kritis tembaga, kobalt, nikel, litium, elemen logam tanah jarang, dan elemen lain yang diperlukan pada produksi teknologi bersih seperti panel surya, kendaraan listrik, hingga jaringan transmisi.

"Meskipun demikian, MSP merupakan pedang bermata dua bagi negara-negara Asia Tenggara," tulis analisa Fulcrum.

Baca Juga: Indonesia-AS Perkuat Kerja Sama Bilateral Sektor Energi

Di atas kertas, MSP berpotensi memberi manfaat bagi Asia Tenggara mengingat kawasan itu punya cadangan mineral penting yang besar dan menjadi penghasil sumber daya tambang yang signifikan.

Selain itu, ASEAN juga diketahui memiliki industri panel surya dan kendaraan listrik yang tengah berkembang. Bahkan, Indonesia dan Filipina telah merilis sejumlah kebijakan untuk menarik minat investasi di sektor hilir yang menguntungkan.

Tetapi di sisi lain, ekstraksi mineral penting telah berdampak negatif pada masyarakat dan lingkungan. 

Selain itu, upaya hilirisasi Indonesia dengan melarang ekspor bijih juga dinilai merupakan langkah jangka pendek dan bukan penggnati investasi jangka panjang dalam hal teknologi dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk industrialisasi hijau.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar