29 Desember 2023
18:23 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, kejadian meledaknya smelter nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) merupakan bentuk fatal error. Pemerintah sangat menyayangkan kejadian kecelakaan kerja di Sulawesi Tengah ini.
"Kalau kecelakaan (kerja) sampai membawa korban jiwa itu sangat disayangkan. Berarti ada yang salah dengan HSE-nya (Health Safety Environment), oleh karena itu perlu dicek di lokasi," katanya usai agenda Penyaluran Bansos BLT El Nino di Jakarta, Jumat (29/12).
Menurutnya, industri dengan risiko tinggi seperti smelter atau pabrik pengolahan nikel wajib memperhatikan keamanan lingkungan dan kesehatan atau HSE sekitar. Adapun, hal ini menjadi perhatian utama nomor satu dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.
“Sehingga zero accident itu menjadi target,” tegasnya.
Airlangga pun menganjurkan, pemangku kepentingan menghentikan kegiatan operasional sementara di lokasi terjadinya kecelakaan kerja tersebut.
“Kalau di tempat di mana tungku itu terbakar pasti berhenti,” singkatnya.
Sebelumnya, Kemenperin sedang berkoordinasi dengan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polda Sulawesi Tengah dalam menangani peristiwa kecelakaan kerja akibat meledaknya tungku smelter di Morowali.
Seperti diketahui, kejadian kecelakaan kerja meledaknya tungku smelter nikel milik PT ITSS menyebabkan 19 orang meninggal dunia, dan 40 lainnya luka-luka.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi mengatakan, saat ini penyelidikan masih berlangsung. Itu sebabnya, tim Kemenperin di Morowali sedang menunggu hasil forensik Polda Sulteng.
"Tim Kementerian Perindustrian sedang berkoordinasi dengan tim dari Puslabfor Polda Sulteng, dan kami dari Kemenperin Jakarta masih terus memantau perkembangan hasil dari olah TKP atau penyelidikan," ujar Andi, Kamis (28/12).
Dihubungi terpisah, Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan mengonfirmasi ada 19 orang meninggal, dan 40 orang dalam masa perawatan kecelakaan kerja di smelter nikel yang meledak.
"Dari 59 orang itu, 19 orang meninggal terdiri dari 11 tenaga kerja Indonesia, dan 8 tenaga kerja asing asal Tiongkok. Sisanya, 40 orang itu masih dalam perawatan," ujar Dedy kepada Validnews, Rabu (27/12).
Perusahaan juga, lanjut Dedy, telah memberikan uang ganti rugi kepada para korban senilai Rp600 juta. Dia menuturkan, PT IMIP juga menanggung biaya pendidikan anak-anak korban hingga perguruan tinggi atau kuliah.
"Santunan sudah diberikan kemarin. Selain dari BPJS, PT IMIP juga menanggung seluruh biaya penguburan dan biaya pengobatan," kata Dedy.
Saat ini, tungku nomor 41, yang menyebabkan kecelakaan kerja, tidak beroperasi dan sedang dalam proses investigasi. Adapun secara total terdapat 53 tungku pengolahan untuk feronikel di seluruh kawasan PT IMIP.