27 Desember 2023
12:28 WIB
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
JAKARTA - Peristiwa kecelakaan kerja karena meledaknya tungku pabrik smelter nikel di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, telah menewaskan 19 orang.
Jumlah korban tewas per hari ini (27/12) bertambah satu, karena sebelumnya hanya ada 18 orang. Adapun korban yang meninggal dunia terdiri dari 11 tenaga kerja Indonesia, dan 8 tenaga kerja asing asal China.
Hal itu dikonfirmasi oleh Kapolres Morowali AKBP Suprianto kepada Validnews, Rabu (27/12). Dia mengatakan satu korban baru saja meninggal dunia pada dini hari, sekitar pukul 00.05 WITA.
"Korban keseluruhan itu ada 59 orang, yang meninggal sampai update pagi ini ada 19, karena tadi malam nambah satu, dini hari jam 00.05, sekitar di atas jam 12 (malam)," ungkapnya kepada Validnews, pada Rabu (27/12).
Suprianto menyampaikan total korban kecelakaan kerja di PT IMIP ada 59 orang. Di antaranya, 19 orang meninggal dunia, dan 40 orang lainnya mengalami luka-luka.
Dia menerangkan para korban yang luka-luka sudah ada yang kembali pulang ke rumah. Namun masih ada juga rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit di Morowali, Sulawesi Tengah.
Suprianto mengatakan pihaknya bersama Polda Sulteng masih menyelidiki kasus kecelakaan kerja di pabrik smelter nikel tersebut. Dia menyebutkan ada 88 orang dari Polres Morowali yang turut melakukan penyelidikan.
Namun hingga saat ini, dia mengaku belum ada perkembangan atau temuan terbaru dalam kasus yang ditanganinya. Dia menuturkan akan memberitahu massa apabila ada temuan baru.
"Belum ada (temuan baru), jadi kami masih kerja, kalau nanti sudah ada hasil pasti akan kita sampaikan. Jadi kami belum bisa menyimpulkan, kami masih penyidikan," kata Kapolres Morowali.
Dia menambahkan beberapa Kementerian juga menurunkan orang ke lokasi kecelakaan kerja untuk melakukan investigasi. Namun dia tidak menyebutkan secara rinci, jumlah dan nama anggota kementerian yang ikut menangani kasus tersebut.
"Sudah dulu ya, saya lagi ada ini dari kementerian dulu ya. Ada Marves, Perindustrian, dan Ketenagakerjaan, mau ikut investigasi semua. Mereka kan punya tim juga, mereka juga investigasi," ucap Suprianto agak buru-buru.
Perusahaan Beri Santunan Rp600 Juta
Perusahaan pun membenarkan ada 19 karyawan yang meninggal dunia karena kecelakaan kerja di smelter nikel itu. Saat dihubungi terpisah, Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan menyebut ada 19 orang meninggal, dan 40 orang dalam perawatan.
"Dari 59 orang itu, 19 orang meninggal terdiri dari 11 tenaga kerja Indonesia, dan 8 tenaga kerja asing asal Tiongkok. Sisanya, 40 orang itu masih dalam perawatan," ujarnya kepada Validnews, Rabu (27/12).
Dedy menjelaskan dari 40 korban luka-luka, ada 11 orang yang sudah dipindahkan dari ICU ke kamar rawat inap VIP. Sementara sisanya, ada yang dirawat di RSUD Bungku Morowali, serta di dua klinik milik PT IMIP.
"Harapan kami sih, semoga tidak ada tambahan lagi yang meninggal. Semoga para karyawan kami bisa kembali sehat seperti sedia kala," kata Dedy.
Dedy menjelaskan perusahaan memberikan ganti rugi kepada para korban senilai Rp600 juta. Dia menuturkan PT IMIP juga menanggung biaya pendidikan anak-anak korban hingga perguruan tinggi atau kuliah.
"Santunan sudah diberikan kemarin. Selain dari BPJS, PT IMIP juga menanggung seluruh biaya penguburan dan biaya pengobatan," kata Dedy.
Dia pun menambahkan saat ini, tungku nomor 41, yang menyebabkan kecelakaan kerja, tidak beroperasi dan sedang dalam proses investigasi. Adapun secara total terdapat 53 tungku pengolahan untuk feronikel di seluruh kawasan PT IMIP.
Melihat banyak korban berjatuhan karena kecelakaan kerja, Dedy menyampaikan pihak dari kementerian pun ikut menginvestigasi sejak 3 hari lalu, tepatnya saat kejadian pertama kali terjadi (24/12).
"(Kegiatan hari ini) mereka kunjungan ke lokasi kejadian, dan ke rumah sakit melihat korban. Untuk nama-nama orang kementeriannya saya belum copy," imbuhnya.
Dedy menambahkan PT IMIP mendukung kegiatan penyelidikan tim investigasi gabungan yang dipimpin Polda Sulteng. Dia mengaku kecelakaan kerja tersebut memang menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak.
Salah satunya, mengundang kekhawatiran para investor selaku penanam modal di kawasan industri Morowali. Namun PT IMIP sendiri meyakini investor tetap mau menyuntikkan modalnya walaupun sempat ada peristiwa tungku meledak.
"Jadi kami sih yakin, tetap optimis, investor akan tetap menginvestasikan dananya di kawasan kami. Namun di sisi lain, kami akan terus melakukan evaluasi dan perbaikan-perbaikan," tutup Dedy.
Latar Belakang Kejadian
Peristiwa meledaknya tungku terjadi di pabrik pengolahan dan pemurnian nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). ITSS adalah salah satu tenant yang beroperasi di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.
Dalam kasus ini, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berlaku sebagai perusahaan yang menaungi kawasan lingkar industri Morowali.
Kecelakaan kerja terjadi sekitar pukul 05.30 WITA. Musibah bermula dari kecelakaan yang dialami sejumlah pekerja saat melakukan perbaikan tungku dan pemasangan pelat pada bagian tungku, yakni tungku smelter nomor 41.
Awalnya, tungku smelter No. 41 yang terbakar masih ditutup untuk operasi pemeliharaan rutin. Saat tungku tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, ada sisa slag atau terak besi dalam dinding tungku yang runtuh dan mengalir keluar.
Sisa slag itu lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar, sehingga terjadi kebakaran. Akibatnya, pekerja yang berada di lokasi mengalami luka-luka hingga korban jiwa. PT IMIP pun menegaskan penyebab kecelakaan ini bukan dari tabung oksigen yang meledak.