06 Juni 2024
12:20 WIB
Airlangga Minta Investor Asing Tanam Modal Proyek Infrastruktur Hijau RI
Di hadapan para investor asing dalam ajang IPEF CEIF 2024, Airlangga menawarkan untuk berinvestasi di Indonesia, terutama untuk proyek infrastruktur hijau.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Ilustrasi proyek ramah lingkungan. Instalasi PLTP PT Geo Dipa Energi kawasan dataran tinggi Dieng, desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jateng. Antara Foto/Anis Efizudin
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menawarkan peluang bagi para investor untuk menyuntikkan modal pada berbagai proyek infrastruktur hijau berkelanjutan di Indonesia.
Airlangga mengingatkan target realisasi investasi tahun ini senilai Rp1.650 triliun. Oleh karena itu, dia mendorong peningkatan investasi, terutama infrastruktur, serta memanfaatkan berbagai momentum kerja sama kawasan dalam pembangunan berkelanjutan.
"Indonesia juga menawarkan 21 proyek infrastruktur hijau berkelanjutan sebagai peluang investasi yang potensial dalam rangkaian pertemuan IPEF kali ini, di mana 19 di antaranya merupakan pipeline projects," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (6/6).
Menko Perekonomian menerangkan dari beberapa proyek tersebut, ada dua proyek yang masuk dalam kategori siap. Itu terdiri dari Green Refinery Cilacap dengan nilai investasi US$860 juta dan Green Refinery Plaju, Sumatera Selatan yang bernilai US$860 juta.
Baca Juga: Konsep Investasi Hijau Belum Sepenuhnya Dipahami Pelaku Usaha
Hal tersebut disampaikan Airlangga melalui forum investor dalam ajang Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) Clean Economy Investor Forum 2024 yang berlangsung di Singapura.
Selanjutnya, Menko Bidang Perekonomian menyampaikan Indonesia membutuhkan target pendanaan investasi dalam rangka Enhanced Nationally Determined Contribution Indonesia sedikitnya senilai US$281 miliar.
"Terkait dengan pencapaian net zero emission hingga tahun 2060, Indonesia membutuhkan sekitar US$1,1 triliun," imbuhnya.
Tidak hanya meminta pendanaan, Airlangga juga memaparkan strategi Indonesia untuk mendukung investasi hijau melalui sejumlah alternatif pembiayaan. Seperti green bond, green sukuk, green taxonomy, dan carbon pricing.
Dia menuturkan Indonesia juga melakukan kerja sama internasional. Salah satunya kerja sama dengan Pemerintah Jepang melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan pendanaan senilai US$20 miliar.
Selain itu, Indonesia juga melakukan kerja sama melalui skema ASEAN Zero Emission Community (AZEC) dengan pendanaan sebesar US$500 miliar yang melibatkan proyek-proyek unggulan. Seperti proyek geothermal Muara Laboh dengan kapasitas 80 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga sampah di Legok Nangka dengan kapasitas 35 MW-40 MW.
"Indonesia juga memberikan dukungan kebijakan bagi Kawasan Ekonomi Khusus dan Undang-Undang Cipta Kerja," kata Menko Airlangga.
Baca Juga: Gaung Besar Pembiayaan Berkelanjutan
Pada kesempatan yang sama, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong menyampaikan ajang IPEF CEIF 2024 merupakan platform yang mempertemukan para investor dari berbagai belahan dunia dengan proyek-proyek berkelanjutan di kawasan Indo-Pasifik.
Juga, proyek yang fokus pada agenda mendukung ekonomi bersih dan teknologi iklim. Dia berharap forum ini dapat menghasilkan berbagai kesepakatan investasi sebagai manfaat nyata dari kerja sama IPEF.
Kemudian, US Secretary of Commerce Gina Raimondo ikut menambahkan, Amerika Serikat berjanji akan mengucurkan dana sebesar US$25 miliar ke kawasan Indo-pasifik melalui para investor yang turut menghadiri forum untuk mencari peluang investasi.
"Secretary Gina Raimondo juga menyinggung dukungannya bagi berbagai proyek di sejumlah negara mitra IPEF termasuk pembangunan Data Center di Indonesia," tutup Airlangga.