20 Maret 2025
12:40 WIB
Agar Tak Lagi Impor, PT Garam Sebut Perlu Investasi Bangun Industri Garam
Dirut PT Garam mengajak pelaku usaha untuk berinvestasi membangun industri garam di dalam negeri. Ia optimis kebutuhan garam dalam negeri bisa terpenuhi tanpa impor.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Petani garam tengah mengumpulkan garam produksinya di Madura. Curah hujan yang tinggi produksi garam tidak maksimal. Validnews/Fin Harini
JAKARTA - Direktur Utama PT Garam Abraham Mose menilai diperlukan investasi baru untuk mewujudkan target swasembada garam, sehingga Indonesia tidak perlu lagi mengimpor garam untuk industri.
Dia pun mengajak seluruh pelaku usaha industri garam untuk berinvestasi dan memaksimalkan potensi alam Indonesia untuk meningkatkan produksi garam.
Abraham membeberkan sejumlah kelebihan Indonesia yang seharusnya bisa mendongkrak produksi garam. Pertama, secara geografis, Indonesia menurutnya memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia yang mencapai 18 ribu kilometer (km), dan jumlah pulau sebanyak 17 ribu.
Kedua, untuk pasar, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak sehingga produksi garam tentu bisa terserap optimal oleh pasar dalam negeri. Apalagi kehidupan manusia menurutnya tak bisa terlepas dari garam.
"Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, kebutuhan garam per orang itu 3 gram (gr)/hari. Data WHO 5gr/hari. Kalau penduduk Indonesia sekitar 284 juta orang, maka kurang lebih perlu 500 ribu ton garam konsumsi saja (tiap tahun). Itu belum garam industri, garam farmasi, garam pangan, dan lainnya. Sehingga potensi yang ada di Indonesia perlu dieksplorasi dan dimanfaatkan," jelas Abraham dalam sesi diskusi di acara Food Summit 2025 CNBC Indonesia, Rabu (19/3).
Baca Juga: Mengapa Indonesia Impor Garam?
Selain potensi-potensi tersebut, terdapat kebijakan pemerintah yang mulai melarang impor garam untuk garam aneka pangan dan farmasi per 1 Januari 2025 melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 126 Tahun 2022 tentang Percepatan Pergaraman Nasional.
Abraham pun mengajak seluruh pelaku usaha industri garam di dalam negeri bisa bekerja sama berinvestasi. Tujuannya, agar garam nasional mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Bukan hanya PT Garam, tapi seluruh pelaku industru, ayo kita bersama memanfaatkan potensi ini," sambungnya.
Dia membeberkan, Indonesia sudah memiliki ladang garam di Madura yang tersebar sepanjang Sampang hingga Sumenep sekitar 4.000 hektare (ha), dan perkiraan kapasitas produksi mencapai 350 ribu ton per tahun. Namun, dia menilai, jumlah tersebut masih sangat kurang.
Oleh karena itu, investasi diperlukan untuk intensifikasi ladang garam melalui modernisasi dan optimalisasi lahan.
"Jadi ladang yang tadinya 4.000 ha menjadi 5.000 ha dengan kemampuan menghasilkan 100 ton per ha. Sehingga kapasitas kita akan naik menjadi 500 ribu ton per ha," tutur Abraham.
Kebutuhan Garam
Berdasarkan data KKP, kebutuhan garam nasional mencapai 4,9 juta ton, diasumsikan meningkat 2,5% dari tahun sebelumnya karena adanya pertumbuhan pendudukan dan sektor industri.
Rencana produksi dalam negeri tahun 2025 adalah 2,25 juta ton, naik dari realisasi produki pada 2024 sebesar 2,04 juta ton. Selain itu, masih terdapat sisa stok tahun ini sebesar 836 ribu ton.
Sementara itu, lanjut Mose, pemerintah hanya mengizinkan Indonesia mengimpor 1,7 juta ton.
"Kurangnya dari mana? Mau tidak mau kita harus melakukan modernisasi. Kita harus investasi dan itu yang sekarang kita lakukan," kata Abraham.
Dirut PT Garam ini mengaku, saat ini pihaknya sudah mulai berinvestasi melalui pembangunan pabrik di Segoromadu, Jawa Timur. Tak hanya itu, PT Garam juga menurutnya akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui pembangunan ladang garam di Sabu Raijua di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan lahan sekitar 1.000 ha dan Bipolo, NTT sekitar 1.000 ha juga.
Baca Juga: Musim Panen Singkat, Produksi Garam Melambat
Menurut catatan Validnews, PT Garam telah mengembangkan lahan garam di Bipolo sejak 2018. Pada saat itu diberitakan PT Garam membuka lahan garam di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu dengan luas lahan mencapai 600 ha dengan target produksi 400.000 ton/tahun.
Melalui investasi yang dilakukan pihaknya, maka Abraham memperkirakan akan ada tambahan produksi garam nasional sekitar 400-500 ribu ton. Namun, jumlah tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Oleh karena itu, diperlukan investasi dari pelaku industri garam lainnya.
Jika para pelaku usaha mau membangun industri garam di dalam negeri, Abraham pun optimis hilirisasi garam nasional bisa tercapai dan mampu memenuhi kebutuhan nasional. Sedangkan, untuk memenuhi kualitas yang sesuai, investasi dapat menggunakan teknologi tepat guna agar spesifikasi garam yang dihasilkan bisa sesuai kebutuhan.