17 Oktober 2023
08:00 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
JAKARTA - Konflik antara militan Hamas dari Palestina dan militer Israel masih berlangsung hingga hari ini. Bahkan dari keduanya belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Adanya konflik Israel dan Hamas pun membuat ketidakpastian di global kembali meningkat. Padahal, pasar tengah dilanda ketidakpastian akibat era suku bunga tinggi. Ditambah lagi, inflasi yang masih membandel di beberapa negara dan belum berakhirnya perang Rusia-Ukraina.
Capital Market Analyst salah satu Bank terkemuka di Indonesia, Lanjar Nafi mengungkapkan, perang Israel dan Hamas yang semakin memanas dapat berdampak positif dan negatif pada beberapa saham.
"Yang related sama batub ara sih yang paling diuntungkan," kata Lanjar Nafi kepada Validnews, Senin (16/10).
Dia menyebutkan beberapa contoh perusahaan yang berdampak positif dari kejadian ini. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), misalnya, price earning ratio (PER) 2,52x.
Kemudian, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) PER 1,90x dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) PER 3,40x.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melunak, Investor Cermati Perang Israel-Hamas
Asal tahu saja, dikutip dari Bareksa, price earning ratio (PER) adalah rasio yang digunakan untuk menilai mahal murahnya saham berdasarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih. Laba bersih dalam hal ini adalah laba bersih per saham.
Price earning ratio yang tinggi mengindikasikan investor mengharapkan pertumbuhan laba bersih yang tinggi dari perusahaan. Price earning ratio yang tinggi pada saham dapat diinterpretasikan sebagai saham yang mahal jika pada periode waktu mendatang perusahaan tidak mampu meraih laba bersih yang lebih tinggi.
Tinggi rendahnya price earning ratio ditentukan dengan membandingkannya dengan price earning ratio saham lain atau price earning sektor/pasar yang sesuai untuk dijadikan perbandingan. Perusahaan yang merugi tidak memiliki price earning ratio.
Untuk saham ADRO, Lanjar Nafi menyarankan take profit (TP) consensus Analis di Rp3.170 per saham. Lalu, ITMG TP consensus Analis di Rp30.000 per saham. Selanjutnya, PTBA TP consensus Analis di Rp3.500 per saham.
Selain yang berhubungan dengan batu bara, saham sektor bahan baku produsen besi dan baja juga bisa diuntungkan.
"Kalau bahan bakunya (saham sektor bahan baku produsen besi dan baja) bagus. Soalnya harga jual mereka jadi lebih tinggi. Yang jelek sektor yang memanfaatkan produk dari sektor bahan baku," terangnya.
Baca Juga: Ada Perang Israel-Hamas, Saham Sektor Apa yang Bisa Dicermati?
Lanjar Nafi menambahkan, perang Israel dan Hamas juga berdampak negatif pada saham sektor konsumer dan teknologi. Pasalnya, adanya perang dinilai akan mengganggu distribusi bahan baku global.
Sementara itu, Research Analyst Mirae Asset Rizkia Darmawan menuturkan, kenaikan harga minyak dari dampak perang Israel dan Hamas bisa terjadi.
Hal itu karena ada kekhawatiran pasar yang ditimbulkan dari konflik Israel dan Hamas terutama terkait tensi geopolitik global dan juga gangguan di jalur dagang minyak utamanya di straite of Hormuz.
"Namun untuk sektor yang terdampak, saya rasa cukup beragam, contoh yang terkait dengan energi, batu bara, ada kemungkinan sebetulnya dengan kenaikan harga bahan bakar justru akan meningkatkan biaya operasional mereka apabila kenaikan harga daripada komoditas jualannya tidak mengikuti kenaikan harga minyaknya," jelas Darma kepada Validnews melalui pesan singkat, Senin (16/10).
Dampak ke Pasar Modal
Sebelumnya, Lanjar Nafi mengatakan bahwa ada beberapa dampak perang Israel dan Palestina terhadap pasar modal.
"Pertama, harga komoditas energi karena harga minyak bisa dipengaruhi. Lantaran, Timur Tengah adalah produsen minyak utama," kata Lanjar Nafi kepada Validnews, Selasa (10/10).
Kedua, lanjut dia, volatilitas karena konflik ini bisa menyebabkan fluktuasi harga yang disebabkan oleh meningkatkan ketidakpastian akan dampak geopolitik yang terjadi.
Ketiga atau yang terakhir adalah aset haven meningkat permintaannya karena pasar akan mencari perlindungan aset akibat ketidakpastian dampak geopolitik yang terjadi.
Menurut Lanjar Nafi, saham sektor energi akan diuntungkan dari kondisi ini. Oleh karena itu, dia merekomendasikan saham sektor energi sebagai saham yang dapat dicermati oleh investor.