27 Desember 2018
11:16 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) memastikan, KEK Pariwisata Tanjung Lesung sudah diasuransikan. Karenanya, kerugian yang dialami pengelola akibat bencana alam tsunami, akan ditanggung oleh perusahaan asuransi.
"Biasanya kalau perusahaan-perusahaan besar seperti itu mereka pasti diasuransikan, kayak resort atau hotel," kata Sekretaris Dewan Nasional KEK Enoh Suharto Pranoto di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (27/12)
Enoh menjelaskan, proses pembenahan kembali kawasan pariwisata ini akan dilakukan sepenuhnya oleh pihak pengelola yaitu PT Jababeka. Sedangkan pemerintah, akan memberikan dukungan berupa perbaikan infrastruktur yang rusak.
"Kalau dalam kawasan itu, tanggung jawab dari si pengelola, semuanya. Pemerintah mungkin mendukung infrastruktur jalan aksesnya ke situ," ujarnya.
Untuk ke depannya, Enoh mengatakan perbaikan mitigasi bencana di KEK harus mulai dilakukan melalui komunikasi serta koordinasi antar kementerian maupun lembaga terkait. Hal ini dibutuhkan agar dampak dari musibah serupa tidak terjadi di kemudian hari.
"Mitigasi bencana harus ada pelatihan-pelatihan dari pengelola KEK, SDM-nya, walaupun itu sudah dilakukan sebenarnya. Termasuk jalan evakuasi, tempat evakuasi, kemudian early warning system harus terbangun," katanya.
Ia juga menegaskan, selama ini penataan maupun pembangunan KEK Tanjung Lesung sudah sesuai rancangan tata ruang dan wilayah yang berlaku. Hal itu juga termasuk rencana penyiapan antisipasi maupun kesiagaan terhadap bencana.
Untuk diketahui, fasilitas pendukung pariwisata termasuk sarana atraksi, amenitas, dan aksesibilitas di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dipastikan terdampak tsunami Selat Sunda. Ketua Tim Tourism Crisis Center (TCC) yang juga Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Guntur Sakti mengatakan, pihaknya melakukan monitoring dan pendataan terkait dampak tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung pada Sabtu malam (22/12) terhadap pariwisata di Banten dan Lampung.
"Dari data yang dihimpun Tim TCC dari KEK Tanjung Lesung, Banten, diketahui tiga hal utama terkait pariwisata, yakni 3A yang terdiri dari atraksi, amenitas, dan aksesibilitas di Tanjung Lesung terkena dampak tsunami," cetusnya.

Kerusakan Konstruksi
Ia mengatakan, tsunami yang masuk ke daerah Tanjung Lesung mengakibatkan kerusakan sebagian konstruksi di KEK Tanjung Lesung. Selain atraksi wisata alam, dampak lain kerusakan terjadi pada atraksi wisata buatan, khususnya terkait MICE.
Sementara untuk amenitas, Tanjung Lesung Beach Hotel mengalami kerusakan karena air laut masuk ke dalam hotel. Adapun untuk telekomunikasi dan internet terpantau belum stabil jaringannya di dalam KEK Tanjung Lesung. Sedangkan, PLN di area KEK masih belum dapat dioperasikan karena mengalami korsleting.
“Sementara ini amenitas di Kampung Wisata Cikadu relatif aman digunakan sebagai Posko Evakuasi sementara, yang juga akan menjadi posko Tim TCC Kemenpar,” kata Guntur Sakti.
Pada aksesibilitas, walaupun akibat curah hujan tinggi dan gelombang laut yang masuk ke jalan, namun Jalan Nasional dari Anyer Carita sampai ke Jalan Nasional Citeureup Tanjung Lesung, relatif masih dapat digunakan melalui Kabupaten Pandeglang. Sedangkan, kondisi jalan via Anyer kurang dapat direkomendasikan karena masih dalam tahap pembersihan jalan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sendiri mengatakan, Kemenpar mengaktifkan Tourism Crisis Center (TCC) guna memantau akses, amenitas dan atraksi yang terkait langsung dengan wisatawan di Banten dan Lampung. Tim TCC akan terus memantau dan melaporkan kondisi terkini khususnya terkait pariwisata terdampak tsunami di Banten dan Lampung.
Pada Minggu (23/12), tim dari Destinasi Regional II Kemenpar berangkat ke Banten melalui jalur Pandeglang. Sedangkan Senin pagi (24/12) Tim TCC Kemenpar akan menuju Kampung Cikadu, yang menjadi lokasi posko TCC Kemenpar.
“Nantinya, hanya ada satu pintu untuk mengeluarkan pernyataan dampak bencana di sektor pariwisata. Dan ini adalah pelayanan utama yang dilakukan TCC Kemenpar di fase tanggap darurat. Selain tentunya ikut serta memberikan pelayanan kepada wisatawan yang terdampak,” kata Guntur Sakti.
Sebelumnya, PT Jababeka selaku pihak pengelola KEK Tanjung Lesung menyatakan adanya kerugian material sebesar Rp150 miliar akibat gelombang tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12).
Musibah tersebut diperkirakan telah merusak sebanyak 30% bangunan milik PT Banten West Java Tourism Development, yang saat ini merupakan anak usaha PT Jababeka yang bertugas untuk mengelola kawasan pariwisata itu. Senada dengan Enoh, Direktur Utama PT Jababeka Group SD Darmono mengatakan, bangunan yang berada di kawasan pariwisata Tanjung Lesung, Banten, yang rusak akibat tsunami telah diasuransikan.
"Semua gedung telah diasuransikan, jadi semua kerugian dapat ditanggung dari asuransi," kata Darmono.
Bahkan, ia pun memastikan, hotel-hotel di kawasan tersebut juga akan mulai dioperasikan kembali pada 1 Januari 2019. "Sebenarnya memang belum siap, tetapi kami berupaya memberikan pelayanan bagi para ilmuwan, wartawan, atau pun relawan yang ingin mencari tahu mengenai tsunami di Selat Sunda," kata dia.
Investasi Asing
Darmono optimistis, Tanjung Lesung dapat menjadi penggerak bagi kawasan wisata di daerah pantai selatan Pulau Jawa. Dari bencana tersebut juga Darmono mengatakan telah mempelajari banyak hal yang dapat diterapkannya untuk mitigasi bencana di kawasan tersebut ke depannya.
Meski rusak, Darmono yakin ke depannya, kawasan tersebut masih akan berkembang sebagai destinasi wisata. Apalagi Tanjung Lesung telah menjadi salah satu Kawasan Ekonomi Khusus. Untuk itu pihaknya tetap berupaya agar para investor tetap percaya untuk menanamkan modal di situ.
Baru-baru ini, perusahaan asal China saja sudah berkomitmen menginvestasikan dana sebesar US$1 miliar. Dana sebesar itu akan digunakan untuk pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Lesung, Provinsi Banten.
Komitmen tersebut dituangkan dalam dokumen letter of intent (LoI) antara Direktur Utama Yunnan Ice Sea Investment Group Wei Xiao Lin dan Direktur Jababeka Budianto Liman dalam Forum Investasi, Perdagangan, dan Pariwisata Terkini 2018 di Beijing, Jumat. Pertukaran dokumen LoI antarkedua perusahaan tersebut disaksikan Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun.
Asal tahu saja, Tanjung Lesung merupakan salah satu dari 10 destinasi pariwisata Nusantara selain Bali yang dikenal dengan 10 New BalI Destinations. Hingga 2024, kesepuluh destinasi baru itu membutuhkan investasi sebesar US$35 miliar.
"Investasi di sana terbagi menjadi dua, investasi pariwisata dan pendanaan pariwisata," kata Arief Yahya.

Sejauh ini, Pemerintah Indonesia telah menginvestasikan dana senilai US$12 miliar. "Akan tetapi, kami masih butuh suntikan investasi lagi senilai US$23 miliar dari sektor swasta. Investasi pariwisata dari sektor swasta diarahkan ke hotel, restoran, taman rekreasi, pelabuhan, dan fasilitas lainnya," ujarnya menambahkan.
Menpar menyebutkan, selama periode 2013–2017, investasi di sektor pariwisata telah mencapai angka US$5,47 miliar, sekitar US$4,23 miliar bersumber dari investor asing. Dilihat dari asal investasi, Investor asing di sektor pariwisata didominasi investasi dari Singapura sebesar US$460 juta dan China dengan US$330 juta.
Dalam kesempatan tersebut, Menpar juga mengatakan bahwa China telah memberikan kontribusi terbesar terhadap sektor pariwisata Nusantara dalam tiga tahun terakhir. Pada 2017 jumlah wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1,97 orang atau naik 35,7% dibandingkan 2016.
Pada 2018, Kemenpar menargetkan 2,6 juta kunjungan wisatawan China. Namun selama periode Januari-Oktober 2018 baru tercapai 1,87 juta wisatawan asal China. "Oleh sebab itu, kami masih berharap kunjungan wisatawan China lebih banyak lagi," kata Arief. (Faisal Rachman)