c

Selamat

Senin, 17 November 2025

CATATAN VALID

04 Desember 2023

12:30 WIB

Tak Hanya DBD, Ini 7 Penyakit Endemi Di Indonesia

Selain DBD, ada juga malaria, TBC, hepatitis, dan sejumlah penyakit lainnya.

Penulis: Novelia

Tak Hanya DBD, Ini 7 Penyakit Endemi Di Indonesia
Tak Hanya DBD, Ini 7 Penyakit Endemi Di Indonesia
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di kawasan permukiman yang tiga orang warganya positif terjangkit demam berdarah dengue (DBD) di Desa Kepuharjo, Malang, Jawa Timur, Selasa (31/1/2023). Antara

Menjelang akhir tahun, seiring dengan masuknya musim penghujan, masyarakat Indonesia hampir selalu dibayang-bayangi dengan meningkatnya angka kasus demam berdarah dengue (DBD). 

Salah satu penyakit endemi di negara ini merebak setelah turunnya hujan dengan intensitas yang tinggi. Hal itu karena hujan kerap menyisakan genangan air yang jadi tempat bertelur favorit nyamuk aedes aegypti, nyamuk penyebab DBD. 

Di Indonesia, memang ada beragam penyakit endemik, baik muncul secara musiman maupun sepanjang tahun. Berikut penyakit-penyakit tersebut.

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
 Di Indonesia, DBD selalu dipandang serius oleh pemerintah karena telah memakan banyak korban. Adapun penyebab penyakit ini adalah virus Dengue yang menular lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini menyukai genangan air bersih sebagai tempat bertelurnya, membuat kasus DBD kerap meningkat pada musim hujan.

DBD biasanya ditandai dengan demam tinggi, nyeri sendi dan otot, ruam atau bintik merah pada kulit, hingga sakit kepala tak tertahankan. Pada kasus yang serius, DBD dapat mengakibatkan pendarahan dan berisiko pada kematian jika tak segera ditangani.

Belakangan tingginya kasus DBD di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Pasalnya, angka kasus ini tercatat telah melampaui standar WHO, yakni 10 kasus per 100.000 penduduk. Sementara di Indonesia, kasus DBD telah mencapai 28,45 kasus per 100.000 penduduk.

2. Malaria
 Sama seperti DBD, malaria juga diakibatkan oleh gigitan nyamuk. Tapi bukan Aedes aegypti, melainkan nyamuk Anopheles betina yang gigitannya mengandung parasite plasmodium. Gejala dari malaria di antaranya adalah demam, mengigil, sakit kepala, serta mual hingga muntah.

Status endemi penyakit malaria membuat pemerintah melakukan beragam upaya untuk menekan prevalensinya yang cukup tinggi. Terakhir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dikabarkan sedang melakukan pengembangan studi untuk merancang sistem diagnosis terhadap penyakit ini. 

Lewat Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber, BRIN mempersiapkan sistem deteksi malaria berbasis AI alias memanfaatkan algoritma artificial intelligence.

3. Tuberkulosis (TBC)
 Tuberkolosis atau TBC adalah penyakit berstatus endemi yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis, yakni bakteri yang menginfeksi paru-paru. Di sejumlah kasus, bakteri ini juga dapat menyerang kelenjar getah bening dan tulang penderitanya.

Gejala yang ditimbulkan penyakit ini beragam, namun karena bakteri penyebabnya menginfeksi paru-paru, batuk-batuk berkepanjangan dan nyeri atau sesak di dada jadi ciri utama. Selain itu terasa juga demam, keringat di malam hari, hingga penurunan berat badan mendadak secara signifikan.

Berdasarkan data Global Tuberculosis Report 2023 yang dirilis WHO, estimasi kasus TBC di Indonesia terus alami peningkatan. Disampaikan oleh Ketua Tim Kerja Tuberkulosis (TBC) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tiffany Tiara Pakasi, jumlah kasus TBC diprediksi tembus 1 juta di tahun 2023. Berdasarkan estimasi Global Tuberculosis Report di tahun sebelumnya, kasus TBC di Indonesia tercatat mencapai sebesar 969.000 kasus.

4. Hepatitis
Tak hanya satu, virus hepatitis yang menyebabkan peradangan hati menjadi biang kerok dapat menyebabkan lima jenis penyakit hepatitis. Penyakit-penyakit tersebut adalah hepatitis A, B, C, D, dan E yang memiliki gejala dan tingkat keparahan yang beragam.

Tak hanya di Indonesia, hepatitis juga menjadi masalah seluruh dunia. Beberapa negara lain yang juga menempatkan penyakit ini sebagai penyakit endemi adalah Myanmar dan China. Karena jadi masalah global, setiap tanggal 28 ditetapkan sebagai Hari Hepatitis Dunia demi meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya virus ini.

5. Kusta
 Penyakit kusta ditandai dengan bercak putih dan mati rasa pada kulit, serta rasa kesemutan dan kelainan otot tangan atau kaki. Kondisi ini disebabkan infeksi Mycrobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf.

Bukan sekadar penyakit kulit biasa, kusta jadi masalah serius di Indonesia. Apalagi, sepanjang 2021, negara kita menempati peringkat ketiga dunia sebagai negara dengan kasus kusta terbanyak. Menurut data WHO dalam Weekly Epidemiological Record 2022, penemuan kasus kusta pada tahun sebelumnya di Indonesia mencapai 10.976 kasus.

6. Leptospirosis
Sama seperti DBD, penyakit leptospirosis juga kerap menyapa pada musim penghujan, terutama jika sampai mengakibatkan banjir. Pasalnya, bakteri Leptospira Interrogans yang menjadi penyebab penyakit ini ditularkan melalui air kencing hewan. Ketika banjir, tikus-tikus yang semula hidup di dalam tanah ikut keluar menyelamatkan diri.

Setelah naik ke permukaan dan berkeliaran di sekitar manusia, kotoran dan air kencing tikus tersebut akhirnya bercampur dengan air banjir. Pada saat manusia sedang memiliki luka dan terkena air banjir yang telah terpapar urine tikus yang mengandung Leptospira interrogans, maka orang tersebut akan mudah terjangkit leptospirosis.

Selain musim hujan, leptospirosis juga rentan menyerang individu yang sering berkontak langsung dengan hewan. Misalnya para peternak dan mereka yang bekerja di tempat pemotongan hewan. Penyakit ini ditandai dengan sakit kepala, demam tinggi, nyeri otot, penyakit kuning, muntah, diare, dan ruam pada kulit.

7. Filariasis atau Kaki Gajah
 Terakhir, ada juga penyakit filariasis yang disebabkan infeksi cacing filaria. Meski begitu, penyakit yang kerap disebut penyakit kaki gajah ini kemudian ditularkan lewat gigitan nyamuk. Filariasis bisa mengakibatkan rasa tidak nyaman akibat pembengkakan di berbagai bagian tubuh. Pada kasus lebih parah, penyakit ini bahkan berdampak pada kecacatan.

Kesulitan pemerintah menangani penyakit ini agak berbeda dengan penyakit lainnya. Pasalnya, sejumlah kelompok masyarakat masih meyakini, penyakit ini disebabkan kutukan. Karenanya, mereka yang terjangkit menolak untuk minum obat.

Baca juga: Papua Masih Tinggi Penyebaran Penyakit Kaki Gajah 

Referensi:

Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Malaria.

Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2021. Dengue fever.

American Lung Association. Diakses pada 2021. Tuberculosis.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar