25 Maret 2025
15:00 WIB
Nikaragua: Ketika Pasangan Suami-Istri Menguasai Negara
Nikaragua mencatat sejarah unik dalam politik modern dengan pasangan suami-istri, Daniel Ortega dan Rosario Murillo, ketika menjabat sebagai presiden dan wakil presiden. Bagaimana kisahnya?
Penulis: Bayu Fajar Wirawan
Editor: Rikando Somba
Presiden Nikaragua Daniel Ortega dan Istrinya Rosario Murillo. Shutterstock/mark reinstein
Di dunia politik modern, sangat jarang sebuah negara dipimpin oleh pasangan suami-istri dalam jabatan tertinggi. Namun, Nikaragua justru mencatat sejarah unik.
Pucuk pimpinan negara ini dipimpin Daniel Ortega sebagai presiden dan Rosario Murillo sebagai wakilnya. Bukan hanya kisah kepemimpinan bersama yang menarik perhatian dunia, tetapi juga bagaimana pasangan ini mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara. Mulai dari mengubah konstitusi hingga menindas oposisi, menjadi catatan sejarah.
Lantas bagaimana kisahnya?
Dari Revolusi Ke Kediktatoran Keluarga
Daniel Ortega bukan sosok baru di dunia politik Nikaragua. Ia adalah mantan pejuang revolusi yang memimpin penggulingan Dinasti Somoza pada 1979 bersama kelompok sayap kiri, Frente Sandinista de Liberación Nacional (FSLN). Setelah memenangkan pemilu pada 1985, Ortega memimpin negara hingga 1990, sebelum akhirnya kalah dalam pemilu demokratis dari Violeta Chamorro.
Namun, kekalahan tidak membuatnya mundur. Ortega terus mencalonkan diri hingga akhirnya kembali berkuasa pada 2006. Sejak saat itu, ia tidak pernah melepaskan tampuk kekuasaannya. Puncaknya terjadi pada 2016, ketika ia memilih istrinya sendiri, Rosario Murillo, sebagai wakil presiden.
Rosario Murillo, yang sebelumnya dikenal sebagai penyair dan aktivis, telah lama berperan sebagai juru bicara pemerintah.
Baca juga : Masyarakat Sipil Kecam Tanggapan Istana Soal Teror Kepala Babi
5 Negara Yang Belum Merdeka Sepenuhnya
Sejak menjadi wakil presiden, pengaruhnya semakin besar. Banyak yang meyakini bahwa Murillo memiliki kendali penuh atas berbagai kebijakan negara, bahkan lebih dominan dibandingkan Ortega sendiri.
Mengubah Konstitusi Untuk Kekuasaan
Langkah paling kontroversial pasangan ini terjadi pada 2024 ketika pemerintah mengesahkan reformasi konstitusi yang menetapkan sistem "opresiden", yang menjadikan Ortega dan Murillo berbagi kekuasaan secara setara. Reformasi ini juga memperpanjang masa jabatan presiden dari lima menjadi enam tahun, sekaligus menghapus batasan pemilihan ulang. Ujungnya bisa ditebak, pasangan ini bisa terus berkuasa tanpa batas waktu.
Selain itu, perubahan ini memberi Ortega kendali penuh atas yudikatif, legislatif, dan militer, serta membatasi kebebasan pers. Media kini berada di bawah kontrol ketat pemerintah dengan dalih "melawan pengaruh asing".
Pemilu Sarat Kecurangan Dan Penindasan Oposisi
Pemilu 2021 menjadi bukti nyata bagaimana pasangan Ortega-Murillo mempertahankan kekuasaannya dengan cara tidak demokratis. Menurut laporan Amnesty International, tujuh calon presiden oposisi dipenjara sebelum pemilu berlangsung. Sementara itu, kandidat lain menghadapi ancaman dan paksaan untuk mundur.

Dengan oposisi yang dilemahkan, pasangan Ortega-Murillo memenangkan pemilu dengan lebih dari 70% suara. Namun, kemenangan ini ditolak oleh komunitas internasional, termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat. Barat menyebut pemilu ini sebagai pemilu penuh intimidasi.
Selain memberangus oposisi politik, rezim Ortega-Murillo juga terkenal dengan represi brutal terhadap rakyat. Pada 2018, gelombang demonstrasi anti-pemerintah berakhir dengan kekerasan. Pasukan keamanan dan kelompok paramiliter yang loyal kepada Ortega menembaki demonstran, menyebabkan lebih dari 300 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka atau dipenjara.
Bahkan, dalam momen yang seharusnya membanggakan bagi Nikaragua, seperti kemenangan Sheynnis Palacios di ajang Miss Universe 2023, pemerintah menunjukkan paranoia berlebihan. Rosario Murillo menganggap perayaan kemenangan ini sebagai "upaya kudeta terselubung". Perayaan dibubarkan dan mural Palacios diberangus dari ruang publik.
Skandal Keluarga Dan Dinasti Politik
Selain kontroversi politik, Ortega juga terjerat dalam skandal pribadi. Pada 1998, anak tirinya, Zoilamerica Narvaez, menuduhnya melakukan pelecehan seksual selama 19 tahun, sejak ia berusia 11 tahun. Namun, alih-alih membela anaknya, Murillo justru membela suaminya dan menyebut Narvaez sebagai pembohong. Kasus ini akhirnya ditutup karena dianggap sudah kedaluwarsa.
Dengan perubahan konstitusi yang mengukuhkan kekuasaan pasangan Ortega-Murillo, Nikaragua kini menghadapi masa depan yang suram. Ribuan warga telah meninggalkan negara ini untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Kosta Rika, Spanyol, dan Amerika Serikat.
Meski Ortega telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun, banyak yang percaya bahwa Murillo-lah yang benar-benar memegang kendali. Jika Ortega meninggal atau mundur, Murillo secara otomatis akan menjadi presiden berdasarkan undang-undang baru yang mereka buat.
Kisah kepemimpinan Ortega-Murillo di Nikaragua yang menggambarkan model pemerintahan terpusat dalam lingkup keluarga dengan mengorbankan demokrasi. Dengan pengaruh kuat di berbagai aspek pemerintahan, mereka telah membangun sistem politik yang kokoh dan sulit digoyahkan.
Kini, masa depan Nikaragua berada di persimpangan, bergantung pada dinamika politik domestik dan respons komunitas internasional—apakah akan mendorong perubahan atau mempertahankan status quo.
Referensi: