c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

CATATAN VALID

30 Agustus 2025

15:00 WIB

Love Scamming Dan Pengaruh Hubungan Ayah-Anak Perempuan

Di balik kemudahan digitalisasi dan era internet, muncul pula ancaman serius yang merugikan yaitu love scamming.

Penulis: Dwiditya Pamungkas

Editor: Rikando Somba

<p id="isPasted"><em>Love Scamming</em> Dan Pengaruh Hubungan Ayah-Anak Perempuan</p>
<p id="isPasted"><em>Love Scamming</em> Dan Pengaruh Hubungan Ayah-Anak Perempuan</p>

Ilustrasi love scamming. Shutterstock/Tero Vesalainen.

Fenomena love scamming telah menjadi salah satu bentuk penipuan yang semakin marak di tengah perkembangan teknologi dan media sosial. Ini merupskan ekses dunia yang semakin terhubung, banyak individu yang berinteraksi secara online, baik untuk tujuan sosial, profesional, maupun pribadi. Namun, tidak sedikit pula yang menjadi korban dari penipuan yang memanfaatkan emosi dan kepercayaan mereka. 

Apa itu love scamming?                      Sobat Valid, love scamming ada8lah jenis penipuan yang memanfaatkan kedekatan emosional untuk mengeksploitasi korban. Pelaku selalu berpura-pura menunjukkan ketertarikan, kasih sayang, dan perhatian yang berlebihan kepada korban untuk menciptakan ilusi hubungan yang penuh cinta. Tujuan utama pelaku adalah untuk memanipulasi emosi korban dan memperoleh sesuatu darinya, biasanya berupa uang atau informasi pribadi yang bisa dimanfaatkan.

Untuk meraih tujuannya, pelaku sering kali menggunakan identitas palsu serta selalu  menciptakan cerita hidup yang dramatis maupun membangun karakter yang tampak ideal di mata korban. Misalnya, mereka bisa berpura-pura menjadi seorang tentara yang sedang bertugas di luar negeri, seorang pebisnis sukses yang membutuhkan dukungan, atau bahkan seorang korban dari musibah besar yang memerlukan bantuan. Semua itu dilakukan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan dan kedekatan yang akhirnya membuat korban merasa harus melindungi atau membantu mereka.

Seiring berjalannya waktu, pelaku akan mendekati korban dan membangun hubungan yang lebih dalam sehingga menjadi “pasangan’ online. Setelah jalinan emosional terbangun mereka mulai membuat permintaan uang dengan alasan yang seolah-olah sangat mendesak, seperti keadaan darurat yang memerlukan biaya segera, masalah kesehatan yang membutuhkan pengobatan, atau perjalanan bisnis yang memerlukan dana yang tidak terduga. Pada tahap tersebut, korban yang telah terikat secara emosional akan merasa wajib untuk membantu dan mulai mengirimkan uang meskipun mereka belum pernah bertemu langsung dengan pelaku. 

 Bahkan, beberapa pelaku dapat terus meminta lebih banyak uang dengan alasan yang terus berkembang, memanfaatkan rasa tanggung jawab yang ditanamkan dalam hubungan palsu tersebut.

Proses ini sering kali sangat halus dan bertahap, sehingga korban merasa nyaman dan terikat secara emosional sebelum mereka menyadari bahwa mereka sedang ditipu. Dalam banyak kasus, meskipun sudah ada tanda-tanda bahwa hubungan tersebut mencurigakan, korban kesulitan untuk menarik diri akibat ikatan emosional yang telah terbentuk. Mirisnya, kerap setelah menyadari bahwa mereka telah menjadi korban penipuan, banyak yang merasa malu dan bingung tentang bagaimana cara keluar dari situasi tersebut, karena rasa percaya yang telah ditanamkan oleh pelaku sebelumnya.

Mengapa Perempuan Sering Menjadi Korban?                                                   Sobat Valid, hubungan masa kecil seorang anak perempuan dengan ayah mereka memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan cara mereka menjalani hubungan di masa depan. Ayah adalah figur pertama yang mengajarkan seorang anak perempuan tentang cinta, kasih sayang, dan bagaimana seharusnya mereka diperlakukan dalam sebuah hubungan. Jika hubungan ini terjalin dengan baik, anak perempuan akan merasa dihargai, dicintai, dan dilindungi. Hal ini memberikan dasar yang kuat bagi perkembangan rasa percaya diri mereka dan kemampuan untuk mengenali batasan-batasan yang sehat dalam berinteraksi dengan orang lain.

Namun, ketika hubungan ini terabaikan atau penuh dengan ketegangan, anak perempuan dapat tumbuh dengan perasaan tidak aman atau kurang dihargai. 

Mereka mungkin mencari perhatian dan pengakuan di luar rumah, terutama dalam hubungan dengan figur lain, seperti pacar atau teman dekat. Jika seorang perempuan tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari ayahnya, mereka cenderung lebih rentan terhadap manipulasi emosional, termasuk love scamming. Mereka juga  mungkin lebih mudah mempercayai seseorang yang tampak memberikan perhatian dan pengertian yang dia rasa kurang selama ini.

Hubungan dengan ayah tidak hanya berfungsi sebagai dasar kepercayaan diri, tetapi juga sebagai landasan untuk mengenali tanda-tanda hubungan yang sehat dan tidak sehat. Ketika anak perempuan merasa dihargai oleh ayahnya, dia lebih mungkin untuk menghindari hubungan yang merugikan atau manipulatif. Sebaliknya, kurangnya hubungan yang sehat dengan ayah dapat menyebabkan ketidaktahuan tentang bagaimana menjaga diri dari potensi bahaya love scamming.

Penipuan berbasis cinta ini tidak hanya merugikan dari segi finansial, tetapi juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis korban. 

Banyak perempuan yang merasa dikhianati, kecewa, dan  bahkan merasa malu atas kejadian yang mereka alami. Ketika hubungan dengan seorang  di dunia maya berakhir dengan penipuan maka mereka akan merasakan kehilangan dan pengkhianatan yang sangat mendalam. Bagi sebagian korban, hal ini dapat menambah rasa rendah diri dan kurangnya kepercayaan diri, yang tentunya semakin memperburuk kondisi mental mereka.

Bagaimana mengatasi kerentanan terhadap love scamming?                               Penting untuk diingat bahwa korban love scamming tidak selalu berasal dari kalangan yang lemah atau kurang berpendidikan. Penipuan ini bisa menimpa siapa saja termasuk mereka yang cerdas, berpikir logis, dan memiliki kemampuan analitis yang baik. Banyak korban yang terperangkap dalam penipuan ini meskipun mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali hal-hal yang mencurigakan. 

Hal ini menunjukkan bahwa love scamming bukan hanya masalah kurangnya kecerdasan atau pemahaman, tetapi lebih kepada bagaimana pelaku memanfaatkan perasaan dan harapan emosional korban, terutama harapan akan cinta yang tulus dan perhatian yang tak terbalas.

Edukasi mengenai penipuan seperti love scamming menjadi sangat penting dalam rangka melindungi diri dari jebakan emosional ini. Salah satu langkah pertama dalam mengurangi kerentanannya adalah dengan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang cara melindungi diri dari manipulasi emosional. Ini mencakup cara-cara untuk mengenali tanda-tanda hubungan yang tidak sehat dan bagaimana membedakan perhatian tulus dari niat jahat. Hal ini juga mencakup pemahaman tentang bagaimana teknologi dan dunia maya dapat digunakan untuk membangun hubungan yang tampaknya intim tetapi pada kenyataannya hanya sebuah penipuan.

Salah satu cara yang sangat efektif untuk mengurangi kerentanannya adalah dengan membangun hubungan yang sehat dengan figur otoritas, terutama ayah atau figur pria lainnya yang bisa memberikan dukungan emosional yang positif. Sebagai figur pertama dalam hidup seorang anak, ayah memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan tentang kasih sayang yang sehat, batasan dalam hubungan, dan bagaimana seharusnya perempuan diperlakukan. Ketika seorang perempuan merasa dihargai, dicintai, dan dilindungi sejak kecil maka mereka lebih memiliki pengetahuan dalam mengenali hubungan yang manipulatif dan menjaga dirinya dari bahaya penipuan love scamming.

Selain itu, penting juga untuk mengajarkan perempuan sejak dini tentang bagaimana membangun rasa percaya diri yang sehat. Perempuan yang percaya diri cenderung lebih mampu untuk mengenali batasan dalam hubungan, baik yang terjadi di dunia nyata maupun dunia maya. Mengajarkan perempuan untuk memiliki rasa percaya diri yang kuat akan membantu mereka untuk tidak mudah tergoda dengan iming-iming hubungan romantis yang terlalu cepat dan berlebihan, serta membuat mereka lebih siap untuk menghindari penipuan yang memanfaatkan perasaan dan emosi. Pendidikan ini harus dimulai sejak usia muda, dengan memberikan penguatan dalam hal untuk menghargai diri mereka sendiri, mengetahui hak-hak mereka dalam hubungan, dan memiliki pemahaman yang jelas tentang tanda-tanda hubungan yang sehat dan berbahaya.

Love scamming adalah fenomena yang semakin mengkhawatirkan di dunia digital saat ini, dan dampaknya tidak hanya sebatas finansial, tetapi juga emosional dan psikologis. Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi Sobat Valid untuk memahami akar permasalahan yang sering kali berkaitan dengan kurangnya perhatian emosional sejak kecil, khususnya dalam hubungan dengan ayah. Dengan mendidik diri sendiri dan orang lain tentang bahaya love scamming maka kita bisa mengurangi jumlah korban penipuan love scamming.


Referensi: 

  1. Federal Bureau Investigation(FBI). 2023. Love Scammers. Diaskes pada https://www.fbi.gov/how-we-can-help-you/scams-and-safety/common-frauds-and-scams/romance-scams tanggal 29 Agustus 2025.
  2. Nagar, P. (2025). The Psychology of Cyber Fraud: Unraveling the Tactics Behind Modern-Day Scams. International Journal of Indian Psychology, 13(3), 1638-1648
  3. Nomleni, Kristin. (2023). Analysis of The Romance Scam Phenomenon in Interpersonal Communication Love Scammers and Victims. Jurnal Communio Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi. 12. 202-221.

 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar