c

Selamat

Minggu, 16 Juni 2024

CATATAN VALID

02 Maret 2023

15:30 WIB

Johann Sebastian Bach, Komposer Visioner Yang Religius

Walaupun kini dikenal sebagai salah satu komposer klasik jenius paling berpengaruh, ternyata karya-karya Johann Sebastian Bach tak laku pada masanya.

Penulis: Ratna Pratiwi

Editor: Rikando Somba

Johann Sebastian Bach, Komposer Visioner Yang Religius
Johann Sebastian Bach, Komposer Visioner Yang Religius
Patung lilin seorang komponis, Johann Sebastian Bach di Museum Madame Tussauds, Berlin, Jerman. Shutterstock/Massimo Todaro

Tak jauh berbeda dengan musisi era ini, musisi era klasik pun ternyata banyak yang terkenal punya gaya hidup atau karakter buruk. Ludwig van Beethoven, misalnya, dikenal terjebak dalam depresi panjang dan temperamen. Sementara itu, Wolfgang Amadeus Mozart dikenal suka mabuk dan punya gaya hidup glamor, membuatnya sering kekurangan uang.

Baca Juga: Kisah Perjalanan Karier Mozart Nan Ajaib

Nah, di antara sederet nama musisi era itu, barangkali salah satu yang terkenal punya gaya hidup teratur dan tak pernah tersandung skandal adalah Johann Sebastian Bach. Sepanjang kariernya, ia dikenal sebagai sosok yang saleh dan lurus.

Untuk lebih mengenal sosok yang lahir di Eisenach, Jerman, pada 21 Maret 1685 ini, yuk simak informasi selengkapnya berikut ini.

Mewarisi Bakat Keluarga
Sama seperti Mozart, Bach juga lahir dalam keluarga musisi. Sang ayah, Johann Ambrosius Bach, merupakan seorang direktur musik di Eisenach. Begitu pun sang ibu, Maria Elisabeth Lämmerhirt, juga seorang musisi yang andal memainkan beragam alat musik.

Selain itu, seluruh paman dan beberapa sepupu Bach juga merupakan musisi profesional. Lahir dalam keluarga dengan kultur musik yang kuat, tak heran jika kemudian ia tumbuh menjadi sosok yang juga mencintai dan memilih musik sebagai kariernya.

Bungsu dari delapan bersaudara, Johann Sebastian Bach menjadi yatim piatu saat berusia 9 tahun. Setelahnya, ia diasuh oleh kakak sulungnya, Johann Christoph Bach, yang juga seorang pemain organ gereja.

Dari sang kakak pula, ia belajar bermain clavichord dan cara menggubah komposisi. Pada usia yang masih sangat belia itu, ia berkomitmen serius mempelajari karya komponis besar asal Jerman, Perancis, hingga Italia.

Uniknya, meski sangat piawai bermain musik, Bach mendapat beasiswa di sekolah St. Michel, Lüneburg, justru karena suara soprannya yang merdu. Di sekolah ini pulalah karier seorang Johann Sebastian Bach seorang komposer legendaris dimulai.

Menulis Untuk Tuhan
Johann Sebastian Bach dikenal sebagai sosok yang religius. Selama 65 hidup di dunia, Bach telah menulis lebih dari 800 komposisi, setara dengan sekitar 1.500 lagu. Nah, sebagian besar dari karyanya itu, merupakan puji-pujian kepada Tuhan dan dipersembahkannya untuk gereja.

Menurut para kritikus musik, karya-karya Bach selalu mampu menunjukkan “keintiman” sang maestro dengan sang pencipta. Salah satu karya legendarisnya yang dianggap menggambarkan kedekatannya dengan Tuhan dan pengabdiannya untuk gereja adalah “Mass in B minor” (1749).

Bach merancang “Mass in B minor” sejak 1714 sampai 1749. Namun, hingga hari ia berpulang, Bach tak sempat menyelesaikannya. Komposisi ini juga dikenal sebagai lagu misa paling kolosal dengan tingkat kesulitan tinggi.

Karyanya Dianggap Terlalu Rumit
Karier musik profesional Johann Sebastian Bach sebenarnya telah dimulai sejak 1703, saat ia terpilih menjadi pemain biola untuk sebuah kelompok orkestra di Weimar. Selama 20 tahun setelahnya, ia pindah dari satu orkestra ke orkestra lain, berubah-ubah posisi, dan tetap konsisten menggubah lagu.

Sayangnya, pada masa itu, karya-karya Bach tidak terlalu disambut baik oleh khalayak. Meski begitu, ia tak kecewa dan tetap melakukan perkerjaannya dan bermain musik dengan penuh cinta.

Jika dilihat berdasarkan pembabakan era musik klasik, Bach hidup di “zaman Barok”. Meskipun pada masa ini sebenarnya musik-musik ‘sulit’ sudah mulai bermunculan, ternyata karya Johann Sebastian Bach dianggap terlalu rumit dan absurd.

Ya, di tengah tren menciptakan nada dasar yang terikat dan teratur, Bach keluar dari pakem tersebut dan memilih mendalami gaya kontrapuntal. Teknik ini memungkinkan seorang komposer memainkan dua melodi terpisah secara bersamaan, terlepas dari ikatan nada dasar.

Dengan kata lain, karya-karya Bach dianggap terlalu rumit bagi masyarakat pada masanya. Hal itulah kemudian yang membuat karya-karya sang maestro diabaikan, bahkan hingga saat ia meninggal.

Bach Revival
Walaupun kini sosok Johann Sebastian Bach dianggap sebagai seorang musisi jenius legendaris, kenyataannya karya-karya sang maestro baru dianggap penting sekitar setengah abad pasca kematiannya.

Beberapa komposer besar setelahnya, seperti Mozart, Beethoven, dan Haydn pun secara terang-terangan mengakui bahwa karya-karya mereka dipengaruhi musik gubahan Bach. Karya-karya Bach pun semakin dikenal dan mendunia.

Baca Juga: Beethoven Dan Kisah “Fur Elise”

Pada pertengahan abad ke-19, komposisi Bach mulai menyebar ke seluruh Eropa dan dicintai khalayak ramai. Periode ini pun dijuluki “Bach Revival” oleh para sejarawan. Pada masa itu, Johann Sebastian Bach jauh lebih populer dibandingkan masa hidupnya. Ia pun dikenal sebagai sosok komposer visioner sebab walaupun karya-karyanya ‘tak laku’ pada masa ia hidup, kini musiknya abadi dan mampu bertahan menembus zaman.

Adapun beberapa karya paling berpengaruh Johann Sebastian Bach, antara lain “Toccata and Fugue in D minor” (diperkirakan ditulis sebelum 1708), “Brandenburg Concertos”(1721), “Das Wohltemperirte Clavier” (1722), “Mass in B minor” (1749), “Air on the G String” (1731), hingga “Prelude and Fugue in C major” (1722) atau yang kemudian lebih dikenal dengan judul “Ave Maria”.

Referensi:
Johann Sebastian Bach. Diakses dari Britannica: https://www.britannica.com/biography/Johann-Sebastian-Bach pada 1 Maret 2023.

Johann Sebastian Bach. Diakses dari Biography: https://www.biography.com/musicians/johann-sebastian-bach pada 1 Maret 2023.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar