03 Desember 2022
16:30 WIB
Editor: Rikando Somba
Apa jadinya dalam perhelatan sepakbola tanpa bola? Ya, tentu bukan lah pertandingan bola, jadinya. Apalagi dalam perhelatan akbar piala dunia, tak sembarang bola bisa dimainkan. Makanya benar apa yang pernah disampaikan Pelatih Tim Nasional Jerman Sepp Herberger tahun 1954, “the ball is round, and a game lasts 90 minutes.”
Memang, dalam sepakbola apapun bisa terjadi. Faktanya Argentina yang kalah dari Arab Saudi di awal fase grup pesta bola dunia 2022 Qatar justru lolos ke fase 16 besar. Malahan Arab Saudi yang semula menjanjikan pertandingan seru berikutnya, malah menjadi juru kunci di grup tersebut dengan menelan 2 kali kekalahan.
Terlepas dari hasil tersebut, bola tidak hanya sebatas filosofinya saja. Sejak Piala Dunia FIFA perdana pada tahun 1930 yang diadakan di Uruguay, bola memiliki peranan sangat penting. Saat itu, tuan rumah Uruguay berhadapan melawan tetangganya Argentina dalam penentuan gelar bergengsi di Stadion Centenario, Montevideo.
Kedua tim ingin memainkan pertandingan dengan bola yang mereka bawa masing-masing. Tim Argentina membawa Tiento sementara Uruguay, tim tuan rumah, meminta T-Model dari tas kit mereka.
Baca juga: Brand Paling Sering Jadi Sponsor Piala Dunia
Setelah perdebatan sengit antara kedua tim jelang kick-off, pejabat FIFA turun tangan untuk menyelesaikan kebuntuan dan diputuskan bahwa bola Argentina akan digunakan di babak pertama. Sedangkan pada babak kedua, dimainkan dengan T-Model Uruguay.
Keputusan itu ternyata berdampak besar pada pertandingan itu sendiri. Argentina melaju untuk memimpin 2-1 di babak pertama sementara Uruguay membalikkan keadaan di babak kedua untuk memenangkan pertandingan 4-2.
Sejak itu, kualitas bola semakin berkembang dan penting. Di Italia 1934, bola yang digunakan bernama Federale 102, bukan lagi terbuat dari kulit, tapi terbuat dari bahan katun. Hingga tahun 1950, tidak ada bola yang digunakan di Piala Dunia yang memiliki katup untuk mengatur tekanan udara.
Superball Duplo T sebagai bola yang digunakan pada Piala Dunia FIFA 1950, merevolusi permainan dengan menambahkan katup udara dan kemampuan mengatur tekanan udara. Fitur bola ini sebagai cikal bakal dalam sepak bola modern.
Tidak sampai disitu, bola Piala Dunia telah banyak memperkenalkan beberapa kemajuan teknologi. Telstar sebagai bola pertandingan Piala Dunia resmi pertama, menandai kedatangan brand olahraga terkenal dunia sebagai penyedia bola.
Baca juga: Piala Dunia dan Hak Intelektual
Sejak munculnya Telstar, brand olahraga ini telah menyediakan bola resmi selama lebih dari 50 tahun. Desain menarik dari 32 panel hitam-putih Telstar menjadikannya salah satu yang paling ikonik sepanjang masa.
Setelah itu, sebut saja, Azteca, bola yang digunakan di Meksiko 1986, sebagai bola sintetis pertama. Gol 'Tangan Tuhan' dari Diego Maradona, selama turnamen menjadikan Azteca sebagai klasik kultus di antara para kolektor bola.
Empat tahun kemudian, bola bernama Etresco Unico digunakan pada gelaran di Italia 1990 yang menggunakan black polyurethane foam. Selanjutnya, dikenal pula Tricolore pada gelaran di Prancis 1998, sebagai bola paling modern yang pernah ada.
Kini, bola berjenis AlRihla yang bermakna perjalanan, digunakan di Qatar 2022. Bola ini masih menggunakan brand yang sama dan tentunya dengan teknologi terbarunya, yaitu speedsheel technology yang memiliki kecepatan dan aerodinamik yang lebih baik.
Referensi:
https://olympics.com/en/news/fifa-world-cup-ball [diakses pada tanggal 3 Desember 2022]
https://www.fifa.com/fifaplus/en/articles/fwc-qatar-2022-world-cup-balls [diakses pada tanggal 3 Desember 2022]
http://football-balls.com/ball-details/adidas-al-rihla-official-match-ball-of-world-cup-2022-in-qatar [diakses pada tanggal 3 Desember 2022]