23 Oktober 2023
19:00 WIB
Penulis: Novelia
Editor: Rikando Somba
Sebagai hal yang telah menjadi kebutuhan utama manusia, keberadaan listrik dapat dihasilkan dari berbagai sumber energi. Salah satunya dengan memanfaatkan air melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Adapun energi listrik pada PLTA menjadi hasil pergerakan turbin dan generator oleh aliran air.
Cikal bakal PLTA pertama di dunia sebenarnya telah dimulai pada tahun 1870-an, ketika William George Armstrong membangun serangkaian danau buatan di sekitar Cragside, rumah tempat tinggalnya di Northumberland, Inggris, dan menggunakan alirannya untuk menyalakan 12 lampu gantung di kawasan galeri miliknya.
Lalu bagaimana kapan teknologi ini pertama kali hadir di Indonesia?
Di negara kita, sebagian besar PLTA paling awal merupakan warisan dari zaman kolonial Hindia Belanda. Berikut ini adalah beberapa PLTA tertua di Indonesia dan sejarahnya.
PLTA Rasak Bungo (1908)
Terletak di Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatra Barat, PLTA Rasak Bungo merupakan didirikan Belanda pada tahun 1908 dan mulai beroperasi setahun setelahnya. Adapun pendirian pembangkit ini awalnya diperuntukkan hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik Semen Padang yang sangat tinggi.
Menurut Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati, pembangkit listrik ini PLTA Rasak Bungo merupakan salah satu fasilitas penting dalam mendukung lahirnya pabrik PT Semen Padang pada 1910, yang kala itu masih bernama NV Padang Portland Cement Maatschappij (PPCM).
Meski awalnya hanya difungsikan untuk operasional pabrik, perlahan aliran listrik PLTA Rasak Bango mulai dimanfaatkan secara lebih luas. Sejak 1910, listrik yang dihasilkan pembangkit tersebut mulai merambah mengaliri berbagai fasilitas umum yang digunakan masyarakat di sekitar pabrik.
Petugas memeriksa mesin dalam ruang generator di PLTA Rasak Bungo, Padang, Sumatra Barat, Sabtu (18 /2/2023). Antara Foto/Muhammad Arif Pribadi
PLTA Tonsea Lama (1912)
PLTA lainnya yang juga menjadi salah satu yang tertua adalah PLTA Tonsea Lama di Kabupaten Minahasa, Provinsi Silawesi Utara. Pembangkit yang menggunakan aliran air dari Danau Tondano sebagai sumber energinya ini menjadi salah satu sistem listrik EBT terbesar di Indonesia.
Sama halnya dengan PLTA Rasak Bungo, PLTA Tonsea Lama juga dibangun pada masa penjajahan Belanda, tepatnya pada 1912. Uniknya ia kepemilikannya pernah berubah seiring berubahnya negara yang menduduki tanah air.
Setelah didirikan pada era pendudukan Belanda, pembangkit listrik ini kemudian dikuasai oleh Tentara Pendudukan Jepang, sebelum sempat kembali lagi ke tangan Pemerintah Kolonial Belanda. Barulah setelah kemerdekaan, PLTA ini resmi dikelola sebagai salah satu pembangkit listrik PT PLN.
PLTA Cijambe (1913)
Setelah menjelajah Sumatra dan Sulawesi, sejumlah PLTA juga mulai didirikan di tanah Jawa. Salah satu yang tertua adalah PLTA Cijambe yang mulai dibangun pada 1913 di Subang, yang kala itu diyakini sebagai satu-satunya wilayah Jawa Barat yang telah memiliki aliran listrik.
Kala itu, Belanda membangun sejumlah PLTA untuk mendukung kepentingan industri di Subang. Selain PLTA Cijambe, didirikan pula PLTA Gunungtua pada 1921 dan PLTA Cinangling pada 1936. Meski sempat bermanfaat bagi kebutuhan masyarakat umum, belakangan PLTA Cijambe hanya difungsikan untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik PTP Nusantara VIII Kebun Tambaksari saja.
Meski begitu, dalam sejarahnya PLTA Cijambe pernah berperan besar. Pembangkit ini tak hanya memberi sumbangsih bagi kelangsungan industri dan kehidupan keseharian masyarakat. Pada tahun 1940-an hingga 1950-an, aliran lisrtik dari pembangkit ini juga digunakan untuk kebutuhan militer di Lanud Suryadarma.
PLTA Lamajan (1925)
Ada juga PLTA tua lainnya di tanah Jawa. Masih di Jawa Barat, namun kali ini di Kabupaten Bandung, terdapat PLTA Lamajan. Pembangkit ini mulai dibangun pada 1924 oleh seorang insinyur zaman kolonial Belanda bernama Willem Beyerinc K. dan resmi beroperasi setahun kemudian.
Semula, PLTA ini didirikan dengan tujuan melistriki sebuah pabrik gula milik Belanda. Namun, sejak kemerdekaan Indonesia, pembangkit ini mulai diambil alih oleh negara sehingga fungsinya mengalami perubahan.
Hal yang menjadi unik bagi PLTA ini adalah medan curam yang ada di antara kantor PLTA dengan Power House, yakni tempat di mana generator berada. Sehingga, sebagai sarana mobilisasi, petugas maupun operator pembangkit harus menggunakan lori khusus yang dapat mengangkut beban hingga 2 ton.
Referensi:
Energi Baik. (2021, Oktober 7). PLTA Rasak Bungo! PLTA Tertua di Indonesia. Retrieved from Energi Baik.
Tigauw, N. L. (2021, November 2). PLTA Tonsea Lama EBT terbesar Indonesia. Retrieved from Antaranews.
Y, M. (2022, Juli 8). Keren! PLTA Peninggalan Belanda Masih Beroperasi. Retrieved from Zona EBT.