31 Januari 2022
16:00 WIB
Penulis: Novelia
Editor: Rikando Somba
Meski tidak menjadi kebutuhan primer, kehidupan manusia sekarang tentunya tak bisa terlepas dari keberadaan listrik. Kalau ditanya dari mana listrik ini berasal, jawabannya akan bervariasi.
Ya, memang banyak elemen yang menjadi sumber pembangkit listrik. Salah satunya adalah air yang jadi tenaga utama dari pembangkit listrik tenaga air alias PLTA.
Namun, tahukah kamu bagaimana air bisa menghasilkan listrik? Semua bermula dari adanya bantuan gravitasi.
Air yang telah dibendung dialirkan ke arah turbin, sehingga energi potensial berubah menjadi energi kinetik dan mekanik yang mampu memutar turbin. Turbin yang berputar meneruskan putarannya ke generator yang mengonversi energi mekanik menjadi energi listrik.
Nah, jika mencari tahu dari mesin pencarian di internet siapa penemu PLTA, nama Nikola Tesla mungkin bakal paling banyak kamu temui. Tesla mungkin melambung namanya karena pembangunan dan peresmian PLTA pertama di dunia yang memanfaatkan air terjun Niagara pada 1895.
Akan tetapi, sebenarnya ide mengubah air menjadi energi listrik sudah ada lebih dari dua dekade sebelumnya loh.
Tenaga air sudah mulai dimanfaatkan sejak zaman kuno untuk pengolahan makanan, misalnya penggilingan gandum. Pada 1770-an, penggunaan elemen ini kemudian dirumuskan oleh Insinyur Prancis, Bernard Forest de Belido, lewat buku berjudul Architecture Hydraulique.
Lalu, bagaimana dengan pemanfaatannya untuk listrik?
Adalah William George Armstrong yang pada 1870 membangun serangkaian danau buatan di sekitar Cragside, rumah tempat tinggalnya di Northumberland, Inggris. Danau buatan tersebut memungkinkan Armstrong menyalakan 12 lampu gantung di kawasan galeri.
Berlanjut, pada 1880, dinamo Charles Brush yang bertenaga air diaktifkan dan sanggup menerangi teater dan etalasenya di Grand Rapids, Michigan. Setahun setelahnya, di air terjun Niagara, dinamo ini disambungkan ke turbin di pabrik tepung Quigley untuk menyalakan lampu jalan kota.
Perkembangan transmisi air ke listrik mulai bergerak ke arah lebih serius pada 1882, tahun yang sama ketika Tesla baru saja bergabung dengan perusahaan milik Thomas Alfa Edison sebagai insinyur perancang alat-alat listrik.
Tepatnya 30 September 1882, dengan memanfaatkan aliran bendungan Sungai Fox, perusahaan Edison mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas 12,5 kilowatt, menerangi dua buah pabrik kertas milik H.J. Rogers dan sebuah rumah di Appleton, Winconsin.
Kesuksesan inilah yang barangkali memotivasi Tesla untuk pemanfaatan air untuk kelistrikan dalam skala yang lebih besar. Selepas berhenti bekerja untuk Edison dan mendirikan perusahaan sendiri pada 1886, Tesla sibuk dengan berbagai studi untuk mematenkan pembuktiannya terkait arus bolak balik atau AC (alternative current).
Kerja keras berbuah hasil. Melalui kerja sama dengan George Westinghouse, Nikola Tesla mencatatkan namanya pada sejarah dunia sebagai pendiri pembangkit listrik tenaga air atau PLTA pertama di dunia pada 1895.
Peran besar Tesla tampak pada sumbangsih penggunaan generator AC polyphase yang merupakan dasar instalasi pembangkit listrik yang memanfaatkan kekuatan air terjun Niagara ini.
Sejak itu, perkembangan pemanfaatan generator air sebagai sumber energi listrik makin pesat. Beberapa negara bahkan menjadikannya sebagai sumber listrik utama karena berbagai pertimbangan, misalnya ramah lingkungan, meski membutuhkan banyak dana dan investasi pada pembangunan dan pengelolaannya.
Di Indonesia sendiri, meski bukan sumber utama, sejumlah PLTA menjadi penyumbang listrik signifikan. Hayo, sobat tahu tidak nama-nama PLTA di Indonesia?
Referensi
LIPI. (2003, September 13). Listrik tanpa kabel. Retrieved from Fisik@net: http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1063390858
Rimba Kita. (2018, September). Rimbakita.com. Retrieved from Pembangkit Listrik Tenaga Air – Pengertian, Sejarah, Pengelola & Daftar di Indonesia: https://rimbakita.com/pembangkit-listrik-tenaga-air/