c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

28 Januari 2025

17:06 WIB

WNI Kembali Ditembak, Migrant Care Duga Ada Impunitas Terhadap Aparat Malaysia

Direktur Eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo mengatakan, setidaknya sejak 2005 sampai 2025 sebanyak 75 pekerja migran Indonesia tewas ditembak aparat bersenjata Malaysia

Penulis: Aldiansyah Nurrahman

Editor: Nofanolo Zagoto

<p>WNI Kembali Ditembak, Migrant Care Duga Ada Impunitas Terhadap Aparat Malaysia</p>
<p>WNI Kembali Ditembak, Migrant Care Duga Ada Impunitas Terhadap Aparat Malaysia</p>

Ilustrasi penggunaan senjata api. Shutterstock/dok


JAKARTA - Migrant Care mengatakan penembakan pekerja migran Indonesia (PMI) oleh aparat bersenjata Malaysia bukan pertama kali terjadi. Berulangnya kejadian Malaysia ini menunjukkan adanya impunitas atas tindakan aparat Malaysia.

Direktur Eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo mengatakan setidaknya sejak 2005 sampai 2025 sebanyak 75 PMI tewas ditembak aparat bersenjata Malaysia. Penembakan terhadap PMI ini dinilai sebagai pembunuhan tanpa melalui prosedur hukum atau extrajudicial killing.

Wahyu menyebut atas tewasnya PMI tersebut tak ada penghukuman yang dikenakan kepada aparat bersenjata Malaysia.

“Saya kira ini yang juga menjadi, harus juga diinvestigasi agar para polisi atau otoritas bersenjata Malaysia itu tidak menikmati impunitas,” jelasnya kepada Validnews, Selasa (28/1).

Ia mengatakan, lima PMI yang ditembak oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) merupakan akibat dari tidak seriusnya Pemerintah Indonesia atas peristiwa yang menimpa PMI.

“Kalau kita merunut peristiwa ini hampir terjadi setiap tahun dan penyelesaiannya enggak pernah tuntas,” ujar Wahyu.

Wahyu menilai adanya PMI yang menjadi korban penembakan lagi menunjukkan perwakilan Indonesia di Malaysia hanya sekadar meredam kemarahan publik di Indonesia selama ini, tetapi setelah itu redup, tidak ada tindak lanjutnya.

Lebih lanjut, Wahyu mengungkapkan, pola penembakan terhadap PMI dikonstruksi oleh stigma yang dibangun oleh aparat otoritas bersenjata Malaysia yang menganggap PMI sebagai “Indon”.

“Di dalam kosakata Melayu, Indon itu lebih dekat pada pelaku jinayah atau pelaku kriminal. Jadi stereotype inilah yang kemudian selalu terus melestarikan atau meligitimasi upaya-upaya kekerasan terhadap PMI,” katanya.

Selain itu, pemberitaan-pemberitaan media massa di Malaysia juga selalu menyebut peristiwa penembakan itu sebagai upaya pemberantasan kriminalitas.

“Padahal itu belum tentu juga dan belum dibuktikan di peradilan umum ya seperti itu. Nah, saya kira motifnya adalah, ada kita temukan karena mereka tidak mau diperas, kita tahu kelakuan otoritas bersenjata Malaysia. Polisi di Raja Malaysia itu juga 11-12 lah dengan otoritas bersenjata di Indonesia di mana suap dan pungli itu adalah keseharian,” paparnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar