07 Oktober 2022
18:55 WIB
Editor: Rikando Somba
JAKARTA- Musim penghujan identik dengan potensi genangan air. Bahkan, di beberapa wilayah, hujan juga ditanggapi dengan kecemasan lantaran potensi banjir. Dan, mirisnya kerap kali datangnya banjir juga disertai hadirnya beberapa penyakit. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama, Jumat (7/10) mengingatkan agar masyarakat agar mewaspadai enam penyakit menular yang kerap muncul pada musim hujan dan banjir.
Tjandra mengatakan, kondisi banjir di beberapa wilayah Jakarta dan banyak daerah lainnya, biasanya menyebabkan sumber air minum masyarakat dari sumur dangkal ikut tercemar. Dan, ketersediaan air bersih juga biasanya serba terbatas pada saat terjadi pengungsian. Kondisi ini kerap memancing munculnya penyakit diare.
"Pertama, penyakit diare yang sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu," kata Tjandra Yoga Aditama.
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes itu meminta masyarakat untuk membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan atau minum serta sehabis buang hajat. Membiasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari, menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal, juga menjadi langkah pencegah diare.
Kotoran Tikus
Penyakit yang juga berakibat serius pada musim hujan adalah demam berdarah dengue ( DBD). Saat musim hujan ada potensi terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti penyebab dengue. Bahaya dbd bisa dicegah melalui gerakan 3M, yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur, dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat.
"Hal ini dikarenakan pada musim hujan banyak sampah, misalnya kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu, yang akhirnya menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk sebagai penular penyakit," katanya.
Ada pula penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri yang dinamakan leptospira muncul pada musim hujan dan banjir. Penyakit ini ditularkan melalui kotoran dan urine tikus. Mereka yang mempunyai luka, kemudian terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran tikus yang mengandung bakteri leptospira, berpotensi terinfeksi dan akan menjadi jatuh sakit.
"Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, maka tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri, berkeliaran di sekitar manusia di mana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir," ujarnya.
Langkah antisipasi yang bisa dilakukan adalah menekan dan menghindari tikus yang berkeliaran di sekitar tempat tinggal dengan selalu menjaga kebersihan. "Segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil," katanya.

Penyakit selanjutnya adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada musim hujan. Biasanya musim hujan identik dengan penyebaran batuk dan pilek serta infeksi saluran pernapasan. Perlu juga diwaspadai peningkatan penyakit kulit, baik berupa infeksi, alergi atau bentuk lain.
Terakhir, adalah penyakit lain, misalnya demam tifoid dan lainnya yang perlu diantisipasi jangan sampai terjadi perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita.
"Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari," ujarnya.
Terjangkit DBD
Wabah dbd sendiri kini melanda Kota Palu. Dinas Kesehatan Kota Palu menyebutkan sekitar 400 orang di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu terserang penyakit itu dalam sembilan bulan terakhir atau sejak Januari hingga September 2022.
"Penyebaran kasus DBD dipengaruhi faktor lingkungan," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palu Rochmat Jasin ditemui di Kota Palu, Jumat.
Dikutip dari Antara, belakangan ini Dinkes melalui Puskesmas melakukan upaya menekan perkembangbiakan nyamuk menggunakan fogging atau pengasapan di permukiman warga, dan membagikan obat pembunuh jentik nyamuk yang ditempatkan di bak penampungan air.
Rochmat Jasin menguraikan, dari hasil kajian epidemiologi terhadap kasus tersebut, penyebab meningkatnya DBD selain dipengaruhi faktor cuaca juga dipengaruhi kelalaian warga membersihkan genangan air bekas hujan.
"Kota Palu saat ini sudah bersih, setelah kami melakukan kajian letak masalahnya di lingkungan keluarga jarang menguras penampungan air, membiarkan genangan air terlalu lama pada tempat tertentu," tutur Rochmat.
Selain melakukan pemberantasan jentik nyamuk, ia juga meminta warga menggunakan kelambu saat tidur guna menghindari gigitan nyamuk, atau menyalakan anti nyamuk saat beraktivitas di rumah.