22 November 2024
19:59 WIB
Waspadai Bencana Hidrometeologi Hingga April 2025
BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal
Penulis: Oktarina Paramitha Sandy
Editor: Nofanolo Zagoto
Foto ilustrasi awan mendung. ValidNewsID/Fikhri Fathoni
JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi di akhir 2024 hingga awal 2025.
Ia menyebutkan, Indonesia saat ini sudah mulai memasuki musim hujan yang bersamaan dengan kemunculan La Nina lemah. La Nina merupakan fenomena anomali iklim yang mengakibatkan curah hujan bertambah antara 20% hingga 40%.
“Fenomena ini berlangsung mulai November hingga setidaknya Maret atau April 2025, sehingga perlu kewaspadaan masyarakat khususnya bagi masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, lereng-lereng gunung, dataran tinggi, dan sepanjang bantaran sungai,” ujar Dwikorita dalam keterangan yang diterima, Jumat (22/11).
Dwikorita menjelaskan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia pada 2025, yaitu penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia.
Penyimpangan suhu di wilayah ini berhubungan erat dengan fenomena La Nina lemah, yang berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga mempengaruhi distribusi hujan di wilayah Indonesia.
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal. Sebanyak 67% wilayah di Indonesia akan mengalami curah hujan dengan kategori tinggi, 15% wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan diatas normal, dan 1% lainnya akan mengalami curah hujan di bawah normal.
“Maka dari itu, menurutnya, dibutuhkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan seluruh komponen baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat terkait bencana hidrometeorologi ini,” ujarnya.
Meski berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, Dwikorita tetap yakin fenomena ini memiliki sejumlah peluang positif yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan catatan, dimitigasi dengan tepat.
Menurutnya, keberlimpahan air hujan akibat La Nina dapat dimanfaatkan secara optimal guna mendukung ketahanan pangan air serta energi. “Masyarakat juga bisa memanen air hujan atau rainwater harvesting dan digunakan saat musim kemarau tiba guna mengantisipasi kekeringan,” terangnya.