29 November 2023
20:11 WIB
JAKARTA - Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta memfasilitasi masyarakat untuk bisa mengakses peringatan dini banjir secara daring, melalui aplikasi Sistem Peringatan Dini Banjir. Melalui aplikasi tersebut masyarakat dapat memantau tinggi muka air dan melakukan mitigasi banjir sesegera mungkin jika tinggi muka airnya meningkat.
"Misalnya, di Katulampa statusnya sudah siaga dua dan diproyeksikan akan sampai di Manggarai, Jakarta, dalam 10 jam. Masyarakat jadi punya waktu untuk melakukan mitigasi sedini mungkin, seperti memindahkan barang berharga dari lantai satu ke lantai dua," kata Ketua Subkelompok Perencanaan Pengendalian Banjir dan Drainase Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta Maman Supratman di Jakarta, Rabu (29/11).
Kemudian, dalam aplikasi tersebut, lanjutnya, masyarakat juga dapat memantau curah hujan dan memantau prakiraan cuaca. Termasuk mendapatkan kontak-kontak penting dapat dihubungi ketika terjadi keadaan darurat, hingga memberikan laporan serta saran dan masukan.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya guna mengantisipasi banjir, salah satunya mengeruk saluran air, sungai dan waduk di lima wilayah kota dan kabupaten administrasi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta pun menyiagakan perahu karet di setiap kelurahan sebagai persiapan untuk evakuasi apabila terjadi banjir.
Sejumlah personel serta sarana dan prasarana juga disiapkan untuk mengantisipasi hal tersebut.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji, potensi genangan tetap akan terjadi khususnya di 25 wilayah yang berada di dekat bantaran sungai seperti Kelurahan Kalibata, Jatinegara, Cipulir dan Cipayung.
"Khusus di daerah itu kami juga sudah lebih meningkatkan kewaspadaan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengantisipasi dan menghadapi banjir," kata Isnawa.
Ia pun optimistis. dampak musim hujan khususnya pada momen puncak yang diprediksi terjadi pada Januari dan Februari 2024 akan bisa teratasi dan mampu meminimalisir akibat buruk dibanding tahun sebelumnya.
Hulu – Hilir
Maman sendiri mengatakan, pengendalian banjir di Ibu Kota harus terintegrasi dari hulu ke hilir agar hasilnya dapat maksimal. "Untuk Jakarta, kita tahu hulunya di Bogor, Depok, lalu hilirnya di Jakarta," kata Maman.
Menurut Maman, pengendalian daya serap air di hulu diperlukan untuk menahan debit air yang masuk ke Jakarta. Dalam hal tersebut Pemprov DKI Jakarta pun bekerja sama dengan pemerintah pusat.
Ia menjelaskan, sejumlah infrastruktur dibangun, salah satunya Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang diresmikan pada akhir tahun lalu. "Bendungan ini untuk mengurangi debit air di sungai, sehingga (air) yang ke Jakarta berkurang karena sudah ditampung di bendungan," ujar Maman.
Sementara itu di hilir, dibangun sodetan-sodetan untuk mengurangi tinggi muka air. "Kemudian Pemprov DKI Jakarta juga membangun waduk di pinggir-pinggir sungai sehingga pada saat hujan ekstrem, air akan 'parkir' terlebih dahulu ke ruang-ruang yang ada di pinggir sungai," kata Maman.