c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

NASIONAL

05 Juli 2023

19:12 WIB

Warga Diserukan Masak Daging Agar Terhindar Dari Kecacingan

Penularan antraks ke manusia disebabkan binatang yang sakit, lalu malahan dipotong dan dikonsumsi.

Editor: Rikando Somba

Warga Diserukan Masak Daging Agar Terhindar Dari Kecacingan
Warga Diserukan Masak Daging Agar Terhindar Dari Kecacingan
Ilustrasi dokter saat memeriksa bagian organ hati sapi saat pemotongan hewan kurban. Antara Foto/Aprillio Akbar

BOGOR- Pedagang dan masyarakat umum sebagai konsumen sudah seharusnya  memperhatikan kualitas hati sapi. Ini dijtujukan  agar terhindar dari penyakit kecacingan atau Helminthiasis, sebagai upaya menjaga konsumsi makanan sehat. Sebagai bentuk kehati-hatian, masyarakat lebih baik memasak daging dan jeroan sapi pada umumnya dengan matang agar lebih aman dan layak untuk dikonsumsi.

Wakil Wali Kota Bogor Dedie Abdul Rachim saat meninjau penjualan daging berikut jeroan sapi di Pasar Bogor, Rabu (5/7) menyerukannya, Dia dan aparatur Kota  meminta pedagang untuk menjaga kualitas dagangannya.

Peninjauan daging dan hati sapi dilakukan Dedie A Rachim bersama Tim Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kota Bogor di Pasar Bogor dan tidak menemukan hati sapi yang dijual pedagang yang terindikasi kecacingan.

"Kebanyakan untuk konsumsi harian sebagian dari RPH. Yang harus diwaspadai sumber-sumber sapi yang tidak bersih. Hasil peninjauan sejauh ini ada sebagian besar sampel berasal dari RPH, Alhamdulillah aman," kata Dedie.

Dedie Rachim menuturkan, peninjauan penjualan daging dan jeroan sapi termasuk hati sapi di pasar, menindaklanjuti temuan DKPP, IPB Iniversity dan Polbangtan dari 8.000 sapi yang ada pada momen Iduladha 1444 hijriyah, melakukan pemeriksaan hati dan daging 738 sapi di laboratorium dan didapati 17 sapi yang ternyata terjangkit penyakit kecacingan.

Pasokan daging dan hati sapi di Kota Bogor, kata Dedie, hasil komunikasi dengan para pedagang mayoritas dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Bubulak yang saat ini terjaga dari penyakit kecacingan. "Hasil peninjauan sejauh ini ada sebagian besar sampel berasal dari RPH, Alhamdulillah aman. Setelah ditelusuri ternyata sumber sapi yang terindikasi cacing hati berasal dari luar kota Bogor," ungkapnya.



Sedang Kepala Bidang Peternakan DKPP Kota Bogor drh Anizar menerangkan,  hati sapi yang bagus terlihat bersih dan mulus, berwarna coklat tua. Sebaliknya, hati sapi yang terjangkit kecacingan jika dibalik ada bintik putik seperti jamur.

"Biasanya hati yang ada cacingnya bertekstur keras, kalau kita belah keluar cacing hati di dalam," jelas drh Anizar, dikutip dari Antara.

Meski begitu, kata drh Anizar jika hati tersebut konsumsi manusia masih tetap aman, namun hati tersebut harus dimasak dengan matang sempurna. "Kalau dimasak dengan benar sebenarnya tidak apa apa, tapi dimasaknya harus dengan matang sampai mendidih," katanya.

Bahaya Antraks
Di kesempatan berbeda, pakar ilmu kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan antraks merupakan penyakit lama yang beberapa kali menyerang sejumlah daerah di Indonesia. Tjandra yang pernah menjabat sebagai Dirjen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI beberapa kali menangani sejumlah kasus antraks.

"Memang sejak lama kasus antraks ini menyerang berbagai daerah, antara lain pada 2010 di Maros dan pada 2011 di Boyolali," katanya di Jakarta, Rabu.

Pada kejadian di Maros, Sulawesi Selatan, setidaknya ada lima sapi yang mati dalam dua pekan pada Maret 2010, satu di antaranya dipotong pada waktu sakit dan dagingnya dibagikan ke masyarakat. "Menurut hasil pengujian di Balai Besar Veteriner pada 29 Maret 2010 sapi-sapi tersebut positif antraks. Terhadap pasien dilakukan pengobatan dan juga diambil darahnya untuk diperiksa di laboratorium," katanya.

Dari pengalaman itu, kata Tjandra, kejadian di Gunung Kidul, Yogyakarta, pada tahun ini sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi dan memastikan antraks. Selain pemeriksaan darah maka juga dapat dilakukan pemeriksaan kulit, feses, dan pungsi lumbal, kalau diperlukan.

"Pengalaman di Maros dan juga Boyolali ini menunjukkan penularan antraks dari binatang yang sakit, lalu malahan dipotong dan dikonsumsi manusia. Sesuatu yang perlu terus diberi pemahaman ke masyarakat luas agar jangan terus berulang," katanya.

Antraks merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya, serta dapat menular ke manusia. Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia, termasuk desinfektan tertentu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar