c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

16 Agustus 2025

17:55 WIB

Warga Di Kawasan TNBBS Diingatkan Tak Beraktivitas Di Hutan

Sepanjang 2024-2025 di kawasan hutan TNBBS, tercatat delapan insiden interaksi negatif antara harimau sumatera dengan masyarakat yang mengakibatkan tujuh korban jiwa.

Editor: Rikando Somba

<p>Warga Di Kawasan TNBBS Diingatkan Tak Beraktivitas Di Hutan</p>
<p>Warga Di Kawasan TNBBS Diingatkan Tak Beraktivitas Di Hutan</p>

Ilustrasi seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) berada di ladang warga di Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Kamis (3/12/2020). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra    

BANDARLAMPUNG - Dinas Kehutanan (Dishut) Lampung mengimbau masyarakat untuk tak beraktivitas di dalam kawasan hutan, agar menghindari interaksi negatif antara manusia dengan satwa liar.  Berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, sepanjang 2024-2025 di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), tercatat delapan insiden interaksi negatif antara harimau sumatera dengan masyarakat yang mengakibatkan tujuh korban jiwa.

"Mengenai terjadinya peristiwa interaksi negatif antara manusia dengan satwa liar, ini memang sedang di cari solusi terbaiknya. Sebenarnya upaya paling efektif adalah para petani yang menggarap kawasan itu agar tidak melakukan aktivitas di dalam hutan terutama kalau sendirian," ujar Kepala Dishut Provinsi Lampung Yanyan Ruchyansyah di Bandarlampung, Sabtu (16/8).

Ia mengatakan, imbauan ini ditujukan untuk menghindari adanya korban akibat interaksi negatif antara satwa liar berupa harimau dengan manusia di dalam kawasan hutan konservasi.

"Lebih baik tidak beraktivitas di dalam kawasan sampai nanti kita lakukan aksi selanjutnya untuk menangani ini. Sebab kehidupan satwa liar dan manusia sama-sama penting untuk tetap dijaga," katanya.


Sementara,  untuk tindak lanjut permasalahan perambahan hutan konservasi di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), saat ini berbagai pihak masih melakukan diskusi serta koordinasi lebih lanjut.

Menjaga Manusia Dan Satwa Liar”
"Kami membutuhkan diskusi serta koordinasi lebih intens karena ini melibatkan berbagai sektor. Saat ini masih melakukan inventarisasi perambah di kawasan TNBBS," ucap dia.

Baca juga: Perambahan Hutan Sebab Utama Konflik Hewan Dengan Manusia

                   BKSDA Ingatkan Warga Mukomuko Harimau Ganas Berkeliaran  

Ia mengatakan, inventarisasi perambah tersebut dilakukan dengan membedakan antara perambah lokal dan luar daerah, kemudian ada pula klasifikasi khusus lainnya untuk memastikan langkah lebih lanjut dalam menangani para perambah hutan.

"Penanganan ataupun langkah selanjutnya ini memang perlu perencanaan secara detail dan berhati-hati. Sebab keberlangsungan hidup satwa liar yang populasinya semakin berkurang penting, dan di sisi lain kehidupan manusia juga penting sehingga akan dicari solusi yang tidak mengganggu kehidupan keduanya," tambahnya, dikutip dari Antara.

Sementara di Kabupaten Lampung Timur pada Juni 2025 interaksi negatif satwa berupa sekelompok gajah memasuki area perkebunan di perbatasan Desa Braja Asri dan Braja Sakti, mengakibatkan kerugian materi yang besar.

Berdasarkan catatan sepuluh tahun terakhir, interaksi negatif manusia dengan gajah di Way Kambas rata-rata terjadi 185 kali per tahun di 13 desa terdampak, sedangkan di Bukit Barisan Selatan tercatat rata-rata 53 kejadian per tahun di 12 desa.

Untuk interaksi negatif manusia harimau, tercatat rata-rata 22 kejadian per tahun di 14 desa, dengan dampak kehilangan ternak sebanyak 192 ekor serta korban jiwa.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar