c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

14 November 2025

17:15 WIB

ViStory: Menggugat Gelar Pahlawan Lewat Aksi Kamisan

Kamis sore itu, "Aksi Kamisan" dilakukan dengan tema tak seperti biasa. Penyematan gelar pahlawan yang baru saja dilakukan pemerintah, menjadi isu yang disuarakan.

Penulis: Hasta Adhistra Ramadhan

Editor: Rikando Somba

<p dir="ltr" id="isPasted">ViStory: Menggugat Gelar Pahlawan Lewat Aksi Kamisan</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">ViStory: Menggugat Gelar Pahlawan Lewat Aksi Kamisan</p>

Peserta 'Aksi Kamisan' diikuti wajah-wajah muda. Mereka mengaku memang tidak mengalami masa represi Orde Baru. Namun, mereka mengungkapkan, datang untuk berempati, belajar, dan menolak melupakan sejarah. Validnews/Hasta Adhistra.

JAKARTA - Di bawah langit sore Jakarta dan di tengah gemuruh lalu lintas di depan Istana Negara, nuansa hitam dan kelabu mendominasi peserta aksi.  Warna "gelap" ini menjadi simbol bagi mereka yang menolak lupa, mengingat sejarah kelam bangsa yang ditorehkan lewat kasus-kasus pelanggaran HAM yang tak kunjung tertuntaskan.

Aktivis dari sejumlah organisasi, mahasiswa, dan masyarakat sipil mengikuti Aksi Kamisan ke-886 di depan Istana Negara, Jakarta (13/11/25). Validnews/Hasta Adhistra.Payung-payung hitam kembali terbuka di sore itu. Bukan untuk menahan panasnya matahari, bukan pula untuk menahan derasnya hujan, melainkan untuk menjaga sebuah ingatan. Ingatan tentang luka, kehilangan, dan keadilan yang tak kunjung datang.

Peserta Aksi Kamisan ke-886 di depan Istana Negara, Jakarta (13/11/25) mendesak pemerintah menuntaskan kasus HAM di masa Orde Baru. Validnews/Hasta Adhistra.Puluhan orang berdiri diam. Lainnya hikmat menyuarakan orasi, bergantian. Mereka membawa sejumlah poster, dan membentangkan sebuah spanduk wajah korban pelanggaran HAM.

Aktivis dari sejumlah organisasi, mahasiswa, dan masyarakat sipil yang mengikuti Aksi Kamisan ke-886 di depan Istana Negara, Jakarta (13/11/25), didominasi kalangan muda. Validnews/Hasta Adhistra.Kamis sore itu, nuansa amarah yang dalam, mengemuka dari para penggema keadilan ini. Luka lama yang belum sembuh itu, kini seolah ditambah lagi dengan disematkannya gelar pahlawan nasional untuk Soeharto oleh Presiden Prabowo Subianto pada 10 November 2025.

Maria Catarina Sumarsih, ibu dari Benardius Realino Norma Irawan (Wawan), mahasiswa Universitas Atma Jaya korban tewas peristiwa Semanggi I saat mengikuti Aksi Kamisan ke-886 di depan Istana Negara, Jakarta (13/11/25). Validnews/Hasta Adhistra."Aksi Kamisan" yang digelar perdana pada 2007, terhitung sudah dilaksanakan sebanyak 886 kali pada Kamis sore, 13 November 2025. Meski begitu, peserta aksi tak pernah surut. Bagi massa aksi, sikap diam pemerintah adalah bentuk pengkhianatan, seolah perjuangan dan penderitaan tak pernah dianggap ada.

Seorang korban pelanggaran HAM  membawa sebuah lukisan pada Aksi Kamisan ke-886 di depan Istana Negara, Jakarta (13/11/25). Validnews/Hasta Adhistra.“(Hari ini) persis 27 tahun setelah peristiwa Semanggi. Tapi, saya kira apa yang terjadi beberapa hari ini tidak mewakili kemenangan Reformasi, karena presiden kita menobatkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. Itu berarti menegasikan seluruh perjuangan jutaan rakyat Indonesia tahun 1998,” ujar Savic saat menyampaikan kuliah jalanan di depan Istana Merdeka.

Sejumlah mahasiswa, pemuda, dan masyarakat muda mengikuti 'Aksi Kamisan' ke-886 sekaligus memperingati 27 tahun Semanggi I di depan Istana Merdeka, Jakarta (13/11/25). Validnews/Hasta Adhistra.Aksi Kamisan kembali menyelipkan pesan yang sama setiap minggunya, bahwa keadilan belum datang, dan sejarah belum selesai. Selama tuntutan itu belum tercapai, mereka akan terus berdiri sebagai sebuah simbol perlawanan dan ingatan yang tak pernah padam.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar