15 September 2025
15:12 WIB
Video Keberhasilan Prabowo di Bioskop Bisa Timbulkan Politisasi
Tayangan video keberhasilan Presiden Prabowo jangan sampai menimbulkan kesan politisasi di ruang publik.
Penulis: Gisesya Ranggawari
Editor: Leo Wisnu Susapto
Suasana teater biskop Kineforum di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. Sumber: kineforum.org.
JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR, Dave Laksono mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam penayangan video Presiden Prabowo Subianto di bioskop sebelum film dimulai. Menurutnya sosialisasi yang dilakukan jangan sampai menimbulkan kesan politisasi di ruang publik.
"Jangan sampai pesan yang disampaikan pemerintah justru kontraproduktif," kata Dave kepada wartawan, Senin (15/9) di Jakarta.
Ia mendorong agar setiap bentuk sosialisasi dilakukan dengan pendekatan yang inklusif, tidak menimbulkan kesan politisasi ruang publik, dan tetap menjaga sensitivitas sosial. Pemerintah perlu memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak hanya informatif, tetapi juga kontekstual dan tidak menimbulkan persepsi yang kontraproduktif.
Pasalnya, ruang publik, baik fisik maupun digital, adalah milik bersama. Maka, menurut Dave kehati-hatian dalam memilih medium, waktu, dan narasi menjadi penting agar komunikasi pemerintah tidak menimbulkan polarisasi.
"Agar publik tidak terpolarisasi, melainkan justru memperkuat kepercayaan publik terhadap institusi negara," imbuh Politikus Partai Golkar ini.
Namun, Dave tetap menghargai usaha pemerintah yang mencoba bersikap transparan. Ia berpandangan pemerintah juga punya hak untuk memberikan informasi yang benar ke masyarakat.
Dave juga mengingatkan agar setiap bentuk komunikasi publik yang dilakukan oleh pemerintah harus berpijak pada asas transparansi, proporsionalitas, dan kepatuhan terhadap norma hukum serta etika komunikasi.
"Bila penayangan tersebut dimaksudkan untuk menyampaikan capaian pemerintahan secara informatif dan tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku, maka hal itu merupakan bagian dari hak pemerintah untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat," papar dia.
Di sisi lain, Dave menghargai sorotan publik atas video tersebut. Ia menilai wajar ketika masyarakat beragam merespons langkah pemerintah dalam mensosialisasikan capaian Presiden Prabowo. Menurutnya, kritik berarti membuka ruang adanya evaluasi dari cara pemerintah berkomunikasi.
Ia berpandangan, dari kitik dan reaksi masyarakat maka bisa dinilai efektivitas komunikasi pemerintah terkait pesan yang disampaikan diterima dengan baik, atau justru menimbulkan pertanyaan dan resistensi.
"Saya menghargai perhatian publik terhadap dinamika komunikasi pemerintah, termasuk soal penayangan video sosialisasi di ruang-ruang komersial seperti bioskop," tutur Dave.
Diketahui, 15 menit sebelum film dimulai, video capaian Prabowo tayang di bioskop. Video itu menampilkan berbagai cuplikan kegiatan dan potongan pernyataan Prabowo.
Video tersebut memuat narasi dan angka dari berbagai pencapaian program, seperti 21.760.000 ton total produksi beras nasional hingga Agustus 2025 dan 5.800 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi.
Kemudian, dinarasikan sebanyak 80 ribu kelembagaan Koperasi Desa Merah Putih resmi diluncurkan. Selain itu, ada narasi 100 Sekolah Rakyat telah diluncurkan.