27 Oktober 2021
12:31 WIB
Penulis: Wandha Nur Hidayat
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA – Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda mengatakan, transformasi pendidikan nasional usai pandemi covid-19 tak akan beranjak jauh dari capaian yang sudah terjadi selama ini. Pasalnya, banyak persoalan pokok pendidikan yang relatif belum bisa diselesaikan sampai saat ini.
"Dunia pendidikan kita relatif masih mengalami berbagai kendala, walaupun semangat transformasi terus menggebu-gebu untuk kita lakukan pembaharuan," ujar Huda dalam webinar 'Quo Vadis Pendidikan Indonesia Maju Pasca Pandemi Covid-19', Rabu (27/10).
Pandemi covid-19 justru makin menghantam pelaksanaan berbagai agenda perubahan transformasi dunia pendidikan yang sudah direncanakan dan sedang dijalankan. Oleh karena itu, Indonesia disebut sebenarnya tengah mengalami situasi darurat pendidikan.
Menurut Huda, pemburukan situasi terjadi baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam hal kualitas, salah satunya akibat learning loss atau hilangnya pengalaman belajar dari peserta didik akibat pembelajaran tidak berjalan maksimal lewat pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Ini kira-kira profil sederhananya peserta didik kita betul naik kelas dari kelas 5 menjadi kelas 6, dari kelas 7 menjadi kelas 8. Tapi efek dari learning loss menjadikan defisit pengetahuan mereka, tingkat pemahaman dan tingkat proses pembelajaran mereka," urai dia.
Dia menuturkan siswa yang naik ke kelas 5 SD, misalnya, bisa jadi sesungguhnya kapasitas dan capaian pengetahuannya masih setara kelas 4 SD. Masalah ini diduga tak hanya terjadi pada jenjang sekolah dasar dan menengah, melainkan juga jenjang pendidikan tinggi.
"Artinya, quo vadis pendidikan pasca pandemi covid-19 juga ditandai oleh learning loss yang semakin mengalami pendalaman. Untuk itu, dua bulan ini kita tetap memastikan supaya pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan sebaik-baiknya," kata dia.
Sementara pada konteks kuantitas, Huda menjelaskan banyak peserta didik yang tidak melanjutkan sekolah dan putus sekolah, baik di sekolah menengah maupun pendidikan tinggi. Hal ini, misalnya, dapat dilihat dari jumlah peserta ujian masuk perguruan tinggi.
Hasil SBMPTN maupun ujian mandiri yang dilaksanakan masing-masing perguruan tinggi menunjukkan kuantitas peserta mengalami penurunan. Artinya, ditegaskan bahwa banyak peserta didik yang tidak bisa melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi.
"Inilah yang menjadi beban utama kenapa situasi pendidikan kita pasca pandemi covid-19 tidak akan beranjak jauh dalam pembaharuan dan transformasi. Pada konteks inilah pendidikan yang akan kita alami pasca pandemi covid-19," pungkas Huda.