c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

10 November 2025

14:57 WIB

Tokoh Perempuan Minim Diangkat Jadi Pahlawan Nasional

Data 2023, 206 sudah ada pahlawan nasional, namun Komnas Perempuan mencatat delapan persen di antaranya adalah perempuan.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Tokoh Perempuan Minim Diangkat Jadi Pahlawan Nasional</p>
<p>Tokoh Perempuan Minim Diangkat Jadi Pahlawan Nasional</p>

Foto Marsinah dipajang saat penganugerahan gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).  ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nym.

JAKARTA - Komnas Perempuan mengatakan banyak tokoh perempuan yang kiprahnya belum diakui, belum tercatat, dan bahkan dilupakan dalam narasi sejarah Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Sosial (Kemensos) per 2023, dari 206 pahlawan nasional hanya 16 orang atau delapan persen di antaranya yang merupakan pahlawan perempuan.

"Angka ini bukan sekedar statistik, melainkan cermin dari konstruksi sejarah maskulin yang sering kali menempatkan perempuan sebagai pendukung, bukan pelaku utama dalam sejarah perjuangan bangsa," ujar Ketua Komnas Perempuan, Maria Ulfah Ansor, dalam webinar Peringatan Hari Pahlawan Nasional 2025, Senin (10/11).

Dia melanjutkan, pengalaman, perjuangan, dan kontribusi perempuan mesti diakui sebagai bagian integral dari sejarah bangsa. Sebab, sejarah yang adil gender atau sejarah yang adil dan beradab merupakan fondasi masa depan yang berkeadilan.

Dia juga menegaskan, perjuangan perempuan tidak hanya milik masa lalu. Nilai keberanian, solidaritas, dan kemanusiaan yang diwariskan pahlawan perempuan merupakan sumber inspirasi bagi perjuangan masa kini dalam melawan kekerasan, diskriminasi, dan ketidakadilan dalam segala bentuk.

Baca juga: Daftar 10 Pahlawan Nasional Tahun 2025

Ulfah pun mengajak masyarakat untuk mengenal dan meneladani beberapa tokoh perempuan yang berkontribusi terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Di antaranya, Siti Mangoppoh yang melawan aturan pajak kolonial, Putmainah tokoh pergerakan perempuan, Siti Mangunsarkoro pejuang pendidikan perempuan, dan Ida Nasution yang mengkritik kolonialisme.

"Mereka bukan hanya bagian dari sejarah, tapi juga penanda moral bangsa," tambah Ulfah.

Mewakili Komnas Perempuan, dia pun berharap pengakuan dan pencatatan pahlawan perempuan dalam narasi sejarah Indonesia bisa semakin kuat. Tak hanya itu, dia berharap kesadaran publik tentang pentingnya peran perempuan dalam sejarah bangsa semakin meningkat.

"Kami mengajak kita semua untuk meneladani semangat pahlawan perempuan untuk berani bersuara, berani melawan ketidakadilan, dan menciptakan perubahan," tutup Ulfah.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar