c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

NASIONAL

30 November 2023

18:20 WIB

Survei VISI: Pendidikan Dan Ekonomi Jadi Isu Prioritas Pemilih Muda  

Dari sejumlah hal yang menjadi pertimbangan, pemilih muda mayoritas mengatakan, aspek kualitas pasangan calon menjadi hal paling penting yang dipertimbangkan dalam memilih capres-cawapres.  

Survei VISI: Pendidikan Dan Ekonomi Jadi Isu Prioritas Pemilih Muda   
Survei VISI: Pendidikan Dan Ekonomi Jadi Isu Prioritas Pemilih Muda   
Ilustrasi. Pelajar memasukkan kertas suara ke dalam kotak saat Pemilihan Ketua OSIS di SMA N 1 Batang, Kabupate n Batang, Jawa Tengah, Rabu (20/9/2023). Antara Foto/Harviyan Perdana Putra

JAKARTA – Sejumlah pandangan menyebutkan, pemilih muda atau pemilih pertama dalam Pemilu 2024 lebih menyukai gimik ketimbang substansi dan program para capres-cawapres. 

Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan, pemilih pemula lebih menyukai trik yang dimunculkan capres-cawapres untuk menarik perhatian daripada visi dan misi peserta Pilpres 2024.

"Banyak media, ketika bertanya kepada saya apa visi dan misinya, apa programnya, dan seterusnya. Kalangan pemilih, apalagi pemilih pemula, itu tidak terlalu tertarik, (mereka) tertarik lebih kepada gimik," kata Ganjar menyambangi Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Kamis (30/11).

Akan tetapi, rasanya pandangan itu tak sepenuhnya benar. Setidaknya, Laporan Hasil Survei Online Visi Teliti Saksama bertajuk “Preferensi Pemilu Pemilih Muda” yang berlangsung 25 Oktober–8 November 2023 dan melibatkan 688 responden berusia 17- 30 tahun menyatakan pandangan  berbeda. Menurut survei tersebut, pemilih muda juga memerhatikan isu-isu penting yang diusung para pasangan calon capres-cawapres.

Baca Juga: Menilik Strategi Capres-Cawapres Dekati Pemilih Muda

Dari sejumlah isu, yang paling diprioritaskan oleh para calon pemilih muda yang menjadi responden survei adalah, isu Pendidikan dan Ekonomi. 

“Aspek pendidikan dinilai penting untuk ditangani presiden selanjutnya oleh 85,90% responden. Sementara aspek ekonomi dipilih oleh 82,99% dari total responden,” kata Novelia, Peneliti Lembaga Riset Visi Teliti Saksama, Kamis (30/11).

Isu lainnya adalah Pemberantasan Korupsi dan Penegakan Hukum yang dipilih 79,65 responden sebagai isu prioritas ketiga. Disusul oleh isu Ketenagakerjaan yang dipilih 75,44% responden di peringkat keempat dan isu Kesehatan yang dipilih 67,73% responden.

Sebagai isu paling prioritas yang dipilih responden, detail dari Isu Pendidikan yang paling banyak dipilih responden sebagai isu yang paling penting ditangani para pemimpin negara adalah, akses/pemerataan pendidikan, yakni dipilih oleh 82,12% dari total responden.

“Calon pemilih muda juga menilai penting isu terkait upah tenaga pengajar (dipilih oleh 68,89% responden). Disusul oleh isu Kualitas Tenaga Pengajar (62,64%) dan Kualitas Kurikulum (58.28%),” lanjut Novelia.


Untuk detail isu perekonomian yang paling banyak dipilih responden sebagai yang paling penting ditangani para pemimpin negara adalah Kemiskinan. Isu ini dipilih oleh 91,13% dari total responden.Calon pemilih muda juga menilai penting isu terkait UMKM (dipilih oleh 82,70% responden)

Adapun soal Isu ketenagakerjaan yang paling banyak dipilih responden sebagai yang paling penting ditangani para pemimpin negara adalah, ketersediaan lapangan kerja yang dipilih oleh 91,86% dari total responden. Calon pemilih muda juga menilai penting isu terkait jaminan ketenagakerjaan (dipilih oleh 81,83% responden).

Selain isu-isu di atas, isu yang dianggap dekat dengan anak muda adalah isu soal teknologi digital. 

“Saat ditanyakan soal isu ini, mayoritas responden (83,87%) memilih isu Privasi dan Keamanan Data, sebagai isu yang paling penting ditangani para pemimpin negara. Kemudian, para pemilih muda juga menilai penting isu terkait Keterampilan Digital (dipilih oleh 71,51% responden),” tuturnya.

Menurut Novelia, pemilih muda yang menjadi responden pada survei ini dapat dikatakan rasional. Kesimpulan ini, kata Novelia didapat dari jawaban para responden setelah ditanya “Apa pertimbanganmu dalam memilih pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden?”

Dari sejumlah hal yang menjadi pertimbangan, pemilih muda yang menjadi responden pada survei ini mayoritas mengatakan, aspek kualitas pasangan calon menjadi hal paling penting yang dipertimbangkan dalam memilih capres-cawapres (dipilih oleh 45,23% responden).

“Baru setelah kualitas, hal yang juga paling banyak dipilih responden dalam menentukan capres/cawapres pilihan adalah faktor profil kandidat (25,36%), faktor relasi (14,86%) dan psikologis (14,08%)” serunya.

Baca Juga: Pemilu, Anak Muda dan Nuansa Yang Berbeda

Jika dirinci, aspek kualitas yang dimaksud, kata Novelia, mayoritas responden menjawab soal kinerja dan pengalaman (82,12%), visi dan misi (69,91%) dan kualitas dan kompetensi (67,01%).

Sekadar informasi, selain berusia 17-30 tahun, tiga pekerjaan (profesi) yang paling banyak dilakukan responden yang adalah menjadi profesi responden adalah Bapak/Ibu Rumah Tangga (27,33%), Pelajar/Mahasiswa (23,55%), dan Pegawai Swasta (23,11%). Disusul oleh Wirausahawan (10,61%) dan Pekerja Lepas (7.27%).

Responden didominasi oleh kelompok dengan pengeluaran Rp1 Juta – Rp5 Juta setiap bulannya, yakni sebanyak 55,96% dari total responden. Disusul oleh kelompok dengan pengeluaran kurang dari Rp1 juta dalam sebulan (34,30% dari total responden)  dan Rp6juta-Rp10 juta (8.28%).

Dari profil singkatnya, responden yang berjenis kelamin Perempuan tercatat sebanyak 53,92% dan Laki-Laki (46,08%). Sebagian besar responden bertempat tinggal di wilayah Non-Jabodetabek (62,35%) dari total responden. Sisanya 37,65 berdomisili di wilayah Jabodetabek.


Polemik Gimik
Sebelumnya, Wakil Kapten Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Sudirman Said meyakini bahwa pemilih dari generasi muda menginginkan kampanye politik yang lebih dari sekadar gimik politik. Hal tersebut disampaikan Sudirman saat menjawab pertanyaan awak media mengenai langkah khusus apa yang akan dilakukan Timnas AMIN untuk menggaet suara generasi Z dan milenial.

"Kami yakin, terutama generasi muda, anak-anak yang punya masa depan itu ingin lebih dari sekadar gimik, ingin lebih tebal, lebih punya isi daripada sekadar hal-hal yang sifatnya permukaan," kata Sudirman saat dijumpai awak media di Jakarta, Rabu.

Mengingat hal tersebut, kata Sudirman, Timnas AMIN pun berupaya untuk menawarkan gagasan yang lebih berisi kepada generasi muda. Dia memandang bahwa Pemilu 2024 merupakan kesempatan untuk mengedukasi publik.

Baca Juga: Peta Suara Pemilih Muda Pemilu 2024

Sudirman tidak memungkiri bahwa sebagian masyarakat masih menyukai gimik politik yang bersifat ringan. Akan tetapi, menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak boleh berhenti pada titik tersebut.

"Tidak boleh berhenti di situ (gimik saja), harus ada konten, harus ada isi, harus ada pesan-pesan agenda," ujar dia.

Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengingatkan para pemilih muda untuk tidak mudah termakan dengan gimik pasangan calon presiden dan wakil presiden, terutama soal penampilan.

Menurut Titi, dalam forum diskusi "Ngobrol Etika Penyelenggara Pemilu Dengan Media" yang digelar Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) di Jakarta Pusat, Jakarta, Jumat (24/6), tipu daya capres-cawapres lewat penampilan itu biasanya dimanfaatkan untuk menghindari adu gagasan dan ketajaman program kerja.

"Ini bukan pemilihan idola yang hanya bisa didekati dengan suara yang bagus, tarian yang bagus, atau personal appearance yang menarik," kata Titi.

Dia menjelaskan pemilih muda memiliki karakter berbeda dari segmen pemilih lainnya, yakni lebih mudah teralihkan dengan tampilan fisik atau gimik yang ditawarkan peserta Pilpres 2024.

Titi menganggap hal itu berbahaya karena ruang untuk menguji gagasan dan program para pasangan calon kepada pemilih muda semakin terkikis.



Meski begitu, Ganjar Pranowo mengaku tak mempersoalkan trik yang dimunculkan pasangan calon presiden-wakil presiden, termasuk gimik 'gemoy' atau gemas yang kerap dinarasikan pihak Prabowo Subianto.
 
"Saya menghormati gimik orang, tapi hari ini anak-anak muda mesti diedukasi," kata Ganjar.

Dia menegaskan pemilih pemula seharusnya diajarkan soal politik yang lebih esensial. Dia juga sepakat dengan pendapat sastrawan Okky Madasari bahwa anak muda akan tersinggung apabila cuma dijadikan objek gimik politik. 

Menurutnya, banyak juga anak muda yang lebih mementingkan persoalan yang lebih nyata.
 
"Ketika saya ketemu anak muda, tidak semua anak muda suka gimik kok, mereka pengin ekonomi kreatif, 'Yang saya punyai, Anda bisa fasilitasi enggak?" begitu kata Ganjar.

Ide Organik
Saat dikonfirmasi, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Rosan Roeslani pun membantah pihaknya hanya menjual gimik Prabowo Subianto sebagai "Presiden Gemoy" kepada publik. Menurut dia, kesan "gemoy" bukan ide yang lahir dari tim sukses Calon Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

"Kan harus diingat, 'gemoy' ini yang sekarang menjadi perhatian dan menarik perhatian para anak muda itu tumbuh secara organik loh bukan kami yang bikin ide 'gemoy'," kata Rosan.

Menurut dia, kesan "presiden gemoy" pun hanya menjadi alat untuk menarik perhatian para pemilih muda yang memang menjadi target utama TKN. Ketika perhatian pemilih mudah sudah didapatkan, maka pihaknya akan dengan mudah menawarkan program kerja Prabowo-Gibran kepada kaula muda.

"Untuk mengetahui lebih banyak program pak Prabowo dan mas Gibran yang sudah tertuang di Asta Cita itu. Nah, tentunya anak-anak muda harus kita tarik atensinya," ujarnya.

Rosan melanjutkan, salah satu program yang dijanjikan Prabowo-Gibran yakni memberikan makan gratis kepada 82,5 juta siswa sekolah.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar