c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

09 Oktober 2023

15:49 WIB

Studi: Siswa Di NTT Sulit Tingkatkan Literasi

Tingkat literasi siswa NTT tertinggal setara 16 bulan pembelajaran dan numerasi tertinggal setahun untuk memahami numerasi dibanding siswa di luar provinsi itu.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

Studi: Siswa Di NTT Sulit Tingkatkan Literasi
Studi: Siswa Di NTT Sulit Tingkatkan Literasi
Ilustrasi literasi. ValidNewsID/Fikhri Fathoni.

JAKARTA - Siswa di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat kesulitan meningkatkan kemampuan literasi. Dalam studi yang dilakukan Kemendikbudristek, mereka mengalami ketertinggalan belajar di aspek literasi setara dengan 16 bulan pembelajaran. Sementara di aspek numerasi, 33 hingga 39 bulan.

Ini karena sebagian besar dari mereka hanya bisa menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu. Berdasarkan data pemprov NTT, pada 2021 sebanyak 1,3 juta anak usia sekolah di NTT belum bisa berbahasa Indonesia. Padahal, bahasa itulah yang digunakan dalam sistem pendidikan nasional.

Hal itu disampaikan oleh Manajer Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Program Inovasi, Hironimus Sugi. Program Inovasi, atau Inovasi Untuk Anak Indonesia, berupa program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia di bidang pendidikan.

"UNESCO tahun 1953 sudah memastikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menggunakan bahasa yang dikuasai oleh peserta didik," ujar Hironimus dalam acara Kemitraan Untuk Pembelajaran yang diadakan di Kupang, NTT, Senin (9/10), seperti diikuti secara daring.

Merespons itu, pada 2019 pihaknya pun membuat program Pembelajaran Multibahasa Berbasis Bahasa Ibu (PM-BBI). Program ini menerapkan pembelajaran yang menggunakan bahasa yang dikuasai anak. 

Oleh karena itu, pemahaman konsep dan proses belajar anak bisa lebih baik.

Program itu diterapkan di sejumlah sekolah mitra Inovasi. Sekolah-sekolah ini tersebar di lima kabupaten yaitu Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Nagekeo.

Hasilnya, setelah PM-BBI diterapkan, jumlah siswa yang menguasai literasi dasar meningkat hingga 1,5 kali lipat (150%). Ini diukur melalui tingkat kelulusan tes literasi dasar. 

Selain itu, siswa yang lancar membaca pun dapat membaca dengan ketepatan hingga 93%.

Untuk mendukung penerapan PM-BBI, Hironimus mengatakan, dilakukan pula pelatihan dan pendampingan bagi 6.161 fasilitator daerah. 

Mereka terdiri dari guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Ini dilakukan untuk memastikan mereka dapat menerapkan pengajaran sesuai ketentuan.

"Sehingga, kalaupun kami pergi, Inovasi berakhir (pada Desember 2023), program ini akan berlanjut," harap dia.

Adapun saat ini, berdasar survei yang ia lakukan, lebih dari 90% guru telah menguasai pelajaran literasi dasar. Sebanyak 92% SD mempunyai kebijakan yang mendukung program literasi. Selanjutnya, sebanyak 100% kepala SD di Sumba Barat telah melakukan supervisi akademik.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar