Kemampuan numerasi yang rendah akan berdampak pada kehidupan sehari-hari yang membutuhkan keterampilan matematika
Ilustrasi ibu mengajarkan anaknya. Shutterstock/Manop Boonpeng
JAKARTA - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengatakan, kemampuan numerasi anak Indonesia perlu terus ditingkatkan. Hal ini mengingat skor numerasi Indonesia dalam gelaran Programme for International Student Assessment (PISA) masih stagnan dari tahun ke tahun.
"Baik dari rekan-rekan guru, internal lingkungan keluarga, bahkan juga di tengah-tengah masyarakat, bisa bersatu padu dalam memperbaiki, mengakselerasi kemampuan numerasi," ujar Direktur Guru Pendidikan Dasar Kemendikdasmen, Rachmadi Widdiharto, dalam gelar wicara daring, Selasa (10/12).
Dia memaparkan, kemampuan numerasi yang rendah berdampak pada kehidupan sehari-hari yang membutuhkan keterampilan matematika. Hal itu juga berdampak pada kemampuan anak dalam mengambil keputusan.
Tak hanya itu, kemampuan numerasi anak yang rendah berdampak pada kesehatan. Pasalnya, anak jadi sulit memahami informasi nilai gizi serta komposisi dan dosis obat.
"Ini beberapa hal yang akan berdampak pada perkembangan ekonomi maupun juga karier anak kita nantinya," ujar Rachmadi.
Dia menyebut ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan numerasi anak. Salah satunya adalah stigma matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Hal ini membuat anak-anak merasa tidak mampu memahami matematika dan mudah menyerah saat belajar.
Di samping itu, kemampuan numerasi anak yang rendah juga disebabkan kemampuan matematika guru yang lemah. Hal ini diperparah dengan kurangnya perangkat pendukung dalam belajar, misalnya alat bantu teknologi.
Oleh karena itu, Rachmadi menyebut perlu ada gerakan yang lebih menyeluruh dan masif untuk meningkatkan kemampuan numerasi anak, yaitu melalui gerakan numerasi nasional. Dengan gerakan ini, meningkatkan kemampuan numerasi anak tidak hanya diupayakan pemerintah dan sekolah, tapi juga keluarga, masyarakat, dan mitra pembangunan lainnya.
Dalam gerakan itu pemerintah berperan dengan mengambil kebijakan yang tepat. Sementara itu, sekolah berperan dengan menyediakan sumber belajar dan lingkungan belajar yang memadai. Selanjutnya, orangtua turut berperan aktif mengevaluasi kemampuan anak secara berkala.
"Ini adalah sebuah inisiatif untuk meningkatkan kemampuan numerasi masyarakat Indonesia, mencakup kemampuan untuk bernalar secara matematis dan menggunakan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari," pungkas Rachmadi.
Dikutip dari laman resmi Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), skor numerasi Indonesia dalam PISA 2022 mencapai 366. Skor itu lebih rendah dari skor rata-rata negara OECD, yaitu 472.