c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

25 Juni 2024

19:00 WIB

Sekolah Lansia Ubah Penduduk Senior Jadi Bonus Demografi

Sekolah lansia sudah ada 757 di Indonesia. Penduduk senior diajari beragam keahlian sehingga mereka bisa menjadi tambahan bonus demografi.

Editor: Rikando Somba

<p>Sekolah Lansia Ubah Penduduk Senior Jadi Bonus Demografi</p>
<p>Sekolah Lansia Ubah Penduduk Senior Jadi Bonus Demografi</p>

Ilustrasi pria dan wanita lanjut usia aktif berolahraga. Shutterstock/fotogenicstudio

]SEMARANG- Sekolah untuk kalangan lanjut usia (lansia) memuat berbagai macam pelatihan dan pembelajaran dapat menjadikan penduduk lansia produktif dan lebih mandiri. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nopian Andusti, Selasa (25/6) mengemukakan bahwa Sekolah Lanjut Usia (Lansia) dapat menjadikan penduduk lansia sebagai bonus demografi.

"Di Indonesia secara nasional 11,75 persen (jumlah penduduk lansia dari total penduduk Indonesia). Ini kita akan masuk ke 'ageing population' (penuaan penduduk) dan bonus demografi tahap kedua," kata Nopian usai menghadiri wisuda 130 lulusan Sekolah Lansia Bina Keluarga Lansia (BKL) Pancasila Bandungan, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (25/6).

Dia mengatakan, nanti semakin besar jumlah lansia ini, apabila produktif ini akan menjadi bonus demografi dan bisa dimanfaatkan untuk berkontribusi bagi pembangunan negara. Adapun demografi tahap kedua adalah kondisi negara yang memiliki proporsi penduduk lansia (di atas 65 tahun) yang besar, namun masih produktif dan memberi sumbangsih bagi negara.

Sebaliknya, jika tidak dibina menjadi produktif dan mandiri, maka penduduk lansia menjadi kaum yang rentan. Karena itu diperlukan kehadiran Sekolah Lansia.

"Ketika lansia ini nanti masuk pada bonus demografi tahap kedua, dan tetap produktif, tetap sehat, aktif, mandiri, produktif dan bermartabat, maka berarti kita bisa memanfaatkan bonus demografi untuk yang kedua, tahap kedua," kata Nopian.


Melalui Sekolah Lansia, kata Nopian, potensi para lansia kembali digali secara terukur sehingga yang masih bisa produktif akan diberi ruang oleh pemerintah untuk menyalurkan produktivitasnya. Mereka masih bisa menyumbangkan ilmunya. Mereka masih bisa menyumbangkan tenaganya.

"Dari sekolah lansia ini kita menggali kemampuan-kemampuan para lansia yang ada. Banyak sekali lansia yang sebetulnya mereka produktif," katanya.

Kini,  telah ada sebanyak 757 Sekolah Lansia di seluruh Indonesia dengan Jawa Tengah sebagai wilayah dengan jumlah Sekolah Lansia terbanyak, yakni 177 sekolah. "Sekarang baru terbentuk 757 di seluruh Indonesia. Dan 177 ada di Jawa Tengah, bayangkan luar biasa. Jadi lebih dari hampir 30 persen itu ada di Jawa Tengah," kata Nopian.

Terhadap kalangan lansia,       Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Kasandra Putranto S.Psi mengatakan seiring bertambahnya usia, lansia membutuhkan perhatian khusus dan dukungan untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup mereka.

Dukungan Akses
Dikutip dari Antara,  Kasandra, melalui wawancara daring Jumat, mengatakan lansia sering mengalami perubahan fisik dan mental sehingga mereka membutuhkan akses yang mudah ke perawatan kesehatan yang berkualitas.

“Mereka membutuhkan akses yang mudah ke perawatan kesehatan yang berkualitas, seperti kunjungan ke dokter secara rutin, pemeriksaan kesehatan, dan penanganan penyakit yang mungkin mereka alami. Penting bagi lansia untuk memiliki akses yang mudah ke fasilitas dan layanan yang mereka butuhkan. Ini termasuk aksesibilitas fisik di tempat umum, transportasi yang ramah lansia, serta layanan kesehatan dan sosial yang dapat dijangkau,” katanya.

Selain itu diet seimbang juga penting untuk lansia agar sejahtera di masa tuanya. Lansia perlu mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi termasuk buah-buahan, sayuran, biji-bijian, protein, dan lemak sehat. Penting juga bagi mereka untuk minum air yang cukup agar tetap terhidrasi dengan baik.

Perhatian terhadap kesehatan fisik dan emosional lansia juga harus dijaga, hal ini bisa didapat dari olahraga dan aktivitas fisik untuk menjaga kekuatan otot dan mengurangi risiko penyakit kronis. 

Kasandra mengatakan, kegiatan yang menstimulasi otak seperti membaca, menulis, atau bermain puzzle, serta menjaga hubungan yang dekat dengan keluarga dan teman-teman dapat membantu menjaga kesehatan mental dan emosional mereka.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar