02 Mei 2025
13:51 WIB
Ruang Kelas Rusak Bertambah
BRIN riset jumlah ruang kelas di Indonesia yang rusak berdasarkan data Kemendikdasmen 2022-2024.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Siswa belajar di ruangan kelas yang rusak di MIS Al-Khaeriyah, Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (23/7/2024). Antara Foto/Sulthony Hasanuddin.
JAKARTA – Data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menunjukkan, jumlah ruang kelas rusak di jenjang SD, SMP, dan SMA meningkat sepanjang 2022 hingga 2024. Pada periode sama, jumlah ruang kelas dalam kondisi baik mengalami penurunan.
"Selama tiga tahun terakhir dari 2022 hingga 2024 kondisi ruang kelas justru memburuk di banyak tempat," ujar Peneliti Pusat Riset Pendidikan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yuyun Libriyanti, dalam diskusi daring, Jumat (2/5).
Baca juga: Mengejar Pendidikan Unggul Ala Prabowo
Dia memaparkan, di jenjang SD jumlah kelas rusak sedang naik dari 193.720 unit pada 2022 menjadi 261.968 unit atau bertambah 35% pada 2024. Sementara itu, jumlah kelas rusak berat naik dari 97.471 unit pada 2022 menjadi 127.108 unit atau bertambah 30% pada 2024.
Di jenjang SMP, jumlah kelas rusak sedang naik dari 53.670 unit pada 2022 menjadi 75.720 unit atau bertambah 41% pada 2024. Sementara itu, jumlah kelas rusak berat naik dari 22.048 unit pada 2022 menjadi 29.398 unit atau bertambah 33% pada 2024.
Selanjutnya, di jenjang SMA jumlah kelas rusak sedang naik dari 16.237 unit pada 2022 menjadi 24.309 unit atau bertambah 50% pada 2024. Sementara itu, jumlah kelas rusak berat naik dari 7.771 unit pada 2022 menjadi 11.951 unit atau bertambah 53% pada 2024.
Pada periode yang sama, jumlah ruang kelas dalam kondisi baik di jenjang SD turun sebanyak 10,6%. Adapun ruang kelas dalam kondisi baik di jenjang SMP turun sebanyak 4,8% dan di jenjang SMA turun sebanyak 3,4%.
Yuyun menyebut, kondisi ini menandakan kebutuhan masyarakat bukan sebatas membangun lebih banyak ruang kelas, tapi membangun ruang kelas dengan lebih layak. Hal ini penting untuk keselamatan siswa dan guru serta mendukung pembelajaran berkualitas.
Oleh karena itu, dia menyarankan agar program rehabilitasi sekolah yang dicanangkan pemerintah dilakukan secara holistik. Artinya, rehabilitasi tidak hanya memerhatikan aspek teknis seperti bangunan. Namun, juga menggunakan pendekatan yang relevan dengan kebijakan pendidikan dan melibatkan masyarakat lokal.
"Program ini (rehabilitasi sekolah) harus dilihat sebagai langkah awal membangun ruang belajar yang aman, ramah anak, inklusif, dan tahan terhadap berbagai hal, apakah itu bencana atau perubahan iklim," tutup Yuyun.