c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

20 Maret 2025

18:51 WIB

Riset: Balita Dari Ibu Bekerja Lebih Banyak Alami Pengasuhan Tak Layak

Kehadiran taman penitipan anak atau daycare diyakini Kemendukbangga dapat membantu mengurangi risiko pengasuhan tidak layak akibat kesibukan orang tua

Penulis: Aldiansyah Nurrahman

Editor: Nofanolo Zagoto

<p dir="ltr" id="isPasted">Riset: Balita Dari Ibu Bekerja Lebih Banyak Alami Pengasuhan Tak Layak</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Riset: Balita Dari Ibu Bekerja Lebih Banyak Alami Pengasuhan Tak Layak</p>

Ilustrasi pemberian ASI pada anak. Shutterstock/mrvirgin

JAKARTA - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) memaparkan riset perbedaan dampak pengasuhan anak bagi ibu bekerja dan tak bekerja, di antaranya menyebutkan bahwa balita dengan ibu yang bekerja lebih banyak mengalami pengasuhan anak yang tak layak.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Kemendukbangga/BKKBN, Nopian Andusti menyebut perbandingan pengasuhan tak layak, 5,88% untuk ibu bekerja dan 2,14% ibu yang tidak bekerja.

“Hal ini dapat mengindikasikan bahwa keterbatasan waktu dan energi ibu yang bekerja dapat berdampak pada pola asuh anak,” jelasnya, dalam webinar TAMASYA di Kelas Orangtua Hebat (KERABAT) Seri 2.

Dari sisi pemenuhan gizi, riset menunjukkan persentase pemberian air susu ibu (asi) eksklusif juga lebih rendah pada ibu bekerja, yaitu 2,89% dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, yaitu 76,06%.

Nopian menjelaskan, perbedaan itu bisa disebabkan karena keterbatasan waktu ibu dalam menyusui secara langsung dan tantangan dalam pemberian asi perah yang tidak optimal.

Berikutnya, studi menyebutkan, anak usia 12-23 bulan dengan ibu bekerja memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 63,15%, sementara anak dari ibu yang tidak bekerja sebesar 64,02%.

Perbedaan kecil ini, kata dia, menunjukkan bahwa baik ibu bekerja maupun ibu tidak bekerja memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya imunisasi anak.

“Namun bagi ibu bekerja, ketersediaan waktu dan akses layanan imunisasi yang fleksibel mungkin dapat menjadi faktor penting dalam memastikan kelengkapan imunisasi anak,” ujar Nopian.

Selanjutnya, Nopian menyampaikan, anak dari ibu bekerja lebih banyak mengalami keterlambatan perkembangan sosial, yaitu 36,5% dibandingkan dengan anak dari ibu tidak bekerja, yaitu 14%.

“Hal ini dapat dikaitkan dengan kurangnya interaksi langsung dengan orang tua dan stimulasi,” jelasnya.

Akan tetapi, pada dimensi kesehatan, anak dari ibu bekerja lebih sedikit mengalami kondisi anak dengan berat badan kurang atau underweight. Persentasenya 18% untuk ibu bekerja dan 33% untuk ibu yang tidak bekerja.

Nopian menerangkan, hal itu dapat mengindikasikan bahwa ibu bekerja cenderung memiliki akses ekonomi yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.

“Kondisi ini menandakan bahwa ibu bekerja turut memberi pengaruh terhadap pengasuhan anak, terutama dalam hal-hal keterbatasan waktu untuk mengatasi tantangan ini,” paparnya.

Dampak Peran Ganda Ibu
Nopian mengatakan peran ganda ibu sebagai perempuan yang bekerja dan mengasuh anak bisa membawa dampak yang baik dari sisi penambahan ekonomi keluarga. Namun, dapat menjadi kurang baik apabila tidak dibarengi dengan dukungan baik dari keluarga, lingkungan, maupun pemerintah.

Nopian pun menjelaskan, peran taman penitipan anak (TPA) atau daycare dapat menjadi solusi sebagai pengganti sementara peran orang tua dalam mengasuh dan merawat anak.

“Dengan menitipkan anak di TPA, orang tua akan lebih memiliki waktu untuk melakukan kegiatan keseharian atau bekerja dengan perasaan yang lebih aman,” ujarnya.

Selain itu, kehadiran TPA membantu mengurangi risiko pengasuhan tidak layak akibat kesibukan orang tua.

Lebih lanjut, dia mengatakan, untuk memenuhi sumber daya manusia yang unggul diperlukan investasi sejak dini, salah satunya adalah meningkatkan kualitas anak usia dini melalui pengasuhan optimal berdasarkan lima dimensi.

Kelima dimensi itu adalah dimensi kesehatan, pemenuhan gizi, pengasuhan yang responsif, stimulasi, serta dimensi keamanan dan keselamatan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar